vals
1st June 2011, 10:59 AM
artikel ini ada waktu masa prapaska kemarin, ga ada salahnya kita membaca. untuk diamalakan di kehidupan sehari-hari. GBU
rada panjang ndan, mohon maaf kalo kurang rapi, selamat membaca... 7 pesan terakhir Yesus di kayu salib yang mengantar manusia pada keselamatan
http://katolisitas.org/wp-content/uploads/2011/04/7-pesan-terakhir-Yesus-400x300.jpg
Pesan terakhir yang penuh makna
Kalau seseorang yang kita kasihi meninggal, maka kita mencoba mengingat pengalaman-pengalaman bersama dengan orang tersebut, baik pengalaman suka maupun duka. Namun, terutama kita mencoba mengingat apa yang diucapkan pada saat-saat menjelang ajalnya, karena pesan pada saat-saat terakhir adalah penting dan penuh makna.
Dalam tulisan ini, maka kita akan melihat tujuh pesan Yesus yang diucapkan-Nya pada saat Dia tergantung di kayu salib, saat-saat akhir hidup-Nya. Dari pesan terakhir ini, kita akan dapat menangkap hal-hal yang terpenting yang ingin disampaikan-Nya kepada kita. Tujuh pesan Yesus terdiri dari: (a) Luk 23:34 “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.“; (b) Luk 23:43 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (c) Yoh 19:26-27 “Ibu, inilah, anakmu!” dan “Inilah ibumu!“; (d) Mar 15:34 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?“; (e) Yoh 19:28 “Aku haus!“; (f) Yoh 19:30 “Sudah selesai“; (g) Luk 23:46 “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.“
Dari pesan ini, kita melihat bagaimana Yesus ingin membawa keselamatan bagi semua orang dengan memberikan pengampunan kepada umat manusia, sehingga manusia dapat bersatu dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga, sama seperti Yesus membawa pencuri di sebelah kanan-Nya ke Firdaus. Bagaimana cara untuk mencapai Kerajaan Sorga? Yesus menunjukkan agar kita dapat menerima Maria sebagai bunda kita, senantiasa berharap pada Allah dalam kesulitan, haus akan jiwa-jiwa untuk diselamatkan, serta terus setia terhadap panggilan kita sampai akhir hayat kita, sampai tiba saatnya kita menyerahkan nyawa kita kepada Bapa dan kemudian memulai kehidupan baru di dalam Kerajaan Sorga.
Pada saat Yesus tergantung di kayu salib, di tahta-Nya yang dipandang hina oleh banyak orang, Dia melihat dengan jelas drama kehidupan kehidupan manusia, mulai dari serdadu yang kejam, murid-muridnya yang pengecut, kaum Farisi yang iri hati, orang-orang yang tidak melakukan apapun ketika mereka melihat ketidakadilan. Di kayu salib dan juga dalam permenungan-Nya di taman Getsemani, Kristus juga melihat dosa-dosa seluruh umat manusia, mulai dari Adam dan Hawa sampai manusia terakhir. Ini berarti Dia juga melihat semua dosa kita. Inilah yang menyebabkan Yesus meneteskan keringat darah.
Santo Tomas Aquinas menyatakan bahwa ada tiga pengetahuan di dalam Kristus dalam kodrat-Nya sebagai manusia, yaitu: 1) pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman/ pembelajaran (acquired knowledge), 2) pengetahuan yang ditanamkan dari Allah (infused knowledge); dan 3) pandangan kesempurnaan surgawi (beatific vision). Acquired knowledge ini adalah sama seperti pengetahuan yang kita dapatkan dari kita belajar kehidupan sehari-hari maupun mendapatkan pengetahuan tentang pengetahuan-pengetahuan yang lain. Hal ini dinyatakan di dalam Alkitab ketika dituliskan “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.“(Luk 2:52). Infused knowledge adalah pengetahuan seperti yang diperoleh oleh nabi-nabi maupun para malaikat. Allah sendiri memberikan inspirasi dan dengan akal budi mereka, para nabi mengekspresikannya dengan ungkapan dan kata-kata mereka sendiri. Bagaimana dengan beatific vision?
