BudiSuratomo
13th April 2016, 11:14 AM
Quote:http://hellobogor.com/wp-content/uploads/2015/02/tanjakan-iblis1160x543-1160x543.jpg
Puncak Salak II dilihat dari jalan menuju Puncak Salak I.
Quote:Sebenarnya rugi besar bila Gunung Salak dicoret dari daftar pendakian. Banyak hal menarik di balik gunung yang buat sebagian pendaki dianggap menyeramkan itu.
Itu hanya bisa dinikmati jika kita sendiri yang melakukan pendakian. Bila cuma mendengarkan cerita orang, yang didapat bisa jadi malah “kudapan yang banyak pemanis buatan dan penyedap tapi beracun”.
Hal menarik sekaligus memicu adrenalin, misalnya, adalah jalan yang berayun-ayun karena terbentuk dari jalinan akar pepohonan. Jalan akar itu bisa dilewati dengan cara menghadap ke pohonnya dan mencengkeramnya untuk pegangan. Sementara itu, di bawah dan di belakang kita menganga jurang dengan kedalaman ratusan meter. Risikonya tentu saja nyawa bila kita tidak hati-hati. Dari tempat itu pula, kita bisa menyaksikan Puncak Salak II (2.180 Mdpl) yang memiliki ketinggian sedikit lebih rendah dari Puncak Salak I (2.211 Mdpl) dan sangat jarang didaki karena medannya yang sulit ditembus. Buat pemburu petualangan penuh tantangan, hal semacam ini pasti tak akan dibiarkan begitu saja. Hal lain yang menantang dan hanya ditemukan di Gunung Salak adalah apa yang saya sebut Tanjakan Iblis. Bila Gunung Gede punya Tanjakan Setan, Gunung Salak juga memiliki tanjakan sejenis. Jika di Tanjakan Setan pendaki dibantu dengan tali baja yang dibentang dari atas ke bawah, Tanjakan Iblis tak memilikinya.
Sebagai alat bantu mendaki atau pegangan saat turun, ada bekas spanduk yang dibentuk menjadi tali. Itu pun saya temukan beberapa tahun yang lalu. Bila Anda mendaki sekarang, bisa jadi tali dari spanduk itu sudah hilang. Yang lebih sulit lagi bila dibandingkan Tanjakan Setan yang terbentuk dari bongkahan batu gunung, Tanjakan Iblis berupa tanah liat dan batu berlumut yang begitu licin bila sehabis hujan. Hanya ada beberapa tonjolan batu untuk pijakan atau pegangan.
<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:<span style="width: 95%;margin:auto;border: 1px solid #CCC; background: #EEE; padding: 5px; color: #484848; display:block;">
Puncak Salak II dilihat dari jalan menuju Puncak Salak I.
Quote:Sebenarnya rugi besar bila Gunung Salak dicoret dari daftar pendakian. Banyak hal menarik di balik gunung yang buat sebagian pendaki dianggap menyeramkan itu.
Itu hanya bisa dinikmati jika kita sendiri yang melakukan pendakian. Bila cuma mendengarkan cerita orang, yang didapat bisa jadi malah “kudapan yang banyak pemanis buatan dan penyedap tapi beracun”.
Hal menarik sekaligus memicu adrenalin, misalnya, adalah jalan yang berayun-ayun karena terbentuk dari jalinan akar pepohonan. Jalan akar itu bisa dilewati dengan cara menghadap ke pohonnya dan mencengkeramnya untuk pegangan. Sementara itu, di bawah dan di belakang kita menganga jurang dengan kedalaman ratusan meter. Risikonya tentu saja nyawa bila kita tidak hati-hati. Dari tempat itu pula, kita bisa menyaksikan Puncak Salak II (2.180 Mdpl) yang memiliki ketinggian sedikit lebih rendah dari Puncak Salak I (2.211 Mdpl) dan sangat jarang didaki karena medannya yang sulit ditembus. Buat pemburu petualangan penuh tantangan, hal semacam ini pasti tak akan dibiarkan begitu saja. Hal lain yang menantang dan hanya ditemukan di Gunung Salak adalah apa yang saya sebut Tanjakan Iblis. Bila Gunung Gede punya Tanjakan Setan, Gunung Salak juga memiliki tanjakan sejenis. Jika di Tanjakan Setan pendaki dibantu dengan tali baja yang dibentang dari atas ke bawah, Tanjakan Iblis tak memilikinya.
Sebagai alat bantu mendaki atau pegangan saat turun, ada bekas spanduk yang dibentuk menjadi tali. Itu pun saya temukan beberapa tahun yang lalu. Bila Anda mendaki sekarang, bisa jadi tali dari spanduk itu sudah hilang. Yang lebih sulit lagi bila dibandingkan Tanjakan Setan yang terbentuk dari bongkahan batu gunung, Tanjakan Iblis berupa tanah liat dan batu berlumut yang begitu licin bila sehabis hujan. Hanya ada beberapa tonjolan batu untuk pijakan atau pegangan.
<span class="post-quote" style="width: 100%; margin: auto;font-family:Roboto,Helvetica,Arial,Sans-serif;font-size:14px;font-style:normal;font-weight:normal;text-align:left;color: #484848; display:block;">Quote:<span style="width: 95%;margin:auto;border: 1px solid #CCC; background: #EEE; padding: 5px; color: #484848; display:block;">