Gusnan
17th February 2016, 04:20 AM
http://cdn2.ceriwis.com/blog/wp-content/uploads/2016/02/9640774489_25a119e732_k-380x253.jpgLuis Marina via flickr.com
Semua bagian dari tubuh kita menua. Otak kita juga beitu. Kita semua telah menyaksikan penurun alami fungsi otak pada orang-orang tua. Sayangnya, mereka kehilangan ingatan jangka pendek mereka dan secara bertahap mereka kehilangan fungsi eksekutif, saat lobus frontal kanan kehilangan substansi abu-abu dan menjadi “lembek”. Bahkan tanpa Alzheimer yang menakutkan itu, otak kita tetap menua. Akan tetapi, ilmu syaraf memberitahu kita bahwa kita bisa menunda proses ini. Dalam beberapa kasus, kita bisa membalikkan kerusakan otak dengan melibatkan beberapa kegiatan yang cukup spesifik, sebagian besar akan kita anggap sebagai hobi. Berikut ini 7 di antaranya.
1. Baca apa saja
Entah kamu suka buku komik klasik tua atau New York Times, peneliti otak memberitahu kita bahwa membaca benar-benar meningkatkan fungsi otak di beberapa area. Hal ini merangsang pertumbuhan jalur saraf baru saat kita menyerap informasi baru. Membaca melenturkan bagian-bagian otak yang berhubungan dengan pemecahan masalah, melihat pola, dan menafsirkan apa yang dikatakan orang kepada kita tentang perasaan mereka. Hal ini juga meningkatkan memori, memanfaatkan pembelajaran sebelumnya (lebih banyak koneksi saraf lagi), dan melatih bagian otak yang memungkinkan imajinasi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa membaca cepat sebagai metode untuk meningkatkan sinapsis (sambungan listrik antara daerah otak), karena otak harus memproses informasi sensorik secara cepat. Bahkan, bagi banyak siswa, membaca cepat adalah keterampilan yang berharga.
2. Belajar bermain alat musik
Selama bertahun-tahun, ahli ilmu syaraf telah melakukan penelitian tentang manfaat instruksi musik untuk anak-anak terhadap peningkatan fungsi kognitif—memori, pemecahan masalah, pemrosesan sekuensial, dan pengenalan pola. Memainkan alat musik (suara juga merupakan instrumen), meningkatkan volume substansi abu-abu dan membuat koneksi saraf antara kedua belahan otak. Untuk alasan ini, para ilmuwan percaya bahwa pelatihan musik sejak dini memungkinkan siswa untuk menjadi lebih baik dalam matematika linear (algoritma, pemecahan persamaan) maupun pemecahan masalah matematis (modeling, optimasi, penelitian masalah). Memainkan alat musik memastikan kedua sisi otak bekerja sama jauh lebih baik. Sekarang, para peneliti mengatakan bahwa mendengarkan alat musik pada usia dewasa—muda, setengah baya, atau tua—dapat menghasilkan efek neurologis yang sama seperti halnya pada anak-anak.
3. Berolahraga rutin
Inilah yang dikatakan sains kepada kita. Olahraga menghasilkan protein (BDNF) dalam aliran darah. Saat darah mengalir melalui otak, sel-sel menyerap protein ini, yang bertanggung jawab pada peningkatan memori dan fokus. Salah satu eksperimen paling menonjol adalah tes memori foto yang diberikan kepada kelompok eksperimental dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimental berolahraga sebelum tes, sedangkan kelompok kontrol tidak. Hasil tes kelompok eksperimental jauh lebih baik. Para anggotanya mampu fokus pada foto dan kemudian mengingatnya setelah masa tunggu.
4. Belajar bahasa baru
Beberapa bagian otak digunakan saat kita mendengar suara, memberinya makna, dan kemudian menanggapinya–4 bagian seluruhnya. Orang-orang bilingual memiliki lebih banyak substansi abu-abu di pusat-pusat bahasa mereka. Mereka bisa fokus pada lebih dari satu tugas pada satu waktu karena bagian otak yang berhubungan dengan penalaran, perencanaan, dan memori lebih berkembang. Sekali lagi, para ilmuwan mulai meneliti hal ini pertama-tama pada anak-anak, melihat orang-orang yang dalam rumah tangganya bahasa asing diucapkan, tapi yang di sekolahnya hanya bahasa Inggris yang diucapkan. Dipaksa mendengar suara dari dua bahasa yang berbeda dan “memilah” mana bahasa yang sedang didengar memaksa bagian-bagian otak ini berfungsi lebih giat. Nah, juga diketahui bahwa belajar bahasa pada tahap apa pun dalam kehidupan seseorang memiliki efek kuat yang sama pada otak, membuatnya lebih cerdas.
5. Terlibat dalam Pembelajaran Kumulatif
Pembelajaran kumulatif adalah proses di mana kita mengambil apa yang sudah kita ketahui dan melapisinya dengan informasi baru berjenis sama di atas hal itu. Misalnya, matematika adalah pembelajaran kumulatif. Anak-anak pertama-tama belajar fungsi dasar. Kemudian mereka belajar bagaimana menggunakan fungsi-fungsi dasar tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kata. Selanjutnya, mereka belajar aljabar, menggunakan fungsi dasar untuk memecahkan persamaan. Setiap lapisan ada di atas apa yang telah dipelajari sebelumnya. Saat kita menua, dan terutama saat kita meninggalkan tempat kerja, kita cenderung menghentikan kegiatan belajar kumulatif. Namun, penelitian mengatakan, jika kita terus terlibat di dalamnya kita akan mempertajam memori, urutan sebab-akibat, pemecahan masalah (fungsi eksekutif dari lobus frontal kanan), dan bahasa. Mungkin kita semua harus mengambil kelas matematika atau menulis di masa tua kita!