Pengetahuan inilah yang dipunyai oleh Kristus sejak Dia dikandung dan sampai selama-lamanya. Pengetahuan ini memungkinkan Kristus senantisa berada dalam persatuan dengan Allah Bapa walaupun Dia mengambil kodrat manusia. Pada saat yang bersamaan, pengetahuan ini memungkinkan Kristus dapat memilih untuk membawa seluruh umat manusia dalam doaNya di taman Getsemani.
Bayangkan ketika orang tua merenungkan dosa-dosa yang diperbuat oleh anaknya. Dalam keterbatasan melihat dosa-dosa anaknya, hati mereka dapat menjerit dan merasakan kepedihan yang mendalam. Inilah yang dialami oleh Musa, ketika dia mengetahui bahwa bangsa Israel akan mengalami kehancuran karena telah menyembah berhala. Dia berkata “31 …”Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. 32 Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu–dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” (Kel 32:32)
Sekarang coba bayangkan, apa yang dialami oleh Yesus, ketika Dia melihat secara jelas seluruh dosa-dosa manusia, dari manusia pertama sampai manusia yang terakhir. Dan gambaran seluruh dosa-dosa manusia lebih jelas dibandingkan dengan kejelasan Musa melihat dosa-dosa umat Israel. Dengan beatific vision-Nya, Kristus melihat kesombongan manusia, orang-orang yang meninggalkan Gereja-Nya, orang-orang yang memecahkan diri dari Tubuh Mistik Kristus, orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka dan lupa akan Tuhan yang telah memberikan rejeki kepada mereka. Dia juga melihat dosa-dosa yang kita lakukan, yaitu saat kita lebih memilih kesenangan kita dibandingkan dengan mengikuti perintah Allah, atau saat kita egois, atau saat kita marah dan mengeluh ketika ada percobaan datang. Namun, pada saat yang bersamaan, selain dosa-dosa kita, Kristus juga melihat perbuatan kasih yang kita lakukan. Ini berarti pada saat kita melakukan perbuatan kasih, maka kita juga menghibur Kristus pada saat Dia berdoa di taman Getsemani. Pada waktu Kristus berdoa inilah, segala yang terjadi di masa lalu maupun masa depan, dihadirkan oleh Kristus. Dengan demikian, jika kita berdoa dan melakukan perbuatan kasih di masa kini, kita menemani dan menghibur Kristus pada saat Dia mengalami penderitaan di Taman Getsemani. Kita mengikuti apa yang diperintahkan oleh Kristus sendiri, ketika Dia mengatakan “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Mat 26:38). Jangan biarkan kita lengah sehingga Kristus menegur kita dengan mengatakan “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Mat 26:40).
Bagaimana dengan pengetahuan manusia seperti kita? Kita dapat mempunyai pengetahuan eksperimental atau kalau Tuhan menghendaki, seseorang juga dapat mempunyai infused knowledge. Bahkan dengan seijin Tuhan, Rasul Paulus mungkin mengalami beatific vision ketika dia mengatakan bahwa dia mengenal seseorang yang diangkat ke tingkat ketiga dari Sorga (lih. 2Kor 12:2-4). Namun, menjadi kodrat dari manusia untuk belajar secara bertahap. Pengetahuan manusia akan Tuhan didapatkan secara bertahap. Hal ini berbeda dengan para malaikat yang mendapatkan pengetahuan secara lengkap secara langsung. Inilah sebabnya Tuhan dapat mengampuni dosa manusia dan memberikan kesempatan kepada manusia berulang-ulang untuk memperbaiki dosanya, namun kepada malaikat yang berdosa, Tuhan tidak dapat memberikan kesempatan kedua, mengingat kesempurnaan pengetahuan yang telah diberikan kepada mereka. Kita ketahui bahwa sebagian dari para malaikat memilih untuk menolak dan melawan Tuhan.
