Gusnan
13th February 2015, 05:17 AM
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/obama-isis_20150213_025532.jpg
AP Photo/Jacquelyn Martin
Presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi Menteri Luar Negeri John Kerry berbicara kepada pers mengenai penanganan NIIS, Rabu (11/2) di Gedung Putih, Washington, AS. Obama berjanji akan mengirim pasukan khusus untuk membunuh pemimpin NIIS.
(http://www.tribunnews.com/images/view/1483971/beredar-video-isis-ancam-polri-dan-tni)
Di hadapan Kongres, Presiden Amerika Serikat Barack Obama (http://www.tribunnews.com/tag/barack-obama/) menyatakan akan melanjutkan rencana mengirim pasukan khusus untuk membunuh pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah. Jika terwujud, rencana ini akan kian menekan kelompok itu.
Setara dengan pernyataan perang, wewenang yang diminta Obama dari Kongres bertujuan memperluas operasi militer terhadap Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). ”Koalisi kami berada dalam posisi ofensif,” kata Obama, Rabu (11/2). Sebaliknya, NIIS berada dalam posisi bertahan dan akan kalah.
Obama berjanji meningkatkan serangan yang bertumpu pada serbuan udara dengan pesawat- pesawat siluman (stealth). Bahkan, AS akan mengirim pasukan khusus untuk melumpuhkan pemimpin NIIS.
”Kalau kami mempunyai informasi intelijen yang bisa ditindaklanjuti mengenai berkumpulnya para pemimpin NIIS, sementara mitra-mitra kami tidak mempunyai kapasitas mendapatkan mereka, saya akan siap memerintahkan pasukan khusus beraksi,” kata Obama.
Ia mengaku telah berkonsultasi dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan Demokrat sebelum mengajukan permintaan wewenang. Permintaan yang diajukan Obama menandai peningkatan tekanan kepada NIIS. Pada saat yang sama, Pemerintah Irak mempersiapkan serbuan darat besar-besaran yang diperkirakan berlangsung dalam beberapa bulan lagi.
Sejak pertengahan 2014, militer AS melakukan operasi serangan udara terhadap NIIS di Irak dan Suriah. Operasi ini dilakukan bersama sejumlah negara lain, seperti Jordania.
Dengan tewasnya sandera AS Kayla Mueller dan dibunuhnya tiga sandera AS lainnya, Obama berada di bawah tekanan untuk meninjau kembali strateginya dan meningkatkan serangan. Namun, untuk mendapatkan dukungan Kongres yang dikuasai Republik dan mengatasi kegelisahan di dalam Partai Demokrat, Obama menetapkan batasan pada wewenang yang dimintanya dari Kongres.
AP Photo/Jacquelyn Martin
Presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi Menteri Luar Negeri John Kerry berbicara kepada pers mengenai penanganan NIIS, Rabu (11/2) di Gedung Putih, Washington, AS. Obama berjanji akan mengirim pasukan khusus untuk membunuh pemimpin NIIS.
(http://www.tribunnews.com/images/view/1483971/beredar-video-isis-ancam-polri-dan-tni)
Di hadapan Kongres, Presiden Amerika Serikat Barack Obama (http://www.tribunnews.com/tag/barack-obama/) menyatakan akan melanjutkan rencana mengirim pasukan khusus untuk membunuh pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah. Jika terwujud, rencana ini akan kian menekan kelompok itu.
Setara dengan pernyataan perang, wewenang yang diminta Obama dari Kongres bertujuan memperluas operasi militer terhadap Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). ”Koalisi kami berada dalam posisi ofensif,” kata Obama, Rabu (11/2). Sebaliknya, NIIS berada dalam posisi bertahan dan akan kalah.
Obama berjanji meningkatkan serangan yang bertumpu pada serbuan udara dengan pesawat- pesawat siluman (stealth). Bahkan, AS akan mengirim pasukan khusus untuk melumpuhkan pemimpin NIIS.
”Kalau kami mempunyai informasi intelijen yang bisa ditindaklanjuti mengenai berkumpulnya para pemimpin NIIS, sementara mitra-mitra kami tidak mempunyai kapasitas mendapatkan mereka, saya akan siap memerintahkan pasukan khusus beraksi,” kata Obama.
Ia mengaku telah berkonsultasi dengan anggota Kongres dari Partai Republik dan Demokrat sebelum mengajukan permintaan wewenang. Permintaan yang diajukan Obama menandai peningkatan tekanan kepada NIIS. Pada saat yang sama, Pemerintah Irak mempersiapkan serbuan darat besar-besaran yang diperkirakan berlangsung dalam beberapa bulan lagi.
Sejak pertengahan 2014, militer AS melakukan operasi serangan udara terhadap NIIS di Irak dan Suriah. Operasi ini dilakukan bersama sejumlah negara lain, seperti Jordania.
Dengan tewasnya sandera AS Kayla Mueller dan dibunuhnya tiga sandera AS lainnya, Obama berada di bawah tekanan untuk meninjau kembali strateginya dan meningkatkan serangan. Namun, untuk mendapatkan dukungan Kongres yang dikuasai Republik dan mengatasi kegelisahan di dalam Partai Demokrat, Obama menetapkan batasan pada wewenang yang dimintanya dari Kongres.