Semua bagian dari tubuh kita menua. Otak kita juga beitu. Kita semua telah menyaksikan penurun alami fungsi otak pada orang-orang tua. Sayangnya, mereka kehilangan ingatan jangka pendek mereka dan secara bertahap mereka kehilangan fungsi eksekutif, saat lobus frontal kanan kehilangan substansi abu-abu dan menjadi “lembek”. Bahkan tanpa Alzheimer yang menakutkan itu, otak kita tetap menua. Akan tetapi, ilmu syaraf memberitahu kita bahwa kita bisa menunda proses ini. Dalam beberapa kasus, kita bisa membalikkan kerusakan otak dengan melibatkan beberapa kegiatan yang cukup spesifik, sebagian besar akan kita anggap sebagai hobi. Berikut ini 7 di antaranya.
1. Baca apa saja
Entah kamu suka buku komik klasik tua atau New York Times, peneliti otak memberitahu kita bahwa membaca benar-benar meningkatkan fungsi otak di beberapa area. Hal ini merangsang pertumbuhan jalur saraf baru saat kita menyerap informasi baru. Membaca melenturkan bagian-bagian otak yang berhubungan dengan pemecahan masalah, melihat pola, dan menafsirkan apa yang dikatakan orang kepada kita tentang perasaan mereka. Hal ini juga meningkatkan memori, memanfaatkan pembelajaran sebelumnya (lebih banyak koneksi saraf lagi), dan melatih bagian otak yang memungkinkan imajinasi. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa membaca cepat sebagai metode untuk meningkatkan sinapsis (sambungan listrik antara daerah otak), karena otak harus memproses informasi sensorik secara cepat. Bahkan, bagi banyak siswa, membaca cepat adalah keterampilan yang berharga.
2. Belajar bermain alat musik
Selama bertahun-tahun, ahli ilmu syaraf telah melakukan penelitian tentang manfaat instruksi musik untuk anak-anak terhadap peningkatan fungsi kognitif—memori, pemecahan masalah, pemrosesan sekuensial, dan pengenalan pola. Memainkan alat musik (suara juga merupakan instrumen), meningkatkan volume substansi abu-abu dan membuat koneksi saraf antara kedua belahan otak. Untuk alasan ini, para ilmuwan percaya bahwa pelatihan musik sejak dini memungkinkan siswa untuk menjadi lebih baik dalam matematika linear (algoritma, pemecahan persamaan) maupun pemecahan masalah matematis (modeling, optimasi, penelitian masalah). Memainkan alat musik memastikan kedua sisi otak bekerja sama jauh lebih baik. Sekarang, para peneliti mengatakan bahwa mendengarkan alat musik pada usia dewasa—muda, setengah baya, atau tua—dapat menghasilkan efek neurologis yang sama seperti halnya pada anak-anak.
3. Berolahraga rutin
Inilah yang dikatakan sains kepada kita. Olahraga menghasilkan protein (BDNF) dalam aliran darah. Saat darah mengalir melalui otak, sel-sel menyerap protein ini, yang bertanggung jawab pada peningkatan memori dan fokus. Salah satu eksperimen paling menonjol adalah tes memori foto yang diberikan kepada kelompok eksperimental dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimental berolahraga sebelum tes, sedangkan kelompok kontrol tidak. Hasil tes kelompok eksperimental jauh lebih baik. Para anggotanya mampu fokus pada foto dan kemudian mengingatnya setelah masa tunggu.
4. Belajar bahasa baru
Beberapa bagian otak digunakan saat kita mendengar suara, memberinya makna, dan kemudian menanggapinya–4 bagian seluruhnya. Orang-orang bilingual memiliki lebih banyak substansi abu-abu di pusat-pusat bahasa mereka. Mereka bisa fokus pada lebih dari satu tugas pada satu waktu karena bagian otak yang berhubungan dengan penalaran, perencanaan, dan memori lebih berkembang. Sekali lagi, para ilmuwan mulai meneliti hal ini pertama-tama pada anak-anak, melihat orang-orang yang dalam rumah tangganya bahasa asing diucapkan, tapi yang di sekolahnya hanya bahasa Inggris yang diucapkan. Dipaksa mendengar suara dari dua bahasa yang berbeda dan “memilah” mana bahasa yang sedang didengar memaksa bagian-bagian otak ini berfungsi lebih giat. Nah, juga diketahui bahwa belajar bahasa pada tahap apa pun dalam kehidupan seseorang memiliki efek kuat yang sama pada otak, membuatnya lebih cerdas.
5. Terlibat dalam Pembelajaran Kumulatif
Pembelajaran kumulatif adalah proses di mana kita mengambil apa yang sudah kita ketahui dan melapisinya dengan informasi baru berjenis sama di atas hal itu. Misalnya, matematika adalah pembelajaran kumulatif. Anak-anak pertama-tama belajar fungsi dasar. Kemudian mereka belajar bagaimana menggunakan fungsi-fungsi dasar tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kata. Selanjutnya, mereka belajar aljabar, menggunakan fungsi dasar untuk memecahkan persamaan. Setiap lapisan ada di atas apa yang telah dipelajari sebelumnya. Saat kita menua, dan terutama saat kita meninggalkan tempat kerja, kita cenderung menghentikan kegiatan belajar kumulatif. Namun, penelitian mengatakan, jika kita terus terlibat di dalamnya kita akan mempertajam memori, urutan sebab-akibat, pemecahan masalah (fungsi eksekutif dari lobus frontal kanan), dan bahasa. Mungkin kita semua harus mengambil kelas matematika atau menulis di masa tua kita!