Gusnan
31st October 2015, 01:07 PM
http://beta.newopenx.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=14959&campaignid=4880&zoneid=236&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fhealth.detik.com%2Fread%2F201 5%2F10%2F30%2F200223%2F3058345%2F763%2Fmalah-sakit-saat-berhenti-merokok-dokter-itu-reaksi-psikis-saja%3Fmpihealth&cb=3fd22aea3c
http://images.detik.com/visual/2015/02/20/baa8a164-460a-486a-910c-a1524ebe59a1_169.jpg?w=500
Jakarta, Ketika seseorang sudah bertahun-tahun menjadi perokok berat, berhenti merokok mungkin akan menjadi sesuatu yang tak mudah. Setiap berusaha berhenti rasa tak nyaman atau malah rasa sakit bisa menghantui lalu kemudian menjadi alasan untuk kembali merokok.
dr Frans Abednego Barus, Sp(P), dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) misalnya beberapa kali mendapat keluhan seorang perokok yang merasa dirinya malah jadi mudah sakit ketika berhenti merokok. Demam, sesak napas, dan tak enak badan adalah contoh keluhan yang sering ia terima.
Menanggapi hal itu dr Frans membenarkan bahwa memang ada efek seperti putus obat bila seorang perokok memutuskan untuk menghentikan kebiasaannya itu. Namun demikian ia tetap menyarankan agar seorang perokok memantapkan niatnya dan langsung berhenti merokok, tidak setengah-setengah.
(http://health.detik.com/read/2015/10/30/120734/3057693/763/termasuk-perokok-berat-atau-sedang-begini-cara-dokter-mengukurnya?l992206755)
"Kalau berhenti sedikit-sedikit diajak teman atau pas ngumpul gitu kan entar bisa balik lagi. Mending sekalian aja stop langsung berhenti. Memang susah kalau niatnya itu enggak ada," kata dr Frans pada seminar Global Month of Service di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta, Jumat (30/10/2015).
"Efek rebound itu lebih ke arah psikis kepada kesehatan biologis maksudnya sel-sel tubuh, tekanan darah tidak," lanjutnya lagi.
Untuk mengurangi efek rebound dr Frans menyarankan seseorang bisa melakukan hipnoterapi kepada psikolog. Dengan cara tersebut seseorang bisa melatih mental untuk membenci rokok dan menjauhinya.
"Tapi pertama harus ada niat benar-benar dulu karena kalau enggak ya enggak bisa dihipnotis. Bentrok dia nanti di hatinya," tutup dr Frans.
http://images.detik.com/visual/2015/02/20/baa8a164-460a-486a-910c-a1524ebe59a1_169.jpg?w=500
Jakarta, Ketika seseorang sudah bertahun-tahun menjadi perokok berat, berhenti merokok mungkin akan menjadi sesuatu yang tak mudah. Setiap berusaha berhenti rasa tak nyaman atau malah rasa sakit bisa menghantui lalu kemudian menjadi alasan untuk kembali merokok.
dr Frans Abednego Barus, Sp(P), dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) misalnya beberapa kali mendapat keluhan seorang perokok yang merasa dirinya malah jadi mudah sakit ketika berhenti merokok. Demam, sesak napas, dan tak enak badan adalah contoh keluhan yang sering ia terima.
Menanggapi hal itu dr Frans membenarkan bahwa memang ada efek seperti putus obat bila seorang perokok memutuskan untuk menghentikan kebiasaannya itu. Namun demikian ia tetap menyarankan agar seorang perokok memantapkan niatnya dan langsung berhenti merokok, tidak setengah-setengah.
(http://health.detik.com/read/2015/10/30/120734/3057693/763/termasuk-perokok-berat-atau-sedang-begini-cara-dokter-mengukurnya?l992206755)
"Kalau berhenti sedikit-sedikit diajak teman atau pas ngumpul gitu kan entar bisa balik lagi. Mending sekalian aja stop langsung berhenti. Memang susah kalau niatnya itu enggak ada," kata dr Frans pada seminar Global Month of Service di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta, Jumat (30/10/2015).
"Efek rebound itu lebih ke arah psikis kepada kesehatan biologis maksudnya sel-sel tubuh, tekanan darah tidak," lanjutnya lagi.
Untuk mengurangi efek rebound dr Frans menyarankan seseorang bisa melakukan hipnoterapi kepada psikolog. Dengan cara tersebut seseorang bisa melatih mental untuk membenci rokok dan menjauhinya.
"Tapi pertama harus ada niat benar-benar dulu karena kalau enggak ya enggak bisa dihipnotis. Bentrok dia nanti di hatinya," tutup dr Frans.