Gusnan
7th April 2015, 04:00 AM
http://cat.jp.as.criteo.com/delivery/lg.php?cppv=1&cpp=%2BLxLnHxqS3dPNUlSOVJqSGM1Z1hGYS9HUjZGVVR5RnVn VGtDdyt4dXdWV1Y5c0RQZ2FnMW1Eek9MN3hXMFJHdTRDMmp6Vm duTjZPQi9VWHE4eGRMb3dseHdZNjBsb3ViU2M2QjlzakptRXdi RGRqdGFnOU1nTkZxVXAzaXlibVY0WHQ2YTVnRko2QlBOcnV6OD NoZDBJMzhZbW9IK1RTanlNOGtjVy9tK1dzblF1NTZndkthWU5h N2dHU0RFbUl1RlRIVUxXNEN4OWlYMEVramJmZlE1dERld0xRPT 18
http://beta.newopenx.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=10613&campaignid=3382&zoneid=1108&loc=1&referer=http%3A%2F%2Ffinance.detik.com%2Fread%2F20 15%2F04%2F06%2F063837%2F2878542%2F5%2Fmasyarakat-negara-ini-simpan-rp-3900-triliun-di-bawah-bantal&cb=eb51aa5ef9
http://images.detik.com/content/2015/04/06/5/yen.jpg Foto: Yen (Reuters)
Jakarta -Meski ekonominya dikatagorikan maju, masyarakat Jepang lebih memilih menyimpan uangnya secara tunai di rumah, ketimbang menaruhnya di instrumen bank. Uang yang disimpan di 'bawah bantal' ini baru akan digunakan bila terjadi krisis ekonomi.
"Uang-uang tersebut disimpan begitu lama. Sulit untuk membuat mereka menggunakan uang tunai tersebut," ujar Kepala Ekonomi dari Mizuho Securities, Yasunori Ueno, seperti dilansir dari CNBC, Senin (6/4/2015).
Tahun lalu, Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso, sempat marah kepada masyarakat Jepang karena begitu banyaknya uang tunai yang mereka pegang, dan disimpan di bawah bantal tersebut.
"Ini konyol. Seharusnya uang-uang tersebut disimpan di bank, sehingga bank bisa membiayai industri-industri," kata Aso, menurut laporan harian Sankei.
Ueno memperkirakan, per 25 Maret lalu, rumah tangga di Jepang menyimpan sekitar 36 triliun yen (US$ 301 miliar) atau sekitar Rp 3.900 triliun uang tunai di rumahnya.
"Ini seperti bola salju yang belum meleleh. Uang-uang itu akan diam begitu saja di sana, tidak bergerak dan membeku sepanjang waktu," kata Kepala Ekonomi dari Dai-ichi Life Research Institute, Hideo Kumano.
Di banyak negara, menyimpan uang sering diartikan dengan pergerekan ekonomi bawah tanah, untuk menghindari pajak. Kumano belum bisa mengartikan, apakah ada pajak-pajak yang dihindari oleh masyarakat Jepang
http://beta.newopenx.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=10613&campaignid=3382&zoneid=1108&loc=1&referer=http%3A%2F%2Ffinance.detik.com%2Fread%2F20 15%2F04%2F06%2F063837%2F2878542%2F5%2Fmasyarakat-negara-ini-simpan-rp-3900-triliun-di-bawah-bantal&cb=eb51aa5ef9
http://images.detik.com/content/2015/04/06/5/yen.jpg Foto: Yen (Reuters)
Jakarta -Meski ekonominya dikatagorikan maju, masyarakat Jepang lebih memilih menyimpan uangnya secara tunai di rumah, ketimbang menaruhnya di instrumen bank. Uang yang disimpan di 'bawah bantal' ini baru akan digunakan bila terjadi krisis ekonomi.
"Uang-uang tersebut disimpan begitu lama. Sulit untuk membuat mereka menggunakan uang tunai tersebut," ujar Kepala Ekonomi dari Mizuho Securities, Yasunori Ueno, seperti dilansir dari CNBC, Senin (6/4/2015).
Tahun lalu, Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso, sempat marah kepada masyarakat Jepang karena begitu banyaknya uang tunai yang mereka pegang, dan disimpan di bawah bantal tersebut.
"Ini konyol. Seharusnya uang-uang tersebut disimpan di bank, sehingga bank bisa membiayai industri-industri," kata Aso, menurut laporan harian Sankei.
Ueno memperkirakan, per 25 Maret lalu, rumah tangga di Jepang menyimpan sekitar 36 triliun yen (US$ 301 miliar) atau sekitar Rp 3.900 triliun uang tunai di rumahnya.
"Ini seperti bola salju yang belum meleleh. Uang-uang itu akan diam begitu saja di sana, tidak bergerak dan membeku sepanjang waktu," kata Kepala Ekonomi dari Dai-ichi Life Research Institute, Hideo Kumano.
Di banyak negara, menyimpan uang sering diartikan dengan pergerekan ekonomi bawah tanah, untuk menghindari pajak. Kumano belum bisa mengartikan, apakah ada pajak-pajak yang dihindari oleh masyarakat Jepang