Dengan melihat kodrat manusia ini, Kristus berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (lih. Luk 23:34). Kristus tahu bahwa manusia memang berdosa karena dipengaruhi oleh kelemahan-kelemahannya akibat dosa asal. Dengan demikian, apa yang diperbuat oleh manusia bisa saja terjadi karena ketidaktahuannya. Namun tidak semua ketidaktahuan mengakibatkan orang terbebas dari dosa. Ketidakketidaktahuan yang tak terhindari (invincible ignorance) membuat orang tidak berdosa, namun ketidaktahuan yang disebabkan oleh ketidakpedulian orang itu sendiri (culpable ignorance) menyebabkan seseorang tetap bersalah. Rasul Petrus mengerti bahwa orang-orang yang menyalibkan Yesus bertindak karena ketidaktahuan mereka, sehingga dia mengatakan “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu.” (Kis 3:17)
Bagaimana dengan kita yang telah menerima Kristus? Kita tidak mempunyai alasan lagi bahwa kita tidak tahu. Oleh karena itu, tanggung jawab kita lebih berat, karena barang siapa diberi banyak akan dituntut lebih banyak (lih. Luk 12:48). Menyadari bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak dapat menjalankan semua perintah Allah, Kristus menyediakan Diri-Nya sendiri untuk disalibkan, sehingga rahmat yang berlimpah dapat mengalir kepada kita umat Allah. Bahkan kesalahan-kesalahan yang dibuat umat Allah dapat dihapuskan dengan melakukan pengakuan dosa. Dan kalau seseorang tidak mensyukuri dan menggunakan semua kemudahan untuk mendapatkan pengampunan dosa, maka orang tersebut tidak lagi mempunyai alasan apapun kalau sampai dia kehilangan keselamatan kekal.
bersambung dibawah..
rada panjang ndan, mohon maaf kalo kurang rapi, selamat membaca... 7 pesan terakhir Yesus di kayu salib yang mengantar manusia pada keselamatan
http://katolisitas.org/wp-content/uploads/2011/04/7-pesan-terakhir-Yesus-400x300.jpg
Pesan terakhir yang penuh makna
Kalau seseorang yang kita kasihi meninggal, maka kita mencoba mengingat pengalaman-pengalaman bersama dengan orang tersebut, baik pengalaman suka maupun duka. Namun, terutama kita mencoba mengingat apa yang diucapkan pada saat-saat menjelang ajalnya, karena pesan pada saat-saat terakhir adalah penting dan penuh makna.
Dalam tulisan ini, maka kita akan melihat tujuh pesan Yesus yang diucapkan-Nya pada saat Dia tergantung di kayu salib, saat-saat akhir hidup-Nya. Dari pesan terakhir ini, kita akan dapat menangkap hal-hal yang terpenting yang ingin disampaikan-Nya kepada kita. Tujuh pesan Yesus terdiri dari: (a) Luk 23:34 “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.“; (b) Luk 23:43 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (c) Yoh 19:26-27 “Ibu, inilah, anakmu!” dan “Inilah ibumu!“; (d) Mar 15:34 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?“; (e) Yoh 19:28 “Aku haus!“; (f) Yoh 19:30 “Sudah selesai“; (g) Luk 23:46 “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.“
Dari pesan ini, kita melihat bagaimana Yesus ingin membawa keselamatan bagi semua orang dengan memberikan pengampunan kepada umat manusia, sehingga manusia dapat bersatu dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga, sama seperti Yesus membawa pencuri di sebelah kanan-Nya ke Firdaus. Bagaimana cara untuk mencapai Kerajaan Sorga? Yesus menunjukkan agar kita dapat menerima Maria sebagai bunda kita, senantiasa berharap pada Allah dalam kesulitan, haus akan jiwa-jiwa untuk diselamatkan, serta terus setia terhadap panggilan kita sampai akhir hayat kita, sampai tiba saatnya kita menyerahkan nyawa kita kepada Bapa dan kemudian memulai kehidupan baru di dalam Kerajaan Sorga.
