Log in

View Full Version : 12 ungkapan khas orang samarinda


SukurinLo
15th April 2016, 08:35 AM
http://s.kaskus.id/images/2014/10/24/6096672_20141024112014.png



http://cdn.kaskus.com/images/smilies/iluvkaskuss.gif Alhamdulillah Nih HT Pertama Kali. Terima Kasih Buat Mimin dan Momod http://cdn.kaskus.com/images/smilies/iluvkaskuss.gif



<div class="spoiler">Spoiler for HT nih:
<div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_571045670f6b4" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;">http://cdn.gudangimages.com/v1/2015/08/25/Capture1.JPG



Quote:Bahasa adalah identitas. Pembentukan identitas sangat berkaitan dengan bahasa. Karena itu, bahasa punya pengaruh yang besar terhadap kendali sosial.



Identitas seseorang seringkali bisa dilihat dari bahasa yang digunakan. Selain itu, bahasa juga menjadi konvensi para pengguna dalam kelompoknya untuk menunjukkan identitas masing-masing. Jadi kalo kamu bangga sebagai orang Samarinda, ya gunakanlah celetukan-celetukan khas Samarinda. Menjaga identitas.



Menurut saya, bahasa pergaulan di Samarinda ini keren kok. Sama kayak orang-orang Samarindanya sendiri http://cdn.kaskus.com/images/smilies/malus.gif . Coba deh perhatiin, sebenarnya ada banyak orang Samarinda yang keren-keren, tentu dengan kelokalan dan kearifan khas, yang bahkan tidak dimiliki orang-orang kota besar lainnya di Indonesia. Ehem http://ceri.ws/smilies/small_homo.gif , beberapa di antaranya ya ada di sini. Iya… di sini.http://cdn.kaskus.com/images/smilies/s_sm_peace.gif



*cough* Let’s back to the topic.



Kali ini kita akan berbincang soal celetukan khas Samarinda dalam bentuk frasa atau istilah. Dengan deskripsi dari artikel sebelumnya, wajar saja bila frasa khas Kota Tepian didominasi kosakata bahasa Banjar. Jadi, mudah-mudahan penjelasan-penjelasan di bawah ini bisa sedikit mewakili. Jika ada yang keliru, jangan malu dan ragu untuk mengoreksi.



Quote:Spoiler for 1. Uma’ ai…:
http://i2.wp.com/undas.co/wp-content/uploads/2015/08/uma.png



Nah, kalo frasa ini mungkin bisa diartikan sebagai tanda setuju atau pembenaran dengan penekanan khusus. Semacam mengiyakan pernyataan lawan bicara kamu, seperti yang pernah dijadikan contoh dalam artikel sebelumnya. Kurang lebih serupa dengan celetukan khas Betawi “bener-bener deh…” Meskipun juga bisa disandingkan dengan ungkapan “bujur-bujur.”



Contoh: “Memang inya tuh harat, apa pang lagi.” (memang gitu banget dianya.)


Spoiler for 3. Maapkan ai…:
http://i0.wp.com/undas.co/wp-content/uploads/2015/08/maap.png



Ungkapan ini diutarakan dalam mengekspresikan kekesalan, semacam kayak “ah ribet”, “ah muak”, “ah bete…” Ya pokoknya kalo kita lagi KZL gitu.



Contoh: “Bah ikam tuh, mauk banar!” (ah kamu itu, ribet!)


Spoiler for 5. Tau ai…:
http://i2.wp.com/undas.co/wp-content/uploads/2015/08/tau.png





Kita bisa menggunakan ungkapan ini untuk menunjukkan sikap sok orang lain, jadi secara garis besar bisa disampaikan dalam emosi negatif atau meledek. Lebih tepat disebut sebagai cibiran. Kendati memiliki makna yang kurang lebih serupa, “peiya-iyanya” juga dapat digunakan sebagai penguat.



