PDA

View Full Version : mengapa harus kuliah di jepang ?


SuleTerbang
13th April 2016, 09:08 AM
Selama kurang lebih 5 tahun saya setia

menunggui stand milik Tohoku University pada

Pameran Pendidikan Jepang yang setahun sekali

diselenggarakan di JCC.

Di luar itu ada juga pameran lain yang

diselenggarakan oleh Global 30, sebuah tim yang

dibentuk pemerintah Jepang untuk

mempromosikan beberapa universitas pilihan di

Jepang. Jadi rata-rata setahun 1-2 kali saya

menjaga stand pameran itu.

Dalam setiap pameran saya bertemu dengan

berbagai jenis orang. Ada yang bersemangat

kuliah ke Jepang, tapi tidak punya biaya. Jadi

mereka harus bertarung untuk mendapat

beasiswa.

Ada yang memang sudah siap dengan biaya

sendiri, didukung penuh oleh orang tua. Ada juga

yang masih belum jelas, sebenarnya dia berminat

benar atau cuma ikut-ikutan. Kepada mereka

saya selalu membagi pengalaman dengan suka

rela.

Mengapa orang tertarik untuk kuliah ke Jepang?

Itu adalah pertanyaan yang dulu ditanyakan oleh

tim seleksi waktu saya mengikuti tes beasiswa.

Jawaban saya: "Karena saya ingin belajar

tentang material engineering. Jepang adalah

salah satu negara maju dalam industri material,

khususnya semikonduktor. Maka Jepang adalah

pilihan yang tepat untuk belajar."

Hingga kini saya kira jawaban itu masih relevan.

Jepang masih merupakan negara dengan

berbagai keunggulan teknologi khususnya

material, elektronika, sistem informasi,

kedokteran, dan masih banyak lagi.

Jadi memilih Jepang dengan alasan bahwa

mereka unggul dalam teknologi itu adalah

sesuatu yang sangat tepat.

Lalu apa lagi? Jepang dengan keunikan

budayanya sudah semakin akrab dengan kita.

Anak-anak muda sekarang terbiasa dengan

animasi Jepang (anime), berbagai jenis game,

juga berbagai aspek budaya lain. Makanan

Jepang pun sudah dengan mudah bisa kita

temukan di berbagai tempat.

Jadi, Jepang bukan lagi sebuah negeri yang

teramat asing bagi kita. Banyak anak muda yang

ingin sekolah di Jepang karena ketertarikan

mereka pada keunikan budaya Jepang.

Hal lain yang merupakan daya tarik banyaknya

perusahaan Jepang yang berbisnis di Indonesia.

Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan

banyak tenaga kerja yang tidak hanya kompeten

di suatu bidang, tapi juga punya pengetahuan

tentang budaya dan gaya manajemen di

perusahaan Jepang.

Termasuk juga orang-orang yang paham bahasa

Jepang. Artinya kesempatan bekerja di Indonesia

bagi para lulusan Jepang terbuka luas.

Ada satu hal yang menurut saya cukup unik di

Jepang. Di tingkat akhir mahasiswa biasanya

dibimbing oleh seorang profesor (sensei).

Menjelang lulus mereka akan mencari pekerjaan

(shushoku katsudo).

Pada masa ini peran sensei sangat besar. Ia

berlaku laksana bapak bagi para mahasiswa. Ia

akan menggunakan segala jaringan dan kekuatan

yang ia miliki untuk membantu agar anak

didiknya mendapat pekerjaan.

Mahasiwa yang belum mendapat kerja menjadi

semacam beban moral bagi seorang sensei.

Karena itu ia akan mati-matian membantu.

Umumnya mahasiswa sudah pasti mendapat

kontrak kerja sebelum lulus.

Bila itu dicapai, seorang sensei akan bahagia.

Bagian ini menurut saya adalah salah satu

alasan kenapa kuliah di Jepang itu menarik.