Pada saat Yesus tergantung di kayu salib, di tahta-Nya yang dipandang hina oleh banyak orang, Dia melihat dengan jelas drama kehidupan kehidupan manusia, mulai dari serdadu yang kejam, murid-muridnya yang pengecut, kaum Farisi yang iri hati, orang-orang yang tidak melakukan apapun ketika mereka melihat ketidakadilan. Di kayu salib dan juga dalam permenungan-Nya di taman Getsemani, Kristus juga melihat dosa-dosa seluruh umat manusia, mulai dari Adam dan Hawa sampai manusia terakhir. Ini berarti Dia juga melihat semua dosa kita. Inilah yang menyebabkan Yesus meneteskan keringat darah.
Santo Tomas Aquinas menyatakan bahwa ada tiga pengetahuan di dalam Kristus dalam kodrat-Nya sebagai manusia, yaitu: 1) pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman/ pembelajaran (acquired knowledge), 2) pengetahuan yang ditanamkan dari Allah (infused knowledge); dan 3) pandangan kesempurnaan surgawi (beatific vision). Acquired knowledge ini adalah sama seperti pengetahuan yang kita dapatkan dari kita belajar kehidupan sehari-hari maupun mendapatkan pengetahuan tentang pengetahuan-pengetahuan yang lain. Hal ini dinyatakan di dalam Alkitab ketika dituliskan “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.“(Luk 2:52). Infused knowledge adalah pengetahuan seperti yang diperoleh oleh nabi-nabi maupun para malaikat. Allah sendiri memberikan inspirasi dan dengan akal budi mereka, para nabi mengekspresikannya dengan ungkapan dan kata-kata mereka sendiri. Bagaimana dengan beatific vision?
Pengetahuan inilah yang dipunyai oleh Kristus sejak Dia dikandung dan sampai selama-lamanya. Pengetahuan ini memungkinkan Kristus senantisa berada dalam persatuan dengan Allah Bapa walaupun Dia mengambil kodrat manusia. Pada saat yang bersamaan, pengetahuan ini memungkinkan Kristus dapat memilih untuk membawa seluruh umat manusia dalam doaNya di taman Getsemani.
Bayangkan ketika orang tua merenungkan dosa-dosa yang diperbuat oleh anaknya. Dalam keterbatasan melihat dosa-dosa anaknya, hati mereka dapat menjerit dan merasakan kepedihan yang mendalam. Inilah yang dialami oleh Musa, ketika dia mengetahui bahwa bangsa Israel akan mengalami kehancuran karena telah menyembah berhala. Dia berkata “31 …”Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. 32 Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu–dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” (Kel 32:32)
Sekarang coba bayangkan, apa yang dialami oleh Yesus, ketika Dia melihat secara jelas seluruh dosa-dosa manusia, dari manusia pertama sampai manusia yang terakhir. Dan gambaran seluruh dosa-dosa manusia lebih jelas dibandingkan dengan kejelasan Musa melihat dosa-dosa umat Israel. Dengan beatific vision-Nya, Kristus melihat kesombongan manusia, orang-orang yang meninggalkan Gereja-Nya, orang-orang yang memecahkan diri dari Tubuh Mistik Kristus, orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka dan lupa akan Tuhan yang telah memberikan rejeki kepada mereka. Dia juga melihat dosa-dosa yang kita lakukan, yaitu saat kita lebih memilih kesenangan kita dibandingkan dengan mengikuti perintah Allah, atau saat kita egois, atau saat kita marah dan mengeluh ketika ada percobaan datang. Namun, pada saat yang bersamaan, selain dosa-dosa kita, Kristus juga melihat perbuatan kasih yang kita lakukan. Ini berarti pada saat kita melakukan perbuatan kasih, maka kita juga menghibur Kristus pada saat Dia berdoa di taman Getsemani. Pada waktu Kristus berdoa inilah, segala yang terjadi di masa lalu maupun masa depan, dihadirkan oleh Kristus. Dengan demikian, jika kita berdoa dan melakukan perbuatan kasih di masa kini, kita menemani dan menghibur Kristus pada saat Dia mengalami penderitaan di Taman Getsemani. Kita mengikuti apa yang diperintahkan oleh Kristus sendiri, ketika Dia mengatakan “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Mat 26:38). Jangan biarkan kita lengah sehingga Kristus menegur kita dengan mengatakan “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Mat 26:40).