Contoh: “Inya tuh pina musti urangnya, peiya-iyanya.” (dia memang sok, kayak bener-benernya aja.) http://ceri.ws/smilies/small_capedech.gif


Spoiler for 7. Lalu ai…:
http://i1.wp.com/undas.co/wp-content/uploads/2015/08/lalu.png



Ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kesia-siaan, atau kemubaziran dari ihwal yang tengah dilakukan. Bermakna sama dengan “tidak ada untungnya,” dalam bahasa Indonesia baku. Frasa ini pun kerap dikombinasikan dengan frasa-frasa bahasa Samarinda lainnya, yang bernada sama.



Contoh: “Behapa ikam umpati bubuhannya? Kada jadi baras tau lah.” (ngapain kamu ikuti mereka? Ndak ada untungnya tau ga sih?)


Spoiler for 9. Kalonya pang:
http://i1.wp.com/undas.co/wp-content/uploads/2015/08/kalo1.png





Boleh dibilang frasa ini adalah celetukan yang autentik dari Samarinda. Bahasa slang asli kota ini, yang entah siapa pencetusnya pertama kali. Sebab berdasarkan pengalaman penulis ketika berkumpul dengan anak muda Banjarmasin, dan Kalimantan Selatan (Kalsel) secara umum, mereka mengartikan “waluh” semata-mata labu. Sementara orang Samarinda sudah menggunakan sebutan ini untuk menghardik orang lain yang dirasa ngawur, ngaco, atau bertindak sembarangan.



Contoh: “Ikam tuh waluh bujuran!” (kamu itu memang ngawur kok.) http://cdn.kaskus.com/images/smilies/s_sm_peace.gif


Spoiler for 11. Apa kalo’:
http://i0.wp.com/undas.co/wp-content/uploads/2015/08/apa-kalo.png



Frasa ini termasuk yang paling mudah kita temui dalam percakapan sehari-hari di Samarinda. Diutarakan sebagai bentuk afirmasi, sepakat atau menyetujui argumentasi orang lain, namun dengan intonasi yang agak dilebih-lebihkan. Itu sebabnya, ada tiga titik yang menandakan alunan intonasi saat mengatakannya.





<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:Demikianlah 12 frasa celetukan-celetukan khas Samarinda. Bahasa sangat erat kaitannya dengan identitas. Bisa jadi jumlahnya jauh lebih banyak, dan silakan dibagi dalam kolom komentar di bawah ini. Di sisi lain, kalo ada orang-orang di sekitar kamu pake celetukan macam begini, fixed! Dia pasti orang Samarinda. Yah, atau orang sekitar sini lah, hehehe…



Bagi kita yang tinggal dan bergaul di Samarinda, pasti akan sangat akrab dengan frasa-frasa di atashttp://ceri.ws/smilies/small_homo.gif . Namun bagi yang sudah melakukan urbanisasi dan harus berurusan dengan orang dengan spektrum latar belakang lebih luas, bisa saja akan menanggalkan semua ini karena dianggap sebagai tanda-tanda kedaerahan yang lumayan memalukan. Apa pun alasannya, tidak bisa dimungkiri, orang Samarinda pasti akan merasa sangat nyaman, bahkan terasa nostalgia, apabila bisa berucap dengan celetukan-celetukan ini.



Dalam “Ethnologue” (2012) disebutkan, terdapat 726 bahasa di Indonesia. Sebagian masih akan berkembang, tapi enggak bisa diingkari bahwa sebagian besar bahasa lainnya dari situ akan punah. Menurut UNESCO, seperti yang ada di dalam “Atlas of the World’s Language in Danger of Disappearing”, Indonesia memiliki lebih dari 640 bahasa daerah (2001: 40), dengan kurang lebih 154 bahasa yang harus diperhatikan. Sebab sekitar 139 bahasa terancam punah, dan bisa-bisa menyusul 15 bahasa lain yang sudah mati sepenuhnya.



Semoga artikel ini juga bisa membantu merekam frasa dari bahasa pidgin di Samarinda, kota dengan beragam suku dan etnis sebagai komposisi penduduknya.

http://cdn.kaskus.com/images/smilies/iloveindonesias.gif

sumber: Undas.co (http://undas.co) Situsnya Urang Samarinda http://s.kaskus.id/images/smilies/I-Luv-Indonesia.gif



<span style="display:block; text-align:center;">