Gusnan
1st October 2015, 04:58 AM
http://assets.juara.net/assets/images/uploaded/contents/headline/560c04d77ed55.jpg
Jika kisruh berlarut-larut, imbasnya bisa menjalar kepada persiapan pelatnas untuk Olimpiade 2016, SEA Games 2017, dan lebih jauh lagi bisa mengancam persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.
- Kekisruhan yang mewarnai Kongres Istimewa dan Rapat Anggota Istimewa Komite Olimpiade Indonesia (KOI) di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Senin (28/9), berpotensi memberikan dampak luas terhadap olah raga Indonesia.
Kericuhan muncul setelah anggota menolak agenda utama kegiatan, yaitu mengubah AD/ART untuk memfasilitasi penerimaan sembilan anggota baru KOI.
“Untuk membahas itu cukup di rapat anggota biasa. Namun, Ibu Rita Subowo (Ketua Umum KOI) langsung menutup sidang dan pergi begitu saja,” kata Doddy Iswandi, Sekjen Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PB PGSI).
Padahal, menurut Doddy yang juga Asisten Deputi Bidang Pembinaan dan Prestasi Kemenpora, masih banyak agenda penting lain yang harus dibahas.
Salah satunya adalah pembentukan tim penjaringan dan penyaringan bakal calon Ketua Umum baru untuk Kongres KOI pada Oktober. Dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) KOI di Bogor, Jabar, pada Februari, diputuskan akan dibentuk tim tersebut.
Namun, hingga tujuh bulan selepas RAT KOI, cabang-cabang tak juga menerima laporan apapun dari pengurus KOI. Karena itu, mereka berinisiatif mendorong pembentukan tim penjaringan dan penyaringan sendiri dalam rapat lanjutan di Gedung Serbaguna, Senayan, yang dihadiri 27 dari 39 anggota biasa dan 12 dari 19 anggota luar biasa KOI.
Tim tersebut dipimpin Timbul Thomas Lubis “KOI dan pengurus KOI tak mampu membentuk tim. Makanya kami bantu. Kami akan tetap mengomunikasikannya kepada Bu Rita. Perlu ditegaskan, hal ini bukan kudeta. Kami hanya ingin meluruskan yang melenceng,” ujar Doddy.
Rita mengakui kesalahan KOI dan langsung mengurus kekurangan administrasi kepada PB-PB. “Kami menyambut baik langkah yang diambil anggota. Sebenarnya kami sudah membentuk tim penjaringan dan penyaringan yang terdiri atas perwakilan KOI, cabang terukur, cabang akurasi, cabang bela diri, dan cabang permainan. Hanya, memang belum dikomunikasikan,” kata Rita.
Rita juga membantah agenda perubahan AD/ART berkaitan dengan perpanjangan masa jabatannya sebagai Ketua Umum KOI. Masa jabatan Rita habis pada tahun ini.
“Saya tak perlu memperpanjang karena berdasarkan surat dari Komite Olimpiade Dunia (IOC), masa jabatan saya baru satu periode terhitung per 2011,” ujar Rita.
Rita meminta semua pihak bisa menahan diri dan berpikir dengan kepala dingin. Menurutnya, semua bisa didiskusikan dan pasti ada jalan keluar.
“Jangan mengaitkan masalah ini dengan problem personal. Setiap organisasi punya masalah dan dinamika masing-masing,” tutur Rita.
Semua insan olah raga mengharapkan KOI dan anggotanya bisa segera menemukan titik temu terkait masalah ini sebelum pelaksanaan Kongres KOI yang sedianya digelar pada Oktober. Jika sampai berlarut-larut, imbasnya bisa menjalar kepada persiapan pelatnas untuk Olimpiade 2016, SEA Games 2017, dan lebih jauh lagi bisa mengancam persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.
Jika kisruh berlarut-larut, imbasnya bisa menjalar kepada persiapan pelatnas untuk Olimpiade 2016, SEA Games 2017, dan lebih jauh lagi bisa mengancam persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.
- Kekisruhan yang mewarnai Kongres Istimewa dan Rapat Anggota Istimewa Komite Olimpiade Indonesia (KOI) di Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Senin (28/9), berpotensi memberikan dampak luas terhadap olah raga Indonesia.
Kericuhan muncul setelah anggota menolak agenda utama kegiatan, yaitu mengubah AD/ART untuk memfasilitasi penerimaan sembilan anggota baru KOI.
“Untuk membahas itu cukup di rapat anggota biasa. Namun, Ibu Rita Subowo (Ketua Umum KOI) langsung menutup sidang dan pergi begitu saja,” kata Doddy Iswandi, Sekjen Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PB PGSI).
Padahal, menurut Doddy yang juga Asisten Deputi Bidang Pembinaan dan Prestasi Kemenpora, masih banyak agenda penting lain yang harus dibahas.
Salah satunya adalah pembentukan tim penjaringan dan penyaringan bakal calon Ketua Umum baru untuk Kongres KOI pada Oktober. Dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) KOI di Bogor, Jabar, pada Februari, diputuskan akan dibentuk tim tersebut.
Namun, hingga tujuh bulan selepas RAT KOI, cabang-cabang tak juga menerima laporan apapun dari pengurus KOI. Karena itu, mereka berinisiatif mendorong pembentukan tim penjaringan dan penyaringan sendiri dalam rapat lanjutan di Gedung Serbaguna, Senayan, yang dihadiri 27 dari 39 anggota biasa dan 12 dari 19 anggota luar biasa KOI.
Tim tersebut dipimpin Timbul Thomas Lubis “KOI dan pengurus KOI tak mampu membentuk tim. Makanya kami bantu. Kami akan tetap mengomunikasikannya kepada Bu Rita. Perlu ditegaskan, hal ini bukan kudeta. Kami hanya ingin meluruskan yang melenceng,” ujar Doddy.
Rita mengakui kesalahan KOI dan langsung mengurus kekurangan administrasi kepada PB-PB. “Kami menyambut baik langkah yang diambil anggota. Sebenarnya kami sudah membentuk tim penjaringan dan penyaringan yang terdiri atas perwakilan KOI, cabang terukur, cabang akurasi, cabang bela diri, dan cabang permainan. Hanya, memang belum dikomunikasikan,” kata Rita.
Rita juga membantah agenda perubahan AD/ART berkaitan dengan perpanjangan masa jabatannya sebagai Ketua Umum KOI. Masa jabatan Rita habis pada tahun ini.
“Saya tak perlu memperpanjang karena berdasarkan surat dari Komite Olimpiade Dunia (IOC), masa jabatan saya baru satu periode terhitung per 2011,” ujar Rita.
Rita meminta semua pihak bisa menahan diri dan berpikir dengan kepala dingin. Menurutnya, semua bisa didiskusikan dan pasti ada jalan keluar.
“Jangan mengaitkan masalah ini dengan problem personal. Setiap organisasi punya masalah dan dinamika masing-masing,” tutur Rita.
Semua insan olah raga mengharapkan KOI dan anggotanya bisa segera menemukan titik temu terkait masalah ini sebelum pelaksanaan Kongres KOI yang sedianya digelar pada Oktober. Jika sampai berlarut-larut, imbasnya bisa menjalar kepada persiapan pelatnas untuk Olimpiade 2016, SEA Games 2017, dan lebih jauh lagi bisa mengancam persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.