Gusnan
7th April 2015, 12:23 PM
http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2015/04/07/306177_anak-anak-yaman-mengungsi_663_382.jpg
Anak-anak menumpang bagian belakang truk untuk mengungsi ke daerah yang aman dari gempuran pasukan koalisi militer Arab Saudi. (06/04/2015) (REUTERS/Khaled Abdullah TPX IMAGES OF THE DAY)
http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/lg.php?bannerid=29&campaignid=13&zoneid=426&loc=http%3A%2F%2Fdunia.news.viva.co.id%2Fnews%2Fre ad%2F610741-pbb--yaman-kini-sangat-butuh-bantuan-kemanusiaan&referer=http%3A%2F%2Fdunia.news.viva.co.id%2F&cb=906e1f33fa
Perwakilan badan PBB untuk menangani isu anak-anak, UNICEF di Yaman, Julien Harneis, mengatakan, negara itu kini tengah menanti bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan warganya yang menjadi korban peperangan.
UNICEF memperkirakan, jika perang masih berlanjut, sementara tak ada bantuan kemanusiaan yang masuk, para pengungsi dan warga terancam akan terkena penyakit serta kekurangan gizi.
Kantor berita Reuters, Senin, 6 April 2015 melansir pernyataan Harneis yang menyebut begitu banyak anak yang tewas dalam pertempuran antara kelompok pemberontak Houthi dengan pasukan pemerintah yang didukung oleh koalisi Arab Saudi. Bahkan, rumah sakit dan sekolah-sekolah telah diambil alih pihak yang terlibat peperangan.
Belum lagi kekurangan bahan bakar akan mengancam program imunisasi anak di sana. Sementara itu, vaksin perlu untuk diletakkan di dalam lemari pendingin dan dana yang semula dialokasikan untuk penduduk miskin juga dihentikan.
Sementara itu, di waktu bersamaan, biaya untuk membeli air naik. Kondisi tersebut dipicu kenaikan biaya untuk menjalankan generator pompa air, maka bagai efek domino, harga-harga makanan pun ikut naik. Padahal, saat itu pendapatan warga mengalami penurunan drastis.
Peperangan antara kelompok pemberontak Houthi dengan pasukan pemerintah turut memaksa banyak warga yang mengungsi. Tetapi, kehidupan para pengungsi juga jauh dari kata layak, karena keadaan sanitasi yang buruk dan bisa menyebarkan penyakit.
"Kami kini sangat membutuhkan sebuah bantuan kemanusiaan," ungkap Harneis yang berbicara dari Yordania.
UNICEF dan Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC) mencoba untuk mengirimkan bantuan melalui udara pada hari ini ke Yaman, karena situasi warga yang kian mendesak. Tetapi, mereka masih harus berjuang guna memperoleh izin dari Arab Saudi dan menemukan pesawat yang sesuai untuk masuk ke daerah konflik.
"Fokus utama kami yakni mengirimkan air, sanitasi ,dan obat-obatan," kata Harneis.
Korban Anak
UNICEF mengatakan, setidaknya ada 62 anak yang tewas pada akhir Maret lalu di Yaman. Harneis mengingatkan, jumlah itu bisa terus bertambah karena situasi di Yaman kian parah.
Belum lagi banyak anak-anak yang justru dikerahkan untuk ikut berperang oleh beberapa faksi bersenjata di Yaman. Perekrutan anak sebagai tentara telah menjadi praktik yang umum di Yaman.
"Semua jenis suku itu, hampir sepertiga dari mereka adalah anak-anak," kata dia.
Pada Kamis pekan lalu, PBB mencatat total warga yang tewas dalam dua pekan pertempuran mencapai lebih dari 500 orang. Sementara itu, menurut saksi, warga yang tewas kini semakin bertambah, termasuk 60 orang yang terbunuh pada Minggu lalu, akibat pertempuran di Distrik Mualla di bagian selatan kota Aden.
