Gusnan
13th February 2015, 12:08 PM
http://cdn.klimg.com/muvila.com/resources/news/2015/01/23/5583/592x342-tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.jpg
0 (https://www.facebook.com/sharer/sharer.php?u=http://www.muvila.com/tv/showbizz/tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.html)
0 (https://twitter.com/intent/tweet?text=Tayangan%20Olahraga%20Indonesia%20Bisa% 20Jadi%20Raja%20di%20Negeri%20Sendiri&url=http://www.muvila.com/tv/showbizz/tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.html)
klik (https://plus.google.com/share?url=http://www.muvila.com/tv/showbizz/tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.html)
Jika penetrasi layanan TV berbayar di Indonesia makin tinggi, tayangan olahraga lokal bisa meraih banyak penonton
Tayangan olahraga lokal berpotensi untuk merebut jumlah penonton TV yang besar dan menjadi raja di negeri sendiri. Syaratnya, ada kerja sama antara media massa, federasi olahraga dan Komite Olahraga Indonesia. Hal ini karena kinerja publikasi yang harus tetap diperhatikan tanpa mengesampingkan kualitas sisi olahraga. Prediksi ini dijelaskan oleh Vice President Territory Head Fox International Channels (FIC) Indonesia Cam Walker.
"Pada waktunya nanti, konten seperti La Liga, tenis Grand Slam, atau Formula One akan kalah dari liga sepak bola Indonesia, basket Indonesia, tinju Indonesia, dan bulu tangkis Indonesia," ungkap Cam Walker dalam acara seminar “Indonesia in View 2015” yang diadakan Cable and Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA) di Jakarta pada Selasa, 20 Januari lalu.
Cam menambahkan, tayangan-tayangan olahraga lokal tersebut dapat mencuat apabila disiarkan oleh layanan TV berbayar. Hal ini disebabkan, tayangan sepak bola masih mendominasi banyak penonton TV terestrial atau Free-to-Air (FTA) di Indonesia. Dampaknya, tayangan jenis olahraga lain cukup sulit untuk bisa ditayangkan oleh TV terestrial. Itulah makanya layanan TV berbayar bisa menjadi medium alternatif. Hanya saja ada tantangan gede, yakni rendahnya penetrasi layanan TV berbayar di Indonesia.
"Saya tidak mau menyebut olahraga seperti tinju, golf, basket, voli, atau bulu tangkis dengan istilah kasta kedua. Itu semua masuk jajaran top tetapi memang jumlah audiensnya tidak sebesar sepak bola. Harus diakui pertandingan olahraga itu sulit masuk ke FTA TV karena kalah dari sinetron," ucap Cam Walker.
Cam membandingkan dengan kondisi bisnis layanan TV berbayar di negara lain, di mana tayangan olahraga bisa disiarkan oleh layanan TV berbayar. Tapi di sini kami masih sulit untuk membantu. Kenapa? Penetrasi TV berbayar kecil sekali. Jadi pengaruhnya tak seberapa," ungkap Cam.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan CASBAA, angka penetrasi layanan TV berbayar di Indonesia baru sebesar 5 persen. Jumlah ini ternyata masih jauh di bawah penetrasi kepemilikan TV di rumah tangga yang mencapai 95 persen.
Chief Operating Officer BV Sports Rahadi Arsyad juga mengemukakan pendapat yang mendukung Cam Walker. BV Sports sendiri adalah produsen tayangan Liga Super Indonesia (LSI). "TV berbayar harus sadar bahwa penonton kita mau melihat olahraga lokal. Peluang itu masih ada. Di sepak bola, misalnya tidak cuma ISL, masih ada Divisi Utama dan Liga Nusantara yang pasarnya besar di kelas segmen C dan D," jelas Rahadi.
Mark Lay dari CASBAA kemudian mencontohkan ESPN yang awalnya merupakan kanal kecil dan tak punya pengaruh besar. Akan tetapi, karena konsisten menayangkan berbagai pertandingan olahraga, ESPN pun jadi besar, bahkan jadi kanal olahraga terbesar di dunia. Menurut Mark, kanal olahraga seperti ESPN berperan besar untuk meningkatkan penetrasi layanan TV berbayar.
