Gusnan
2nd August 2015, 03:15 PM
http://img.hello-pet.com/assets/uploads/2015/08/padi1.jpg Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin menyadari arti penting negera di Khatulistiswa terhadap penyediaan kebutuhan pangan dunia. Bahkan Jokowi sempat mengatakan bahwa masa depan dunia ada di sekitar garis khatulistiwa. Sebab, intensitas sinar matahari yang terus-menerus membuat produksi pangan, energi, dan air tetap melimpah di wilayah tersebut.
Tak pelak, pernyataan Jokowi ini seolah membangkitkan impian dan potensi yang ada di tanah air ini. Berdiri di sekitar Khatulistiwa dengan sinar matahari merata sepanjang tahun tentu merupakan anugerah dari Allah sehingga kalau dikelola dengan manajemen yang baik Indonesia bisa menjadi pemasok pangan untuk dunia. Presiden Jokowi mengungkapkan potensi tersbut saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) VIII Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.
http://www.hello-pet.com/assets/uploads/2015/08/285892_bongkar-muat-beras-di-gudang-bulog_663_382.jpg
Source: nasional.vivanews.co.id
Apakah kita siap Menangkap Peluang Menjadi Poros Pangan Dunia? Bagaimana dengan strateginya?
Ada banyak peluang dan kesempatan yang bisa dimasuki oleh petani di Indonesia. Terlebih lagi, saat ini tercatat konsumsi beras dunia mencapai 450 juta ton per tahun, singkong 450 juta ton per tahun, dan ikan 100 juta ton per tahun. Oleh karena itu peningkatan produksi pangan di Indonesia harus mulai ditangani dengan serius. Pemerintah tidak bisa jalan sendiri sehingga memang harus ada kerja sama antara pemerintah, Kementerian Pertanian, dan masyarakat dalam hal ini dengan HKTI.
Jokowi yakin bahwa Indonesia bisa menjadi pemasok pangan dunia karena di beberapa wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) sebenarnya adalah potensi lumbung beras namun sejak puluhan tahun produksi beras tidak maksimal sama karena masalah air, padahal lahannya tersedia.
Mengantisipasi hal tersebut pemerintah akan segera membangun 49 waduk secara nasional dan tujuh di antaranya adi di NTT. Jika sudah ada waduk, lahan perkebunan bisa ditanami. Selain itu, di Merauke, terdapat lahan subur seluas 4,6 juta hektar, tetapi pembangunan waduk sejak zaman Belanda tidak ditindaklanjuti sehingga perlu perhatian lebih dari pemerintah.
Berdasarkan data hasil produksi beras dari pemerintah daerah setempat diketahui bahwa petani bisa memproduksi 5-6 ton per hektar, ada yang 8 ton per hektar untuk kondisi saat ini. Hal ini bisa di tingkatkan misalnya saja kalau lahan yang seluas 4,6 juta hektar bisa ditanami dengan hasil 8 ton per hektar, sehingga satu kabupaten bisa menghasilkan 120 juta ton produksi beras. Jika ini terwujud secara nasional maka poros pangan dunia segera terwujud.
Tak pelak, pernyataan Jokowi ini seolah membangkitkan impian dan potensi yang ada di tanah air ini. Berdiri di sekitar Khatulistiwa dengan sinar matahari merata sepanjang tahun tentu merupakan anugerah dari Allah sehingga kalau dikelola dengan manajemen yang baik Indonesia bisa menjadi pemasok pangan untuk dunia. Presiden Jokowi mengungkapkan potensi tersbut saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) VIII Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur.
http://www.hello-pet.com/assets/uploads/2015/08/285892_bongkar-muat-beras-di-gudang-bulog_663_382.jpg
Source: nasional.vivanews.co.id
Apakah kita siap Menangkap Peluang Menjadi Poros Pangan Dunia? Bagaimana dengan strateginya?
Ada banyak peluang dan kesempatan yang bisa dimasuki oleh petani di Indonesia. Terlebih lagi, saat ini tercatat konsumsi beras dunia mencapai 450 juta ton per tahun, singkong 450 juta ton per tahun, dan ikan 100 juta ton per tahun. Oleh karena itu peningkatan produksi pangan di Indonesia harus mulai ditangani dengan serius. Pemerintah tidak bisa jalan sendiri sehingga memang harus ada kerja sama antara pemerintah, Kementerian Pertanian, dan masyarakat dalam hal ini dengan HKTI.
Jokowi yakin bahwa Indonesia bisa menjadi pemasok pangan dunia karena di beberapa wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) sebenarnya adalah potensi lumbung beras namun sejak puluhan tahun produksi beras tidak maksimal sama karena masalah air, padahal lahannya tersedia.
Mengantisipasi hal tersebut pemerintah akan segera membangun 49 waduk secara nasional dan tujuh di antaranya adi di NTT. Jika sudah ada waduk, lahan perkebunan bisa ditanami. Selain itu, di Merauke, terdapat lahan subur seluas 4,6 juta hektar, tetapi pembangunan waduk sejak zaman Belanda tidak ditindaklanjuti sehingga perlu perhatian lebih dari pemerintah.
Berdasarkan data hasil produksi beras dari pemerintah daerah setempat diketahui bahwa petani bisa memproduksi 5-6 ton per hektar, ada yang 8 ton per hektar untuk kondisi saat ini. Hal ini bisa di tingkatkan misalnya saja kalau lahan yang seluas 4,6 juta hektar bisa ditanami dengan hasil 8 ton per hektar, sehingga satu kabupaten bisa menghasilkan 120 juta ton produksi beras. Jika ini terwujud secara nasional maka poros pangan dunia segera terwujud.