Gusnan
18th June 2015, 03:11 AM
http://ad.beritasatumedia.com/b1-ads/www/delivery/lg.php?bannerid=0&campaignid=0&zoneid=59&loc=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fnasional%2F2 83433-video-empat-kali-ke-istana-lolos-dari-endusan-wartawan.html&referer=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fnasional %2F283293-kasus-angeline-kapolri-lie-detector-tak-efektif-untuk-orang-yang-biasa-berbohong.html&cb=45cde77c63
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/461434445303.jpg Sutiyoso (BeritaSatu TV)
Jakarta - Banyak yang merasa "kebobolan" saat tiba-tiba nama Letjen TNI (Purn) Sutiyoso ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Pasalnya, selama ini namanya tidak masuk dalam daftar nama yang digadang-gadang bakal menggantikan Marciano Norman yang akan segera mengakhiri jabatannya.
Namun, ternyata Sutiyoso sudah beberapa kali menghadap Presiden Jokowi terkait pencalonan dirinya sebagai orang nomor satu di lembaga intelijen.
"Empat kali saya ke Istana, media tidak pernah tahu. Ya datang seperti hantu, pergi kayak angin, tahu-tahu enggak terasa sudah hilang," katanya saat ditanya bagaimana caranya hingga pencalonannya bisa tidak tercium media dalam program DBS to the Point yang ditayangkan Beritasatu News Channel, Selasa (16/6) malam.
Saat nama Sutiyoso diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), barulah publik mengetahui siapa kandidat Kepala BIN yang dipilih Jokowi.
Pencalonannya diwarnai pro-kontra karena sebagian pihak menilai Bang Yos, sapaan akrabnya, terlalu tua mengisi jabatan kepala BIN. Usia Bang Yos yang sudah mencapai 71 tahun, bahkan 10 tahun lebih tua dibandingkan Marciano, dinilai tak pantas mengisi jabatan kepala BIN.
Namun, menurut Bang Yos, faktor usia semestinya bukan menjadi penghalang bagi siapapun untuk menjabat jika memang mumpuni dan dipercaya oleh Jokowi.
"Orang sama-sama punya kapasitas, tapi mungkin yang ini tepat waktunya dalam kondisi saat ini. Kan bisa seperti itu pertimbangan beliau (Jokowi)," kata Bang Yos.
Bang Yos mengatakan dia selalu menjaga kebugaran jasmaninya dengan baik dengan berjalan setiap hari mengurus peliharaan burung dan tanaman di kebunnya. "Saya jalan di kebun, saya juga fitness. Saya hampir tiap hari berenang. Saya merasa benar-benar bugar," ujarnya.
"Orang ada yang berumur tapi pengalamannya banyak. Tetapi orang sudah berusia itu ada yang sehat dan ada yang tidak. Saya masuk dalam kategori yang sehat," kata Bang Yos.
"Anak muda juga belum berarti sehat, tapi anak muda yang loyo juga ada," tambahnya.
Bang Yos mengakui tugas kepala BIN sangat rumit dan penuh tantangan, tetapi berdasarkan pengalamannya di Kopassus, terlebih di unit intelijen Sandi Yudha, dia merasa memiliki banyak pengalaman yang pasti berguna jika kelak memimpin lembaga intelijen negara.
Bahkan saat di Kopassus dulu, dia paling lama berdinas di Sandi Yudha sehingga lebih sering mengenakan pakaian preman dan membiarkan rambutnya panjang dibandingkan berpakaian dinas dengan atribut resmi lainnya.
Walau dunia intelijen terkesan menakutkan dan represif, Bang Yos berharap ke depannya BIN bisa mengubah kesan tersebut dan lebih terbuka kepada masyarakat.
"Intel itu bukan hantu atau momok bagi masyarakat. Intel harus terbuka dalam arti terbuka itu silakan kalau orang mau berpatisipasi karena dalam produk intelijen itu perlu informasi sebanyak-banyaknya," katana.
