Gusnan
23rd August 2015, 05:05 PM
Large Image Link (http://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2015/08/23/terserah-55d98dede8afbd6907cba206.png?t=o&v=760) (330 kB)
-
“Aku bingung kalau perempuan udah bilang terserah.”
Demikian isi komentar yang masuk di tulisan saya sebelumnya. Sebenarnya kata terserah ini bukan hanya milik perempuan, karena Glenn Fredly pun menjadikan kata terserah ini menjadi sebuah judul lagu, namun yang menarik adalah kata terserah ini sering kali membuat suasana yang tadinya biasa berakhir menjadi sebuah ‘drama’ dalam hubungan asmara, terutama yang masih dalam tahap pendekatan dan pacaran, karena laki-laki salah mengartikan kata terserah yang diucapkan oleh perempuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terserah memang diterjemahkan menjadi 2, yaitu terserah /ter·se·rah / 1 v sudah diserahkan (kpd); pulang maklum (kpd); tinggal bergantung (kpd): hal itu - kpd Anda; 2 a masa bodoh: usul saya ini diterima atau tidak. Masalah yang sering terjadi, banyak laki-laki salah mengartikan, apakah kata terserah yang keluar dari bibir pasangannya adalah yang benar-benar menyerahkan atau masa bodoh yang seringkali diikuti dengan ngambek dan akhirnya ribut.
Drama akibat kata terserah ini lebih banyak terjadi pada hubungan pasangan yang masih dalam tahap pendekatan atau pacaran, sedangkan pada hubungan suami istri lebih jarang terjadi, karena perempuan sudah lebih terbuka untuk mengatakan apa maunya dan laki-laki sudah lebih mengenal apa maunya istri.
Terserah benar-benar menyerahkan keputusan pada pasangan
Untuk dapat mengartikan bahwa kata terserah yang dilontarkan perempuan adalah benar-benar menyerahkan keputusan kepada pasangan laki-lakinya, maka laki-laki harus pandai melihat situasi dan mimik wajah dan gerak tubuh perempuannya. Bila situasi sebelum perempuan menyebut kata terserah tersebut baik-baik saja, tidak ada perdebatan sebelumnya, mimik wajahnya masih cerah ceria dan gerak tubuh yang tetap terlihat santai, maka kata terserah yang keluar dari bibirnya benar-benar menyerahkan pilihan kepada pasangannya.
Contoh 1:
L : “ Kita mau kemana nih, beib.”
P : “Terserah”
L :”Kita makan seafood pinggir danau aja ya, enak kayaknya”
P:” ok, asik juga kayaknya”
Bila tidak ada penyebab lain yang membuat terjadinya perdebatan, maka dengan kondisi tersebut mereka akan makan seafood di pinggir danau dengan suasana yang menyenangkan.
Terserah yang bukan menyerahkan .
Bila situasi sebelum perempuan menyebut kata terserah tidak kondusif, alias terjadi perdebatan dan diucapkan dengan nada agak jutek dan wajah cemberut dan mematung (menjadi patung alias tidak bergerak), maka kata terserah tersebut bukan berarti menyerahkan keputusan kepada pasangannya.
Contoh 2 :
L : “Kita mau kemana nih, Beib.”
P: “Aku lagi mau makan mie ayam.”
L: “Masa siang-siang makan mie ayam, makan seafood dipinggir danau aja yuk.”
P: “Emang kenapa kalau makan mie ayam siang-siang?”
L: “ Ya gak kenapa-kenapa, tapi lebih enakan makan nasi”
P: “Terserah deh”
Bila laki-lakinya memaksakan untuk pergi makan seafood tepi danau, maka sejak akhir kata terserah itu dilontarkan sampai menuju tempat makan, bahkan sampai pramusaji menawarkan menu, saya yakin perempuan akan lebih banyak diam dan menyebut kata terserah kembali saat ditanya pilihan menu yang diinginkan.
Terserah bukan selalu sebuah pilihan
Seringkali kata terserah yang diucapkan perempuan diterjemahkan sebagai pilihan oleh laki-laki, dan banyak pula laki-laki yang memaksakan diri untuk memilih, dan akhirnya apapun pilihannya akan tetap salah bagi perempuannya.
