Gusnan
30th May 2015, 04:25 AM
http://ad.beritasatumedia.com/b1-ads/www/delivery/lg.php?bannerid=0&campaignid=0&zoneid=59&loc=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Feropa%2F2782 36-putin-berlakukan-kematian-militer-sebagai-rahasia-negara.html&referer=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fdunia&cb=85d8b16820
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1399681881.jpg Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) bersama veteran Perang Dunia II menyaksikan parade kehormatan militer dalam kunjungannya ke Krimea, 9 Mei 2014. (YURI KADOBNOV / AFP / Getty Images)
Moscow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa seluruh kematian akibat aktivitas militer dianggap sebagai rahasia negara. Aktivitas militer itu bukan hanya saat perang tetapi juga dalam kondisi damai.
Kebijakan ini membuat para aktivis khawatir akan melemahkan pemberitaan mengenai kematian tentara Rusia di Ukraina.
Putin telah mengamandemen peraturan untuk memperlebar daftar informasi yang dianggap rahasia negara, termasuk informasi jumlah korban tewas saat operasi khusus di luar kondisi perang.
Sebelumnya, informasi jumlah tentara yang tewas hanya dilarang diberitakan saat kondisi perang. Namun, kini peraturan itu berlaku dalam kondisi apa pun. Jika berani membocorkan informasi yang dikategorikan rahasia negara, maka siapapun terancam hukuman hingga tujuh tahun penjara.
Banyak yang menduga aturan baru ini diterapkan untuk menutupi fakta yang terjadi di Ukraina, namun Putin berulang kali membantah keterlibatan tentaranya dalam pemberontakan kelompok pro-Rusia di Ukraina.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan perubahan aturan ini juga tidak terkait dengan konflik di Ukraina.
Pejuang hak asasi manusia (HAM) Valentina Melnikova, sekretaris Panitia Ibu Serikat Tentara, mengatakan kebijakan baru tersebut akan melegalkan praktik yang merahasiakan informasi kerugian militer. Hal itu dinilai persis seperti apa yang telah dilakukan pada masa Soviet.
"Saya tidak tahu apakah [peraturan baru] itu terkait, tapi otoritas Rusia tidak pernah mengungkapkan jumlah korban tewas, kecuali setelah South Ossetia," katanya mengacu pada konflik 2008 saat pasukan Rusia menduduki wilayah pemekaran Georgian.
"Itu selalu dianggap sebagai rahasia negara. Sekarang Putin membuat hal ini menjadi resmi."
Sergei Krivenko, anggota badan HAM, mengatakan peraturan itu menimbulkan banyak pertanyaan dan bisa digunakan sebagai alat intimidasi terhadap aktivis, jurnalis atau keluarga yang melaporkan kematian tentara Rusia di timur Ukraina.
"Jika kita tinggal di negara bagian yang diatur dengan hukum, kebijakan ini hanya berlaku bagi pejabat. Mereka yang memiliki informasi itu tidak memiliki hak untuk mempublikasikan, itulah yang diatur dalam peraturan baru tersebut," katanya.
"Namun di situasi sekarang iniā¦hampir semua warga negara bisa dihukum jika membocorkan informasi, sejauh itu karena otoritas memutuskan informasi ini bisa mengganggu kepentingan negara."
Awal bulan ini, satu dari dua pria Rusia yang ditangkap oleh pasukan Ukraina saat bentrok melawan pemberontak pro-Rusia mengatakan bahwa dia adalah anggota pasukan khusus Rusia.
Penyamaran keberadaan tentara Rusia di Ukraina sebenarnya sangat tabu ditampilkan di televisi yang dikontrol pemerintah, yang menggambarkan warga Rusia bertarung ke sana sebagai sukarelawan.
Setidaknya 276 tentara Rusia telah tewas di Ukraina, menurut daftar nama yang dikompilasi oleh Open Russia, organisasi yang digawangi oleh pengkritik Kremlin dan mantan oligarki Mikhail Khodorkovsky.
Reuters menyaksikan sejumlah pasukan Rusia dan ratusan senjata api berada di dekat perbatasan Ukraina minggu ini. Hal itu memberikan bukti adanya keberadaan personel militer berskala besar.
Tak hanya itu, pada bulan ini teman pemimpin oposisi Boris Nemtsov, yang dibunuh dekat dengan Kremlin pada Februari silam, memberikan laporan adanya bukti operasi militer Rusia di timur Ukraina.
Keluarga personel militer dan tentara yang kembali pulang ke Rusia menolak berbicara soal konflik tersebut. Aktivis Ilya Yashin mengatakan kepada the Guardian bahwa dia telah bertemu dengan keluarga 17 tentara dari Ivanovo yang terbunuh di Ukraina, tetapi mereka telah menandatangani perjanjian kerahasiaan dan takut buka mulut kepada media.
Salah satu anggota Kongres Amerika Serikat, Mac Thornberry, mengatakan pasukan tentara Rusia mencoba menyembunyikan daftar korban tewas dengan mengirimkan tempat pembakaran mayat mobile ke timur Ukraina.
