Gusnan
5th February 2016, 06:24 AM
http://images.detik.com/visual/2016/02/04/0577dd26-be16-4b2f-94ef-1e726d192bc9_169.jpg?w=500&q=90
Jakarta -Setelah lama 'menghilang' pasca diperkenalkan pertama kali pada April 2014, tepatnya saat PresidenJokoWidodo (Jokowi) masih menjabat GubernurDKIJakarta, Metro Kapsul ditargetkan akan uji prototipe pada Mei mendatang. Direktur Operasi PT Teknik Rekayasa Kereta Kapsul (Trekka), Leonnardo Feneri mengungkapkan, Metro Kapsul memiliki sejumlah keunggulan dibanding transportasi publik lainnya seperti Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), hingga bus Trans Jakarta.
"Pertama biaya pembangunannya lebih murah dibanding transportasi massal lainnya. Hal ini karena Metro Kapsul lebih ringan dengan berat hanya 5 ton per kapsul, sehingga hanya butuh tiang penyangga dengan diameter 1 meter," terang Leonnardo ditemui di Restoran Ramen Sanpachi, Jakarta Selatan, Kamis (4/2/2016).
Menurutnya, sesuai perhitungan biaya konstruksi dan desain awal, biaya pembangunan Metro Kapsul maksimal diperkirakan Rp 200 miliar per kilometer. Selain lintasan melayang (elevated) dari beton, investasi tersebut sudah mencakup 5 unit Metro Kapsul sekaligus halte pemberhentiannya yang memang dibangun setiap 1 kilometer.
"Untuk setiap 1 kilometer, biaya pembangunan MRT sebesar Rp 900 miliar, LRT menelan biaya 500 miliar, sementara Metro Kapsul Rp 200 miliar," ungkap Leonnardo.
Biaya konstruksi yang lebih murah ini karena Metro Kapsul yang lebih ringan, sehingga hanya perlu tiang diameter 1 meter untuk dua lintasan dua arah selebar masing-masing 2,2 meter.
"Kalau diameter LRT saja tiangnya 2x2 meter dengan beton tanpa rongga. Kita satu meter dengan rongga. Sehingga ini membuat lahan yang dipakai sangat efisien, bisa ditempatkan di trotoar atau tengah jalan. Jarak antar tiang 25 meter," paparnya.
Selain efisien dari sisi konsumsi lahan dan biaya konstruksi, daya tampung penumpang yang bisa diangkut bisa mencapai 19.000 orang per jam. Sementara pesaing terdekatnya, LRT, menampung 16.000 orang per jam.
"Itu asumsi jika dibandingkan dengan LRT, dengan jumlah kapsul 10 unit. Satu unit menampung 50 penumpang, dan head way 1,5 menit," tutur Leonnardo.
Saat ini pihaknya baru menyelesaikan 2 unit kapsul dan jalurnya sebagai prototipe sebelum ditawarkan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk transportasi massalnya.
"Kita jual teknologi dan konsepnya, saat kita presentasikan ke Jokowi dulu kan masih prototipe, pemerintah nggak mau beli barang yang belum terjamin dengan pakai uang rakyat. Kita ingin yakinkan bahwa kita anak bangsa sendiri bisa membuat transportasi publik sendiri," jelas Leonnardo.
Jakarta -Setelah lama 'menghilang' pasca diperkenalkan pertama kali pada April 2014, tepatnya saat PresidenJokoWidodo (Jokowi) masih menjabat GubernurDKIJakarta, Metro Kapsul ditargetkan akan uji prototipe pada Mei mendatang. Direktur Operasi PT Teknik Rekayasa Kereta Kapsul (Trekka), Leonnardo Feneri mengungkapkan, Metro Kapsul memiliki sejumlah keunggulan dibanding transportasi publik lainnya seperti Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), hingga bus Trans Jakarta.
"Pertama biaya pembangunannya lebih murah dibanding transportasi massal lainnya. Hal ini karena Metro Kapsul lebih ringan dengan berat hanya 5 ton per kapsul, sehingga hanya butuh tiang penyangga dengan diameter 1 meter," terang Leonnardo ditemui di Restoran Ramen Sanpachi, Jakarta Selatan, Kamis (4/2/2016).
Menurutnya, sesuai perhitungan biaya konstruksi dan desain awal, biaya pembangunan Metro Kapsul maksimal diperkirakan Rp 200 miliar per kilometer. Selain lintasan melayang (elevated) dari beton, investasi tersebut sudah mencakup 5 unit Metro Kapsul sekaligus halte pemberhentiannya yang memang dibangun setiap 1 kilometer.
"Untuk setiap 1 kilometer, biaya pembangunan MRT sebesar Rp 900 miliar, LRT menelan biaya 500 miliar, sementara Metro Kapsul Rp 200 miliar," ungkap Leonnardo.
Biaya konstruksi yang lebih murah ini karena Metro Kapsul yang lebih ringan, sehingga hanya perlu tiang diameter 1 meter untuk dua lintasan dua arah selebar masing-masing 2,2 meter.
"Kalau diameter LRT saja tiangnya 2x2 meter dengan beton tanpa rongga. Kita satu meter dengan rongga. Sehingga ini membuat lahan yang dipakai sangat efisien, bisa ditempatkan di trotoar atau tengah jalan. Jarak antar tiang 25 meter," paparnya.
Selain efisien dari sisi konsumsi lahan dan biaya konstruksi, daya tampung penumpang yang bisa diangkut bisa mencapai 19.000 orang per jam. Sementara pesaing terdekatnya, LRT, menampung 16.000 orang per jam.
"Itu asumsi jika dibandingkan dengan LRT, dengan jumlah kapsul 10 unit. Satu unit menampung 50 penumpang, dan head way 1,5 menit," tutur Leonnardo.
Saat ini pihaknya baru menyelesaikan 2 unit kapsul dan jalurnya sebagai prototipe sebelum ditawarkan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk transportasi massalnya.
"Kita jual teknologi dan konsepnya, saat kita presentasikan ke Jokowi dulu kan masih prototipe, pemerintah nggak mau beli barang yang belum terjamin dengan pakai uang rakyat. Kita ingin yakinkan bahwa kita anak bangsa sendiri bisa membuat transportasi publik sendiri," jelas Leonnardo.