Untuk contoh yang ke 2 diatas, bila akhirnya laki-laki tersebut memutuskan untuk mengikuti makan mie ayam , belum tentu sang perempuan akan menjadi senang dan ceria kembali, karena perempuan akan merasa bahwa laki-laki tersebut mengiikuti keiinginannya karena terpaksa.
Sampai di tahap ini, maka laki-laki akan merasa bingung dengan mahkluk yang namanya perempuan, dalam hati muncul pertanyaan, maunya apa sih? (hayoooo ngaku).
Pada intinya perempuan tidak ingin pendapatnya langsung di tolak secara mentah-mentah, kalau mau nolak secara langsung lebih baik tidak perlu menanyakan pendapatnya sedari awal.
Contoh 3:
L : “Kita mau kemana nih, Beib.”
P: “Aku lagi mau makan mie ayam.”
L: “Masa siang-siang makan mie ayam, makan seafood dipinggir danau aja yuk.”
P: “Emang kenapa kalau makan mie ayam siang-siang?”
L: “ Ya gak kenapa-kenapa, tapi lebih enakan makan nasi”
P: “Terserah deh”
L: ”Tempat makan yang ada mie ayam enak sama ada menu nasi juga kira-kira dimana ya?”
P:” Kita ke Bakso Lapangan Tembak aja deh, disitu khan ada tongseng kesukaan kamu, ada baso juga”
L:” Tadi katanya mau mie ayam, kok jadi baso.”
P: “ iya, khan bisa pesen mie ayam baso hehehhe”
Dari contoh ke 3 kita bisa melihat bahwa tidak selamanya perempuan keras dengan pendiriannya, sisi lembutnya akan lebih dominan bila laki-laki mengerti bagaimana memperlakukannya dengan baik.
Contoh-contoh yang saya berikan diatas tentu hanyalah contoh persoalan ringan yang mudah diberi solusi, namun pada kenyataannya kasus terserah ini bisa terjadi pada kasus besar yang serius misalnya saat mempersiapkan pernikahan, keputusan untuk pindah rumah, atau membeli sesuatu atau hal-hal lain yang cukup mendasar. Pemecahan untuk kasus-kasus besar tentu tidak semudah contoh kasus yang saya berikan diatas, biasa dibutuhkan jeda waktu untuk membicarakan persoalan tersebut, tentu dengan kondisi yang sudah lebih tenang.
---
-
“Aku bingung kalau perempuan udah bilang terserah.”
Demikian isi komentar yang masuk di tulisan saya sebelumnya. Sebenarnya kata terserah ini bukan hanya milik perempuan, karena Glenn Fredly pun menjadikan kata terserah ini menjadi sebuah judul lagu, namun yang menarik adalah kata terserah ini sering kali membuat suasana yang tadinya biasa berakhir menjadi sebuah ‘drama’ dalam hubungan asmara, terutama yang masih dalam tahap pendekatan dan pacaran, karena laki-laki salah mengartikan kata terserah yang diucapkan oleh perempuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terserah memang diterjemahkan menjadi 2, yaitu terserah /ter·se·rah / 1 v sudah diserahkan (kpd); pulang maklum (kpd); tinggal bergantung (kpd): hal itu - kpd Anda; 2 a masa bodoh: usul saya ini diterima atau tidak. Masalah yang sering terjadi, banyak laki-laki salah mengartikan, apakah kata terserah yang keluar dari bibir pasangannya adalah yang benar-benar menyerahkan atau masa bodoh yang seringkali diikuti dengan ngambek dan akhirnya ribut.
Drama akibat kata terserah ini lebih banyak terjadi pada hubungan pasangan yang masih dalam tahap pendekatan atau pacaran, sedangkan pada hubungan suami istri lebih jarang terjadi, karena perempuan sudah lebih terbuka untuk mengatakan apa maunya dan laki-laki sudah lebih mengenal apa maunya istri.
Terserah benar-benar menyerahkan keputusan pada pasangan
Untuk dapat mengartikan bahwa kata terserah yang dilontarkan perempuan adalah benar-benar menyerahkan keputusan kepada pasangan laki-lakinya, maka laki-laki harus pandai melihat situasi dan mimik wajah dan gerak tubuh perempuannya. Bila situasi sebelum perempuan menyebut kata terserah tersebut baik-baik saja, tidak ada perdebatan sebelumnya, mimik wajahnya masih cerah ceria dan gerak tubuh yang tetap terlihat santai, maka kata terserah yang keluar dari bibirnya benar-benar menyerahkan pilihan kepada pasangannya.
