RoniNgebet
15th April 2016, 08:33 AM
Kisah Seorang Penebang Pohon
Seorang penebang pohon setiap pagi pergi ke hutan dan pulang menjelang matahari terbenam. Ia menebang pohon dan memotongnya menjadi batang-batang kayu dan menjualnya ke pasar. Sesampai di rumah, dia beristirahat menunggu hari esok saat matahari terbit untuk kembali pergi ke hutan menebang pohon. Hal ini dia lakukan terus-menerus tanpa henti. Namun, lama kelamaan hasil tebangannya mulai menurun. Lamban tapi pasti, kayu yang dia bawa pulang berkurang terus menerus dari hari ke hari. Melihat keadaan itu, dia memutuskan menambah jam kerja. Dia pergi lebih pagi dan pulang lebih sore.
Awalnya, dengan penambahan jam kerja itu hasil tebangannya sedikit bertambah. Namun, setelah beberapa lama hasil tebangannya berkurang kembali seperti semula, seakan penambahan waktu tidak ada gunanya.
Bahkan hasil tebang yang dilakukan secara lembur lebih sedikit daripada penebangan yang dia lakukan pada saat awal dia menjalani profesi sebagai penebang kayu. Suatu saat dia bertemu dengan seorang penebang kayu lain. Penebang kayu yang baru dikenalnya itu menggunakan jenis kapak yang sama dan waktu yang digunakan untuk menebang juga sama. Tetapi hasil yang diperoleh penebang itu tidak pernah menurun. Ini menbuat dia merasa keheranan, mengapa hasil produksinya menurun sementara temannya tidak?
Akhirnya dia menanyakan rahasia keberhasilan teman barunya itu. Ia bertanya tentang bagaimana agar hasil tebangannya tidak menurun. Temannya menjawab bahwa rahasianya sangat sederhana, dia rajin mengasah kapaknya agar selalu tajam. Namun penebang itu menjawab bahwa dia tidak punya waktu mengasah kapaknya, dia sibuk mengejar jumlah produksi agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Temannya yang bijak berkata, “Kamu memang menghabiskan beberapa waktu untuk mengasah kapakmu. Tetepi waktu yang kamu gunakan untuk mengasah kapak akan terganti, sebab kamu akan menebang pohon lebih cepat.”
Demikian juga kita. Kita pun memiliki “kapak” meski dalam bentuk yang berbeda, yaitu keterampilan. Keterampilan kita juga harus selalu kita “asah” agar tetap produktif. Jika terus digunakan tanpa “diasah” keterampilan kita lambat laun akan berkurang nilainya karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan perubahaan zaman. Apakah kita merasa tidak punya waktu? Luangkan waktu untuk mengasah “kapak” dengan cara belajar hal-hal baru, ikut seminat, membaca buku, diskusi dengan orang yang lebih berpengalaman, belajar dari kesalahan maka produktivitas dan nilai hasil kerja kita akan semakin tinggi.
“If i had six hours to chop down a tree, i’d spend the first four hours sharpening the axe.” – Abraham Lincoln
http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbejiqlwohnn.gif semoga cukup menginpirasi buat kita semua..</div></div></div>
Seorang penebang pohon setiap pagi pergi ke hutan dan pulang menjelang matahari terbenam. Ia menebang pohon dan memotongnya menjadi batang-batang kayu dan menjualnya ke pasar. Sesampai di rumah, dia beristirahat menunggu hari esok saat matahari terbit untuk kembali pergi ke hutan menebang pohon. Hal ini dia lakukan terus-menerus tanpa henti. Namun, lama kelamaan hasil tebangannya mulai menurun. Lamban tapi pasti, kayu yang dia bawa pulang berkurang terus menerus dari hari ke hari. Melihat keadaan itu, dia memutuskan menambah jam kerja. Dia pergi lebih pagi dan pulang lebih sore.
Awalnya, dengan penambahan jam kerja itu hasil tebangannya sedikit bertambah. Namun, setelah beberapa lama hasil tebangannya berkurang kembali seperti semula, seakan penambahan waktu tidak ada gunanya.
Bahkan hasil tebang yang dilakukan secara lembur lebih sedikit daripada penebangan yang dia lakukan pada saat awal dia menjalani profesi sebagai penebang kayu. Suatu saat dia bertemu dengan seorang penebang kayu lain. Penebang kayu yang baru dikenalnya itu menggunakan jenis kapak yang sama dan waktu yang digunakan untuk menebang juga sama. Tetapi hasil yang diperoleh penebang itu tidak pernah menurun. Ini menbuat dia merasa keheranan, mengapa hasil produksinya menurun sementara temannya tidak?
Akhirnya dia menanyakan rahasia keberhasilan teman barunya itu. Ia bertanya tentang bagaimana agar hasil tebangannya tidak menurun. Temannya menjawab bahwa rahasianya sangat sederhana, dia rajin mengasah kapaknya agar selalu tajam. Namun penebang itu menjawab bahwa dia tidak punya waktu mengasah kapaknya, dia sibuk mengejar jumlah produksi agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Temannya yang bijak berkata, “Kamu memang menghabiskan beberapa waktu untuk mengasah kapakmu. Tetepi waktu yang kamu gunakan untuk mengasah kapak akan terganti, sebab kamu akan menebang pohon lebih cepat.”
Demikian juga kita. Kita pun memiliki “kapak” meski dalam bentuk yang berbeda, yaitu keterampilan. Keterampilan kita juga harus selalu kita “asah” agar tetap produktif. Jika terus digunakan tanpa “diasah” keterampilan kita lambat laun akan berkurang nilainya karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan perubahaan zaman. Apakah kita merasa tidak punya waktu? Luangkan waktu untuk mengasah “kapak” dengan cara belajar hal-hal baru, ikut seminat, membaca buku, diskusi dengan orang yang lebih berpengalaman, belajar dari kesalahan maka produktivitas dan nilai hasil kerja kita akan semakin tinggi.
“If i had six hours to chop down a tree, i’d spend the first four hours sharpening the axe.” – Abraham Lincoln
http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbejiqlwohnn.gif semoga cukup menginpirasi buat kita semua..</div></div></div>