Jepang adalah negara bisnis terkemuka.

Berbagai perusahaannya menggurita ke seluruh

dunia. Lulus dari sebuah universitas Jepang

berarti berpeluang bekerja di salah satu

perusahaan tersebut.

Tidak hanya itu. Ada sangat banyak pula

perusahaan internasional non-Jepang yang

berbisnis di Jepang dan melakukan rekrutmen.

Maka lulus dari universitas Jepang membuka

peluang untuk menjadi warga negara global,

yang bisa bekerja di negara mana pun.

Ada beberapa teman saya yang begitu lulus

langsung bekerja di Jepang. Beberapa di

antaranya mendapat tugas ke luar Jepang, di

Eropa atau Amerika.

Ada juga yang memilih untuk ditempatkan di

Indonesia, sekalian pulang kampung. Tidak

sedikit pula yang memilih untuk terus berada di

Jepang.

Lalu, apa kesulitan kuliah di Jepang? Kesulitan

pertama adalah biaya. Biaya kuliah yang harus

dibayarkan kepada universitas negeri setahun

berkisar di angka 50 juta rupiah. Sedangkan

biaya hidup sekitar 7-8 juta sebulan.

Bagi yang berprestasi bisa mendapat

pembebasan atau diskon biaya kuliah. Bahkan

bisa pula mendapat beasiswa. Mahal? Itu hal

yang relatif. Biaya kuliah di Indonesia sebenarnya

juga tidak murah. Bagi yang kebetulan berada,

uang sejumlah itu sebenarnya tidak terlalu tinggi

angkanya.

Bagaimana dengan yang tidak mampu? Masih

ada jalan dengan mencari beasiswa. Ada pula

yang berangkat dengan modal awal, kemudian

bertahan di Jepang dengan kuliah sambil kerja

paruh waktu.

Ada pula yang berangkat ke Jepang dengan

status pekerja magang, kemudian berhasil

mendapatkan beasiswa untuk kuliah. Singkat

kata, banyak jalan menuju Roma eh Tokyo.

Kesulitan lain adalah bahasa. Banyak orang

enggan untuk kuliah ke Jepang karena harus

melewati fase belajar bahasa, yang

menghabiskan waktu minimal setahun. Banyak

yang menganggap ini buang waktu dan biaya.

Mereka lebih suka pergi ke negara-negara

berbahasa Inggris.

Belum lagi pelajaran bahasa Jepang yang

katanya susah bukan main. Inilah yang

menyebabkan Jepang belum menjadi negara

tujuan utama untuk kuliah.

Saya melihat masalah ini dengan cara yang

berbeda. Waktu memilih negara tujuan kuliah

dulu saya memprioritaskan negara yang tidak

berbahasa Inggris, artinya bukan negara Inggris,

Amerika, atau Australia.

Kenapa? Saya sudah bisa bahasa Inggris. Pergi

ke negara-negara itu hanya akan menambah

sedikit kemampuan saya. Lagipula, orang yang

bisa bahasa Inggris sudah sangat banyak. Saya

ingin belajar satu bahasa asing lagi.

Seseorang dengan kemampuan bahasa asing

lebih dari satu tentu lebih tinggi nilainya di dunia

kerja. Makanya Jepang adalah salah satu negara

tujuan saya.

Tapi, tidakkah bahasa Jepang itu sulit? Tidak.

Tidak ada bahasa yang sulit dipelajari.

Berbahasa itu adalah kemampuan alami yang

sudah terinstal di otak kita. Anak kecil sekalipun

bisa dengan mudah menyerap bahasa. Mengapa

kita tidak bisa?

Yang sulit itu adalah ketika kita belajar sesuatu

setengah hati, menyerah sebelum mulai. Kalau

sudah begitu, sekedar naik sepeda pun jadi sulit.



by : Hasanudin Abdurakhman

sumber kompas.com.