Gusnan
28th May 2015, 04:23 AM
http://ad.beritasatumedia.com/b1-ads/www/delivery/lg.php?bannerid=0&campaignid=0&zoneid=59&loc=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fpendidikan%2 F277489-rektor-hkbp-nommensen-ada-puluhan-ribu-pembeli-gelar-sarjana-di-sumut.html&referer=http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fkesra&cb=9c2fc06db4
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1424977409.jpg
Medan - Rektor Universitas Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Nommensen, Jongkers Tampubolon, mengatakan jual beli ijazah oleh perguruan tinggi bukan rahasia lagi. Jika pemerintah mau mengambil tindakan, puluhan ribu pengguna gelar sarjana mendapatkan gelarnya dari ijazah tersebut.
"Pengguna ijazah sarjana itu lebih banyak dilakukan orang yang bekerja di daerah pedalaman. Misalnya, pembeli gelar sarjana untuk di daerah ini, ada terdapat di Nias Selatan dan daerah lainnya. Jadi, pemerintah enggak usah bingung," ujarnya kepada SP di Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (26/5) malam.
Jongkers mengatakan, jual beli ijazah sarjana itu sudah lama terjadi. Persoalan ini muncul karena banyaknya permintaan, apalagi selama ini pemerintah lemah dalam mengawasinya.
"Pemerintah sudah memberikan rangsangan melalui perguruan tinggi, apalagi tidak mengambil tindakan tegas. Padahal, tugas pemerintah untuk mengantisipasi hal tersebut sangat besar yakni, membina, mengawasi dan mengendalikan. Itu tidak dilakukan," ungkapnya.
Menurutnya, tidak sedikit di antara pembeli ijazah itu bekerja di pemerintahan dengan statusnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Selama ini, aparat tidak bisa mengambil tindakan karena tidak ada pengaduan, khususnya dari pihak yang mengajukan keberatan. Sehingga, jual beli ijazah itu semakin berkembang.
"Orang yang membeli ijazah itu mempunyai sifat dan kepribadian tidak percaya diri. Selain itu, upaya ini berkembang karena tuntutan jabatan. Uang sebagai jalan untuk membeli gelar sarjana tersebut. Ini yang bisa membuat bangsa hancur dan tertinggal dengan negara lain. Padahal, bila dikaji secara logika, gelar sarjana yang dibeli itu tidak ada pentingnya," tegasnya.
http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1424977409.jpg
Medan - Rektor Universitas Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Nommensen, Jongkers Tampubolon, mengatakan jual beli ijazah oleh perguruan tinggi bukan rahasia lagi. Jika pemerintah mau mengambil tindakan, puluhan ribu pengguna gelar sarjana mendapatkan gelarnya dari ijazah tersebut.
"Pengguna ijazah sarjana itu lebih banyak dilakukan orang yang bekerja di daerah pedalaman. Misalnya, pembeli gelar sarjana untuk di daerah ini, ada terdapat di Nias Selatan dan daerah lainnya. Jadi, pemerintah enggak usah bingung," ujarnya kepada SP di Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (26/5) malam.
Jongkers mengatakan, jual beli ijazah sarjana itu sudah lama terjadi. Persoalan ini muncul karena banyaknya permintaan, apalagi selama ini pemerintah lemah dalam mengawasinya.
"Pemerintah sudah memberikan rangsangan melalui perguruan tinggi, apalagi tidak mengambil tindakan tegas. Padahal, tugas pemerintah untuk mengantisipasi hal tersebut sangat besar yakni, membina, mengawasi dan mengendalikan. Itu tidak dilakukan," ungkapnya.
Menurutnya, tidak sedikit di antara pembeli ijazah itu bekerja di pemerintahan dengan statusnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Selama ini, aparat tidak bisa mengambil tindakan karena tidak ada pengaduan, khususnya dari pihak yang mengajukan keberatan. Sehingga, jual beli ijazah itu semakin berkembang.
"Orang yang membeli ijazah itu mempunyai sifat dan kepribadian tidak percaya diri. Selain itu, upaya ini berkembang karena tuntutan jabatan. Uang sebagai jalan untuk membeli gelar sarjana tersebut. Ini yang bisa membuat bangsa hancur dan tertinggal dengan negara lain. Padahal, bila dikaji secara logika, gelar sarjana yang dibeli itu tidak ada pentingnya," tegasnya.