Gusnan
5th March 2015, 04:51 AM
Halaman 1 dari 2
http://beta.newopenx.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=9131&campaignid=3379&zoneid=1124&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fread%2F2015% 2F03%2F04%2F232727%2F2849905%2F10%2Fpengamanan-dengan-sukhoi-untuk-eksekusi-mati-dinilai-berlebihan%3F9911012&cb=f15285f5a7
Jakarta - TNI menyiapkan 3 pesawat Sukhoi untuk ikut mengamankan proses pemindahan gembong narkoba Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari LP Grobokan, Bali menuju Nusakambangan. Pengamat militer Salim Said menilai langkah tersebut berlebihan dan malah justru memprovokasi negara-negara yang warganya akan dieksekusi mati itu.
"Agak berlebih-lebihan, agak didramatisir. Menurut saya kalau kita terlalu banyak bicara, itu memancing reaksi dari luar. Makanya saya selalu menyarankan supaya kita jangan terlalu banyak bicara lah mengenai rencana eksekusi, kita jalankan saja, diumumkan kalau sudah selesai," ujar Salim usai Seminar Peradaban Polisi dan Politik di Gedung Gading Marina Function Hall, Jl Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakut, Rabu (4/3/2015).
Menurut Guru Besar Universitas Pertahanan itu, seharusnya pihak-pihak yang terkait dalam proses eksekusi mati itu tidak perlu banyak berkomentar. Sebab pada akhirnya keadaan justru menimbulkan persepsi seakan-akan Indonesia masih bisa ditekan untuk keputusan tersebut.
"Padahal itu kan mempersulit kita, bukan kita harus tunduk, tapi repot kita kalau terus-terus ditekan apalagi bisa menimbulkan persoalan-persoalan," kata Salim.
Ia lalu memberi contoh KJRI di Sydney, Australia yang diancam dan diduga terkait dengan protes kebijakan Indonesia terhadap warga negeri Kanguru itu yang akan segera dieksekusi. Menurut Salim itu adalah dampak karena sikap berlebihan dari dalam negeri.
"Misalnya di Sidney kita punya Konjen dilempar cat merah. Kalau kita diam saja kan sudah kita umumkan secara hukum akan dieksekusi, sudah kita jawab komentar-komentar protes. Jangan terus-terus kita sibuk, kerjakan saja," tutur penulis senior itu.
"Jangan over dramatisir, misalnya pakai Sukhoi. Menurut saya cukuplah pengamanan di darat sebab apakah Australia atau Brasil mau menyerang pakai pesawat tempur? Kan nggak mungkin, tidak akan perang karena itu," sambung Salim.Next (http://news.detik.com/read/2015/03/04/232727/2849905/10/2/pengamanan-dengan-sukhoi-untuk-eksekusi-mati-dinilai-berlebihan)
http://beta.newopenx.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=9131&campaignid=3379&zoneid=1124&loc=1&referer=http%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fread%2F2015% 2F03%2F04%2F232727%2F2849905%2F10%2Fpengamanan-dengan-sukhoi-untuk-eksekusi-mati-dinilai-berlebihan%3F9911012&cb=f15285f5a7
Jakarta - TNI menyiapkan 3 pesawat Sukhoi untuk ikut mengamankan proses pemindahan gembong narkoba Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari LP Grobokan, Bali menuju Nusakambangan. Pengamat militer Salim Said menilai langkah tersebut berlebihan dan malah justru memprovokasi negara-negara yang warganya akan dieksekusi mati itu.
"Agak berlebih-lebihan, agak didramatisir. Menurut saya kalau kita terlalu banyak bicara, itu memancing reaksi dari luar. Makanya saya selalu menyarankan supaya kita jangan terlalu banyak bicara lah mengenai rencana eksekusi, kita jalankan saja, diumumkan kalau sudah selesai," ujar Salim usai Seminar Peradaban Polisi dan Politik di Gedung Gading Marina Function Hall, Jl Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakut, Rabu (4/3/2015).
Menurut Guru Besar Universitas Pertahanan itu, seharusnya pihak-pihak yang terkait dalam proses eksekusi mati itu tidak perlu banyak berkomentar. Sebab pada akhirnya keadaan justru menimbulkan persepsi seakan-akan Indonesia masih bisa ditekan untuk keputusan tersebut.
"Padahal itu kan mempersulit kita, bukan kita harus tunduk, tapi repot kita kalau terus-terus ditekan apalagi bisa menimbulkan persoalan-persoalan," kata Salim.
Ia lalu memberi contoh KJRI di Sydney, Australia yang diancam dan diduga terkait dengan protes kebijakan Indonesia terhadap warga negeri Kanguru itu yang akan segera dieksekusi. Menurut Salim itu adalah dampak karena sikap berlebihan dari dalam negeri.
"Misalnya di Sidney kita punya Konjen dilempar cat merah. Kalau kita diam saja kan sudah kita umumkan secara hukum akan dieksekusi, sudah kita jawab komentar-komentar protes. Jangan terus-terus kita sibuk, kerjakan saja," tutur penulis senior itu.
"Jangan over dramatisir, misalnya pakai Sukhoi. Menurut saya cukuplah pengamanan di darat sebab apakah Australia atau Brasil mau menyerang pakai pesawat tempur? Kan nggak mungkin, tidak akan perang karena itu," sambung Salim.Next (http://news.detik.com/read/2015/03/04/232727/2849905/10/2/pengamanan-dengan-sukhoi-untuk-eksekusi-mati-dinilai-berlebihan)