"Dalam satu masalah, ada informasi dari berbagai sumber, sehingga informasi itu lebih terpercaya, lebih akuntabel, dan kategorinya A-1 lah istilahnya."
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/461434445303.jpg Sutiyoso (BeritaSatu TV)
Jakarta - Banyak yang merasa "kebobolan" saat tiba-tiba nama Letjen TNI (Purn) Sutiyoso ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Pasalnya, selama ini namanya tidak masuk dalam daftar nama yang digadang-gadang bakal menggantikan Marciano Norman yang akan segera mengakhiri jabatannya.
Namun, ternyata Sutiyoso sudah beberapa kali menghadap Presiden Jokowi terkait pencalonan dirinya sebagai orang nomor satu di lembaga intelijen.
"Empat kali saya ke Istana, media tidak pernah tahu. Ya datang seperti hantu, pergi kayak angin, tahu-tahu enggak terasa sudah hilang," katanya saat ditanya bagaimana caranya hingga pencalonannya bisa tidak tercium media dalam program DBS to the Point yang ditayangkan Beritasatu News Channel, Selasa (16/6) malam.
Saat nama Sutiyoso diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), barulah publik mengetahui siapa kandidat Kepala BIN yang dipilih Jokowi.
Pencalonannya diwarnai pro-kontra karena sebagian pihak menilai Bang Yos, sapaan akrabnya, terlalu tua mengisi jabatan kepala BIN. Usia Bang Yos yang sudah mencapai 71 tahun, bahkan 10 tahun lebih tua dibandingkan Marciano, dinilai tak pantas mengisi jabatan kepala BIN.
Namun, menurut Bang Yos, faktor usia semestinya bukan menjadi penghalang bagi siapapun untuk menjabat jika memang mumpuni dan dipercaya oleh Jokowi.
"Orang sama-sama punya kapasitas, tapi mungkin yang ini tepat waktunya dalam kondisi saat ini. Kan bisa seperti itu pertimbangan beliau (Jokowi)," kata Bang Yos.
Bang Yos mengatakan dia selalu menjaga kebugaran jasmaninya dengan baik dengan berjalan setiap hari mengurus peliharaan burung dan tanaman di kebunnya. "Saya jalan di kebun, saya juga fitness. Saya hampir tiap hari berenang. Saya merasa benar-benar bugar," ujarnya.
"Orang ada yang berumur tapi pengalamannya banyak. Tetapi orang sudah berusia itu ada yang sehat dan ada yang tidak. Saya masuk dalam kategori yang sehat," kata Bang Yos.
"Anak muda juga belum berarti sehat, tapi anak muda yang loyo juga ada," tambahnya.
Bang Yos mengakui tugas kepala BIN sangat rumit dan penuh tantangan, tetapi berdasarkan pengalamannya di Kopassus, terlebih di unit intelijen Sandi Yudha, dia merasa memiliki banyak pengalaman yang pasti berguna jika kelak memimpin lembaga intelijen negara.
Bahkan saat di Kopassus dulu, dia paling lama berdinas di Sandi Yudha sehingga lebih sering mengenakan pakaian preman dan membiarkan rambutnya panjang dibandingkan berpakaian dinas dengan atribut resmi lainnya.
Walau dunia intelijen terkesan menakutkan dan represif, Bang Yos berharap ke depannya BIN bisa mengubah kesan tersebut dan lebih terbuka kepada masyarakat.
"Intel itu bukan hantu atau momok bagi masyarakat. Intel harus terbuka dalam arti terbuka itu silakan kalau orang mau berpatisipasi karena dalam produk intelijen itu perlu informasi sebanyak-banyaknya," katana.
"Dalam satu masalah, ada informasi dari berbagai sumber, sehingga informasi itu lebih terpercaya, lebih akuntabel, dan kategorinya A-1 lah istilahnya."