0 (https://www.facebook.com/sharer/sharer.php?u=http://www.muvila.com/tv/showbizz/tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.html)
0 (https://twitter.com/intent/tweet?text=Tayangan%20Olahraga%20Indonesia%20Bisa% 20Jadi%20Raja%20di%20Negeri%20Sendiri&url=http://www.muvila.com/tv/showbizz/tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.html)
klik (https://plus.google.com/share?url=http://www.muvila.com/tv/showbizz/tayangan-olahraga-indonesia-bisa-jadi-raja-di-negeri-sendiri-1501236.html)
Jika penetrasi layanan TV berbayar di Indonesia makin tinggi, tayangan olahraga lokal bisa meraih banyak penonton
Tayangan olahraga lokal berpotensi untuk merebut jumlah penonton TV yang besar dan menjadi raja di negeri sendiri. Syaratnya, ada kerja sama antara media massa, federasi olahraga dan Komite Olahraga Indonesia. Hal ini karena kinerja publikasi yang harus tetap diperhatikan tanpa mengesampingkan kualitas sisi olahraga. Prediksi ini dijelaskan oleh Vice President Territory Head Fox International Channels (FIC) Indonesia Cam Walker.
"Pada waktunya nanti, konten seperti La Liga, tenis Grand Slam, atau Formula One akan kalah dari liga sepak bola Indonesia, basket Indonesia, tinju Indonesia, dan bulu tangkis Indonesia," ungkap Cam Walker dalam acara seminar “Indonesia in View 2015” yang diadakan Cable and Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA) di Jakarta pada Selasa, 20 Januari lalu.
Cam menambahkan, tayangan-tayangan olahraga lokal tersebut dapat mencuat apabila disiarkan oleh layanan TV berbayar. Hal ini disebabkan, tayangan sepak bola masih mendominasi banyak penonton TV terestrial atau Free-to-Air (FTA) di Indonesia. Dampaknya, tayangan jenis olahraga lain cukup sulit untuk bisa ditayangkan oleh TV terestrial. Itulah makanya layanan TV berbayar bisa menjadi medium alternatif. Hanya saja ada tantangan gede, yakni rendahnya penetrasi layanan TV berbayar di Indonesia.
"Saya tidak mau menyebut olahraga seperti tinju, golf, basket, voli, atau bulu tangkis dengan istilah kasta kedua. Itu semua masuk jajaran top tetapi memang jumlah audiensnya tidak sebesar sepak bola. Harus diakui pertandingan olahraga itu sulit masuk ke FTA TV karena kalah dari sinetron," ucap Cam Walker.
Cam membandingkan dengan kondisi bisnis layanan TV berbayar di negara lain, di mana tayangan olahraga bisa disiarkan oleh layanan TV berbayar. Tapi di sini kami masih sulit untuk membantu. Kenapa? Penetrasi TV berbayar kecil sekali. Jadi pengaruhnya tak seberapa," ungkap Cam.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan CASBAA, angka penetrasi layanan TV berbayar di Indonesia baru sebesar 5 persen. Jumlah ini ternyata masih jauh di bawah penetrasi kepemilikan TV di rumah tangga yang mencapai 95 persen.
Chief Operating Officer BV Sports Rahadi Arsyad juga mengemukakan pendapat yang mendukung Cam Walker. BV Sports sendiri adalah produsen tayangan Liga Super Indonesia (LSI). "TV berbayar harus sadar bahwa penonton kita mau melihat olahraga lokal. Peluang itu masih ada. Di sepak bola, misalnya tidak cuma ISL, masih ada Divisi Utama dan Liga Nusantara yang pasarnya besar di kelas segmen C dan D," jelas Rahadi.
Mark Lay dari CASBAA kemudian mencontohkan ESPN yang awalnya merupakan kanal kecil dan tak punya pengaruh besar. Akan tetapi, karena konsisten menayangkan berbagai pertandingan olahraga, ESPN pun jadi besar, bahkan jadi kanal olahraga terbesar di dunia. Menurut Mark, kanal olahraga seperti ESPN berperan besar untuk meningkatkan penetrasi layanan TV berbayar.