Namun, juru bicara Putin mengatakan pernyataan itu tidak bisa dipercaya, dan Kementerian Luar Negeri AS menolak berkomentar.
Febriamy Hutapea/FEB
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1399681881.jpg Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) bersama veteran Perang Dunia II menyaksikan parade kehormatan militer dalam kunjungannya ke Krimea, 9 Mei 2014. (YURI KADOBNOV / AFP / Getty Images)
Moscow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa seluruh kematian akibat aktivitas militer dianggap sebagai rahasia negara. Aktivitas militer itu bukan hanya saat perang tetapi juga dalam kondisi damai.
Kebijakan ini membuat para aktivis khawatir akan melemahkan pemberitaan mengenai kematian tentara Rusia di Ukraina.
Putin telah mengamandemen peraturan untuk memperlebar daftar informasi yang dianggap rahasia negara, termasuk informasi jumlah korban tewas saat operasi khusus di luar kondisi perang.
Sebelumnya, informasi jumlah tentara yang tewas hanya dilarang diberitakan saat kondisi perang. Namun, kini peraturan itu berlaku dalam kondisi apa pun. Jika berani membocorkan informasi yang dikategorikan rahasia negara, maka siapapun terancam hukuman hingga tujuh tahun penjara.
Banyak yang menduga aturan baru ini diterapkan untuk menutupi fakta yang terjadi di Ukraina, namun Putin berulang kali membantah keterlibatan tentaranya dalam pemberontakan kelompok pro-Rusia di Ukraina.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan perubahan aturan ini juga tidak terkait dengan konflik di Ukraina.
Pejuang hak asasi manusia (HAM) Valentina Melnikova, sekretaris Panitia Ibu Serikat Tentara, mengatakan kebijakan baru tersebut akan melegalkan praktik yang merahasiakan informasi kerugian militer. Hal itu dinilai persis seperti apa yang telah dilakukan pada masa Soviet.
"Saya tidak tahu apakah [peraturan baru] itu terkait, tapi otoritas Rusia tidak pernah mengungkapkan jumlah korban tewas, kecuali setelah South Ossetia," katanya mengacu pada konflik 2008 saat pasukan Rusia menduduki wilayah pemekaran Georgian.
"Itu selalu dianggap sebagai rahasia negara. Sekarang Putin membuat hal ini menjadi resmi."
Sergei Krivenko, anggota badan HAM, mengatakan peraturan itu menimbulkan banyak pertanyaan dan bisa digunakan sebagai alat intimidasi terhadap aktivis, jurnalis atau keluarga yang melaporkan kematian tentara Rusia di timur Ukraina.
"Jika kita tinggal di negara bagian yang diatur dengan hukum, kebijakan ini hanya berlaku bagi pejabat. Mereka yang memiliki informasi itu tidak memiliki hak untuk mempublikasikan, itulah yang diatur dalam peraturan baru tersebut," katanya.
"Namun di situasi sekarang iniā¦hampir semua warga negara bisa dihukum jika membocorkan informasi, sejauh itu karena otoritas memutuskan informasi ini bisa mengganggu kepentingan negara."
Awal bulan ini, satu dari dua pria Rusia yang ditangkap oleh pasukan Ukraina saat bentrok melawan pemberontak pro-Rusia mengatakan bahwa dia adalah anggota pasukan khusus Rusia.
Penyamaran keberadaan tentara Rusia di Ukraina sebenarnya sangat tabu ditampilkan di televisi yang dikontrol pemerintah, yang menggambarkan warga Rusia bertarung ke sana sebagai sukarelawan.
Setidaknya 276 tentara Rusia telah tewas di Ukraina, menurut daftar nama yang dikompilasi oleh Open Russia, organisasi yang digawangi oleh pengkritik Kremlin dan mantan oligarki Mikhail Khodorkovsky.
Reuters menyaksikan sejumlah pasukan Rusia dan ratusan senjata api berada di dekat perbatasan Ukraina minggu ini. Hal itu memberikan bukti adanya keberadaan personel militer berskala besar.
Tak hanya itu, pada bulan ini teman pemimpin oposisi Boris Nemtsov, yang dibunuh dekat dengan Kremlin pada Februari silam, memberikan laporan adanya bukti operasi militer Rusia di timur Ukraina.
Keluarga personel militer dan tentara yang kembali pulang ke Rusia menolak berbicara soal konflik tersebut. Aktivis Ilya Yashin mengatakan kepada the Guardian bahwa dia telah bertemu dengan keluarga 17 tentara dari Ivanovo yang terbunuh di Ukraina, tetapi mereka telah menandatangani perjanjian kerahasiaan dan takut buka mulut kepada media.
Salah satu anggota Kongres Amerika Serikat, Mac Thornberry, mengatakan pasukan tentara Rusia mencoba menyembunyikan daftar korban tewas dengan mengirimkan tempat pembakaran mayat mobile ke timur Ukraina.
Namun, juru bicara Putin mengatakan pernyataan itu tidak bisa dipercaya, dan Kementerian Luar Negeri AS menolak berkomentar.
Febriamy Hutapea/FEB