PDA

View Full Version : Cerita Kecil Hari Tua


Digodainlg
15th April 2016, 08:32 AM
Restoran Toulos, bunyi riuh dentingan sendok garpu dan pisau dari perak, mesin pembuat espreso, dan percakapan melalui ponsel

Aku menunggumu pagi ini sayang, setelah beberapa lama kita melepas rindu melalui sinyal satelit yang mengambang di udara

Janji yang selama ini kita latih, memandang dan saling melayangkan senyuman

Kuharap nantinya kau akan mengenakan celana panjang flanel berlipit berwarna kelabu

Blus berwarna gading rancangan Laura Ashley

Dan, sepatu gaya klasik dengan hak datar.

Rambutmu yang berwarna hitam dan ditata dalam gaya yang paling populer di Washington.



Mungkin aku akan memberimu sedikit kejutan,

Kali ini bukanlah sebuah perumpamaan yang biasa ku susun rapi melalui kata, tertulis pada lembaran kulit lama bersimbol cinta

Teka-teki mengenai fikiran yang berupaya membawa imajinasimu jauh ke dalam kasih sayang

Sebuah rasa yang tumbuh saat kita mengalami jarak yang penuh sesak

Dipermainkan oleh waktu, membaca slogan-slogan yang muncul di setiap majalah

Kemiripan kau dan aku



Aku kehilangan kendali

Kemarin petang di sebuah gubuk kecil sebelah barat

Meneguhkan hasratku untuk Tatapan jernihmu

Suara riuh dari berbagai arah turut bergema

Disertai para bocah yang berkeliaran kesana kemari

Mereka bermain petak umpet, melempar batu, dan memukul bola

Beraneka ragam boneka lengkap dengan aksesoris yang terjual terpisah juga ada

Bocah perempuan dengan senyuman manja

Bocah laki-laki dengan kemampuan ganda

Aku sedikit iri melihat keceriaan mereka

Kau tahu sayang, senja dan senja sebelum berkumandangnya Adzan



Wirid remaja dan Tadarusan, sedikit Ceramah dari Buya Ruslianto

Melafalkan Al-Qur'an dan Shalat berjemaah di Mesjid Hidayatussalam

Aku masih ingat kala itu, ketika aku berdiri dan memegang microfon kecil, menghela nafas dan ku Kumandangkan Adzan Mahgrib

ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR

Pengeras suara menghantarkan Lafasku ke seluruh desa

Para orang tua bergegas berangkat dari rumahnya masing-masing

Sajadah di pundak, peci hitam yang bersih, baju koko dan sarung yang begitu rapi

Malam ini dengan beribu bintang, Suara Adzan berkumandang,

Tawaf Haji yang selalu mengelilingi KA'BAH

Menjadikan Bumi tetap berputar hingga saat ini.



Sayang, betapa bahagianya aku yang mampu mengingatkan waktu Shalat pada seluruh penduduk desa

Saat kesibukan mengambil alih sebagian waktu mereka,

Termasuk juga aku yang kala itu sebelum Maghrib menjelang

Aku duduk di depan laptop, monitor berpendar menyala dengan latar belakang awan biru, standar windows

Lalu mengakses situs Web The Florentine

Ku lihat berbagai judul berita utama, bagian berita terbaru, dan blog polisi setempat

Artikel mengenai kebakaran, skandal-skandal, dan peristiwa kejahatan ringan lainya

Dan juga aku masuk pada akun email ku, memeriksa pesan-pesan, serangkaian surat biasa dari teman-teman sejawat

Di pojok meja, di atas tumpukan buku-buku dan majalah lokal, bertengger sebuah foto Polaroid, itu foto kita, foto kau dan aku yang saling berpandangan dan segenap melepas tawa

Tepat di atasnya juga terdapat pesan tulisan tangan dengan spidol Magic Marker: "Karena Aku adalah Aku dengan Kamu Untukku dan Kamu adalah Kamu dengan Aku Untukmu"



Aku sedikit tertunduk dan memejamkan mataku rapat-rapat

Dalam kegelapan aku menangkap bayanganmu yang berdiri di seberang sungai, menembus udara dengan beberapa suara-suara yang terdengar sejauh mata memandang

Aku menikmatinya sayang dalam kegelapan mimpiku, kau hadir dengan wajah menawan, mengangkat tangan dan aku siap menangkapmu dalam pelukan



Sesaat ketika Maghrib menjelang,

Sebuah artikel menarik terpampang jelas pada layar laptop

Ku dapati sebuah tulisan yang menarik "Moshe Kai Cavalin"

Seorang anak genius yang di usia sebelas tahun telah meraih ijazah perguruan tinggi dengan IPK 4,0

Merbut gelar nasional dalam seni bela diri

Dan menerbitkan sebuah buku di usia empat belas tahun yang berjudul "We Can Do"



Ah, sayang, inilah cerita kecilku untukmu yang aku siapkan sebelum kedatanganmu

Menutup mataku dari belakang dan berbisik "Siapakah Aku"

Suara lembut yang merasuki telingaku, bergetar lalu merinding

Ku pegangi tanganmu nun halus dan berfikir

Meresapi setiap sentuhan yang kau suguhkan

Tanpa menjawab dan aku menikmatinya sayang, meskipun aku tak terlalu menyukai teka-teki

Namun berbeda denganmu, aku ingin selalu seperti ini teka-teki darimu begitu ku tunggu hingga saat ini sampai nanti kita lanjut usia.



~Alex Wahyu~

Jum'at 11 Maret 2016</div></div></div>