Bagaimana dengan pengetahuan manusia seperti kita? Kita dapat mempunyai pengetahuan eksperimental atau kalau Tuhan menghendaki, seseorang juga dapat mempunyai infused knowledge. Bahkan dengan seijin Tuhan, Rasul Paulus mungkin mengalami beatific vision ketika dia mengatakan bahwa dia mengenal seseorang yang diangkat ke tingkat ketiga dari Sorga (lih. 2Kor 12:2-4). Namun, menjadi kodrat dari manusia untuk belajar secara bertahap. Pengetahuan manusia akan Tuhan didapatkan secara bertahap. Hal ini berbeda dengan para malaikat yang mendapatkan pengetahuan secara lengkap secara langsung. Inilah sebabnya Tuhan dapat mengampuni dosa manusia dan memberikan kesempatan kepada manusia berulang-ulang untuk memperbaiki dosanya, namun kepada malaikat yang berdosa, Tuhan tidak dapat memberikan kesempatan kedua, mengingat kesempurnaan pengetahuan yang telah diberikan kepada mereka. Kita ketahui bahwa sebagian dari para malaikat memilih untuk menolak dan melawan Tuhan.
Dengan melihat kodrat manusia ini, Kristus berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (lih. Luk 23:34). Kristus tahu bahwa manusia memang berdosa karena dipengaruhi oleh kelemahan-kelemahannya akibat dosa asal. Dengan demikian, apa yang diperbuat oleh manusia bisa saja terjadi karena ketidaktahuannya. Namun tidak semua ketidaktahuan mengakibatkan orang terbebas dari dosa. Ketidakketidaktahuan yang tak terhindari (invincible ignorance) membuat orang tidak berdosa, namun ketidaktahuan yang disebabkan oleh ketidakpedulian orang itu sendiri (culpable ignorance) menyebabkan seseorang tetap bersalah. Rasul Petrus mengerti bahwa orang-orang yang menyalibkan Yesus bertindak karena ketidaktahuan mereka, sehingga dia mengatakan “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu.” (Kis 3:17)
Bagaimana dengan kita yang telah menerima Kristus? Kita tidak mempunyai alasan lagi bahwa kita tidak tahu. Oleh karena itu, tanggung jawab kita lebih berat, karena barang siapa diberi banyak akan dituntut lebih banyak (lih. Luk 12:48). Menyadari bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak dapat menjalankan semua perintah Allah, Kristus menyediakan Diri-Nya sendiri untuk disalibkan, sehingga rahmat yang berlimpah dapat mengalir kepada kita umat Allah. Bahkan kesalahan-kesalahan yang dibuat umat Allah dapat dihapuskan dengan melakukan pengakuan dosa. Dan kalau seseorang tidak mensyukuri dan menggunakan semua kemudahan untuk mendapatkan pengampunan dosa, maka orang tersebut tidak lagi mempunyai alasan apapun kalau sampai dia kehilangan keselamatan kekal.
bersambung dibawah..