Di pusat kota Aden kini masih harus bertahan dalam situasi konflik. Penduduk di sana mengeluh karena fasilitas air dan listrik telah diputus selama beberapa hari. (art)
Anak-anak menumpang bagian belakang truk untuk mengungsi ke daerah yang aman dari gempuran pasukan koalisi militer Arab Saudi. (06/04/2015) (REUTERS/Khaled Abdullah TPX IMAGES OF THE DAY)
http://ads.viva.co.id/ads/www/delivery/lg.php?bannerid=29&campaignid=13&zoneid=426&loc=http%3A%2F%2Fdunia.news.viva.co.id%2Fnews%2Fre ad%2F610741-pbb--yaman-kini-sangat-butuh-bantuan-kemanusiaan&referer=http%3A%2F%2Fdunia.news.viva.co.id%2F&cb=906e1f33fa
Perwakilan badan PBB untuk menangani isu anak-anak, UNICEF di Yaman, Julien Harneis, mengatakan, negara itu kini tengah menanti bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan warganya yang menjadi korban peperangan.
UNICEF memperkirakan, jika perang masih berlanjut, sementara tak ada bantuan kemanusiaan yang masuk, para pengungsi dan warga terancam akan terkena penyakit serta kekurangan gizi.
Kantor berita Reuters, Senin, 6 April 2015 melansir pernyataan Harneis yang menyebut begitu banyak anak yang tewas dalam pertempuran antara kelompok pemberontak Houthi dengan pasukan pemerintah yang didukung oleh koalisi Arab Saudi. Bahkan, rumah sakit dan sekolah-sekolah telah diambil alih pihak yang terlibat peperangan.
Belum lagi kekurangan bahan bakar akan mengancam program imunisasi anak di sana. Sementara itu, vaksin perlu untuk diletakkan di dalam lemari pendingin dan dana yang semula dialokasikan untuk penduduk miskin juga dihentikan.
Sementara itu, di waktu bersamaan, biaya untuk membeli air naik. Kondisi tersebut dipicu kenaikan biaya untuk menjalankan generator pompa air, maka bagai efek domino, harga-harga makanan pun ikut naik. Padahal, saat itu pendapatan warga mengalami penurunan drastis.
Peperangan antara kelompok pemberontak Houthi dengan pasukan pemerintah turut memaksa banyak warga yang mengungsi. Tetapi, kehidupan para pengungsi juga jauh dari kata layak, karena keadaan sanitasi yang buruk dan bisa menyebarkan penyakit.
"Kami kini sangat membutuhkan sebuah bantuan kemanusiaan," ungkap Harneis yang berbicara dari Yordania.
UNICEF dan Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC) mencoba untuk mengirimkan bantuan melalui udara pada hari ini ke Yaman, karena situasi warga yang kian mendesak. Tetapi, mereka masih harus berjuang guna memperoleh izin dari Arab Saudi dan menemukan pesawat yang sesuai untuk masuk ke daerah konflik.
"Fokus utama kami yakni mengirimkan air, sanitasi ,dan obat-obatan," kata Harneis.
Korban Anak
UNICEF mengatakan, setidaknya ada 62 anak yang tewas pada akhir Maret lalu di Yaman. Harneis mengingatkan, jumlah itu bisa terus bertambah karena situasi di Yaman kian parah.
Belum lagi banyak anak-anak yang justru dikerahkan untuk ikut berperang oleh beberapa faksi bersenjata di Yaman. Perekrutan anak sebagai tentara telah menjadi praktik yang umum di Yaman.
"Semua jenis suku itu, hampir sepertiga dari mereka adalah anak-anak," kata dia.
Pada Kamis pekan lalu, PBB mencatat total warga yang tewas dalam dua pekan pertempuran mencapai lebih dari 500 orang. Sementara itu, menurut saksi, warga yang tewas kini semakin bertambah, termasuk 60 orang yang terbunuh pada Minggu lalu, akibat pertempuran di Distrik Mualla di bagian selatan kota Aden.
Di pusat kota Aden kini masih harus bertahan dalam situasi konflik. Penduduk di sana mengeluh karena fasilitas air dan listrik telah diputus selama beberapa hari. (art)