Brentetans
13th April 2016, 12:17 PM
gak pake kata sambutan gpp ya gan http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ohtyfyn16.gif
yg penting ane copas agan dapat hasilnya http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ohtvdpjkq.gif
<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:<span style="width: 95%;margin:auto;border: 1px solid #CCC; background: #EEE; padding: 5px; color: #484848; display:block;">Yang sudah pernah ikutan psikotes, biasanya yang melamar kerja, pernah dengar dong tes PAPI (Perception and Preference Inventory)? Tes ini berisikan 90 soal dan masing-masing soalnya hanya ada 2 pilihan dan dipilih salah satu yang paling benar atau mendekati benar sesuai dengan kepribadian peserta tes. Ini semacam tes kepribadian, jadi peserta tidak perlu memiliki pengetahuan tertentu untuk lulus.
Hasil dari tes ini akan dibandingkan dengan tes kepribadian lainnya dan hasil wawancara.
Tapi di sini masalahnya banyak peserta yang tidak lulus gara-gara tes sederhana yang tidak perlu pake mikir padahal mereka punya skill, pengalaman, dan pendidikan yang tinggi. Lalu kenapa?
Selidik punya selidik ternyata HRD/Personalia perusahaan sebenarnya lebih condong merekrut karyawan yang memiliki sifat-sifat, kebiasaan, dan sikap tertentu berdasarkan karakter kepribadian si pelamar kerja untuk menempati posisi di perusahaannya bukan keterampilan atau pengetahuannya. Misalnya, sebuah perusahaan pabrik membutuhkan kepala akunting. Kalau hanya ilmu akunting, yang melamar kerja pasti banyak yang berpengalaman, tapi perusahaan juga membutuhkan karyawan yang sabar, ramah, dapat bekerja sama dengan tim, pekerja keras, jujur, dsb.
Lembar kerja PAPI
yg penting ane copas agan dapat hasilnya http://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ohtvdpjkq.gif
<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:<span style="width: 95%;margin:auto;border: 1px solid #CCC; background: #EEE; padding: 5px; color: #484848; display:block;">Yang sudah pernah ikutan psikotes, biasanya yang melamar kerja, pernah dengar dong tes PAPI (Perception and Preference Inventory)? Tes ini berisikan 90 soal dan masing-masing soalnya hanya ada 2 pilihan dan dipilih salah satu yang paling benar atau mendekati benar sesuai dengan kepribadian peserta tes. Ini semacam tes kepribadian, jadi peserta tidak perlu memiliki pengetahuan tertentu untuk lulus.
Hasil dari tes ini akan dibandingkan dengan tes kepribadian lainnya dan hasil wawancara.
Tapi di sini masalahnya banyak peserta yang tidak lulus gara-gara tes sederhana yang tidak perlu pake mikir padahal mereka punya skill, pengalaman, dan pendidikan yang tinggi. Lalu kenapa?
Selidik punya selidik ternyata HRD/Personalia perusahaan sebenarnya lebih condong merekrut karyawan yang memiliki sifat-sifat, kebiasaan, dan sikap tertentu berdasarkan karakter kepribadian si pelamar kerja untuk menempati posisi di perusahaannya bukan keterampilan atau pengetahuannya. Misalnya, sebuah perusahaan pabrik membutuhkan kepala akunting. Kalau hanya ilmu akunting, yang melamar kerja pasti banyak yang berpengalaman, tapi perusahaan juga membutuhkan karyawan yang sabar, ramah, dapat bekerja sama dengan tim, pekerja keras, jujur, dsb.
Lembar kerja PAPI