Contoh 1:
L : “ Kita mau kemana nih, beib.”
P : “Terserah”
L :”Kita makan seafood pinggir danau aja ya, enak kayaknya”
P:” ok, asik juga kayaknya”
Bila tidak ada penyebab lain yang membuat terjadinya perdebatan, maka dengan kondisi tersebut mereka akan makan seafood di pinggir danau dengan suasana yang menyenangkan.
Terserah yang bukan menyerahkan .
Bila situasi sebelum perempuan menyebut kata terserah tidak kondusif, alias terjadi perdebatan dan diucapkan dengan nada agak jutek dan wajah cemberut dan mematung (menjadi patung alias tidak bergerak), maka kata terserah tersebut bukan berarti menyerahkan keputusan kepada pasangannya.
Contoh 2 :
L : “Kita mau kemana nih, Beib.”
P: “Aku lagi mau makan mie ayam.”
L: “Masa siang-siang makan mie ayam, makan seafood dipinggir danau aja yuk.”
P: “Emang kenapa kalau makan mie ayam siang-siang?”
L: “ Ya gak kenapa-kenapa, tapi lebih enakan makan nasi”
P: “Terserah deh”
Bila laki-lakinya memaksakan untuk pergi makan seafood tepi danau, maka sejak akhir kata terserah itu dilontarkan sampai menuju tempat makan, bahkan sampai pramusaji menawarkan menu, saya yakin perempuan akan lebih banyak diam dan menyebut kata terserah kembali saat ditanya pilihan menu yang diinginkan.
Terserah bukan selalu sebuah pilihan
Seringkali kata terserah yang diucapkan perempuan diterjemahkan sebagai pilihan oleh laki-laki, dan banyak pula laki-laki yang memaksakan diri untuk memilih, dan akhirnya apapun pilihannya akan tetap salah bagi perempuannya.
Untuk contoh yang ke 2 diatas, bila akhirnya laki-laki tersebut memutuskan untuk mengikuti makan mie ayam , belum tentu sang perempuan akan menjadi senang dan ceria kembali, karena perempuan akan merasa bahwa laki-laki tersebut mengiikuti keiinginannya karena terpaksa.
Sampai di tahap ini, maka laki-laki akan merasa bingung dengan mahkluk yang namanya perempuan, dalam hati muncul pertanyaan, maunya apa sih? (hayoooo ngaku).
Pada intinya perempuan tidak ingin pendapatnya langsung di tolak secara mentah-mentah, kalau mau nolak secara langsung lebih baik tidak perlu menanyakan pendapatnya sedari awal.
Contoh 3:
L : “Kita mau kemana nih, Beib.”
P: “Aku lagi mau makan mie ayam.”
L: “Masa siang-siang makan mie ayam, makan seafood dipinggir danau aja yuk.”
P: “Emang kenapa kalau makan mie ayam siang-siang?”
L: “ Ya gak kenapa-kenapa, tapi lebih enakan makan nasi”
P: “Terserah deh”
L: ”Tempat makan yang ada mie ayam enak sama ada menu nasi juga kira-kira dimana ya?”
P:” Kita ke Bakso Lapangan Tembak aja deh, disitu khan ada tongseng kesukaan kamu, ada baso juga”
L:” Tadi katanya mau mie ayam, kok jadi baso.”
P: “ iya, khan bisa pesen mie ayam baso hehehhe”
Dari contoh ke 3 kita bisa melihat bahwa tidak selamanya perempuan keras dengan pendiriannya, sisi lembutnya akan lebih dominan bila laki-laki mengerti bagaimana memperlakukannya dengan baik.
Contoh-contoh yang saya berikan diatas tentu hanyalah contoh persoalan ringan yang mudah diberi solusi, namun pada kenyataannya kasus terserah ini bisa terjadi pada kasus besar yang serius misalnya saat mempersiapkan pernikahan, keputusan untuk pindah rumah, atau membeli sesuatu atau hal-hal lain yang cukup mendasar. Pemecahan untuk kasus-kasus besar tentu tidak semudah contoh kasus yang saya berikan diatas, biasa dibutuhkan jeda waktu untuk membicarakan persoalan tersebut, tentu dengan kondisi yang sudah lebih tenang.
---