Gusnan
11th July 2015, 04:52 AM
http://ad.beritasatumedia.com/b1-ads/www/delivery/lg.php?bannerid=0&campaignid=0&zoneid=59&loc=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fdunia%2F2900 02-dubes-as-pertumbuhan-islam-di-as-sangat-pesat.html&referer=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fdunia&cb=fa233abed8
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/701436504974.jpg
Duta besar Amerika Serikat di Indonesia, Robert Blake, sedang memberikan sambutan pada diskusi dengan tajuk "Musim Life in America: Through the Indonesian Medias Eyes" di @america Pacific Place, Jakarta Selatan, 9 Juli 2015.
Jakarta - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Robert Blake mengatakan pertumbuhan agama Islam di AS sangat pesat. Selain itu, penerimaan warga AS kepada Islam juga baik sehingga termasuk memberikan kebebasan bagi komunitas Muslim untuk beribadah di ruang-ruang publik.
“Islam adalah agama yang pertumbuhannya paling pesat di AS. Di negara bagian besar seperti Texas, Islam menjadi agama yang pertumbuhannya paling pesat, bahkan menjadi agama terbesar kedua di sana,” kata Blake saat acara diskusi bertema Kehidupan Muslim di Amerika dari Sudut Pandang Media di pusat kebudayaan AS, @Amerika, Jakarta, Kamis (9/10).
Blake mengatakan pemerintah AS memang tidak memberikan fasilitas khusus untuk Muslim di AS. Namun, warga Muslim diperlakukan sama seperti warga lainnya yang berhak atas kebebasan beribadah.
Menurutnya, AS juga bertanggung jawab untuk menerima imigran dari seluruh dunia termasuk imigran Muslim Rohingya. Tidak hanya menampung, warga Rohingya juga diberikan bantuan untuk memulai sebuah kehidupan yang baru di AS. Pemerintah AS juga menampung pengungsi Somalia yang beragama Islam.
“Mereka sebagian besar adalah orang yang mengungsi dari Somalia karena konflik dan percekcokan di negaranya,” kata Blake.
Dalam diskusi kemarin ditayangkan program dari salah satu stasiun televisi swasta berjudul Muslim's Traveller yang mengisahkan dua segmen yaitu komunitas Somalia yang menetap di Minneapolis dan komunitas Muslim Indonesia di Washington DC.
Blake mengatakan komunitas Muslim di AS justru merasa terkesan dengan perlakuan masyarakat Amerika. Menurutnya, perlakuan komunitas Muslim di AS tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Baik AS maupun Indonesia sama-sama negara besar yang modern, majemuk, dan toleran.
“Tradisi masyarakat Muslim sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Amerika Serikat,” ujar Blake.
Sementara itu, mantan jurnalis Tempo, Ahmad Fuadi, mengaku merasa lebih relijius saat berada di AS untuk menempuh pendidikan master di George Washington University. Dia mengaku terkesan dengan perlakuan setara dari pemerintah dan warga setempat kepada komunitas Muslim.
Misalnya, kampusnya memiliki sebuah mushalla untuk sholat bagi mahasiswa. Bahkan, kampus tersebut mengizinkan sebuah gereja di dekat kampus untuk dipakai menjadi tempat sholat Jumat.
“Begitu kita jauh dari akar kita dan menjadi minoritas (Muslim), kita akan merasakan identitas kita lebih serta lebih seimbang dan terbuka pikirannya,” ujar Ahmad.
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/701436504974.jpg
Duta besar Amerika Serikat di Indonesia, Robert Blake, sedang memberikan sambutan pada diskusi dengan tajuk "Musim Life in America: Through the Indonesian Medias Eyes" di @america Pacific Place, Jakarta Selatan, 9 Juli 2015.
Jakarta - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Robert Blake mengatakan pertumbuhan agama Islam di AS sangat pesat. Selain itu, penerimaan warga AS kepada Islam juga baik sehingga termasuk memberikan kebebasan bagi komunitas Muslim untuk beribadah di ruang-ruang publik.
“Islam adalah agama yang pertumbuhannya paling pesat di AS. Di negara bagian besar seperti Texas, Islam menjadi agama yang pertumbuhannya paling pesat, bahkan menjadi agama terbesar kedua di sana,” kata Blake saat acara diskusi bertema Kehidupan Muslim di Amerika dari Sudut Pandang Media di pusat kebudayaan AS, @Amerika, Jakarta, Kamis (9/10).
Blake mengatakan pemerintah AS memang tidak memberikan fasilitas khusus untuk Muslim di AS. Namun, warga Muslim diperlakukan sama seperti warga lainnya yang berhak atas kebebasan beribadah.
Menurutnya, AS juga bertanggung jawab untuk menerima imigran dari seluruh dunia termasuk imigran Muslim Rohingya. Tidak hanya menampung, warga Rohingya juga diberikan bantuan untuk memulai sebuah kehidupan yang baru di AS. Pemerintah AS juga menampung pengungsi Somalia yang beragama Islam.
“Mereka sebagian besar adalah orang yang mengungsi dari Somalia karena konflik dan percekcokan di negaranya,” kata Blake.
Dalam diskusi kemarin ditayangkan program dari salah satu stasiun televisi swasta berjudul Muslim's Traveller yang mengisahkan dua segmen yaitu komunitas Somalia yang menetap di Minneapolis dan komunitas Muslim Indonesia di Washington DC.
Blake mengatakan komunitas Muslim di AS justru merasa terkesan dengan perlakuan masyarakat Amerika. Menurutnya, perlakuan komunitas Muslim di AS tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Baik AS maupun Indonesia sama-sama negara besar yang modern, majemuk, dan toleran.
“Tradisi masyarakat Muslim sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Amerika Serikat,” ujar Blake.
Sementara itu, mantan jurnalis Tempo, Ahmad Fuadi, mengaku merasa lebih relijius saat berada di AS untuk menempuh pendidikan master di George Washington University. Dia mengaku terkesan dengan perlakuan setara dari pemerintah dan warga setempat kepada komunitas Muslim.
Misalnya, kampusnya memiliki sebuah mushalla untuk sholat bagi mahasiswa. Bahkan, kampus tersebut mengizinkan sebuah gereja di dekat kampus untuk dipakai menjadi tempat sholat Jumat.
“Begitu kita jauh dari akar kita dan menjadi minoritas (Muslim), kita akan merasakan identitas kita lebih serta lebih seimbang dan terbuka pikirannya,” ujar Ahmad.