vals
1st June 2011, 08:53 AM
Komkep Belum Mati
Ada ungkapan bahwa kejatuhan adalah awal sebuah kebangkitan. Hal itu adalah suatu kebenaran yang dialami Komkep saat ini. Benar saja bila Komkep dikatakan mati atau tidak aktif. Sehingga muncul sebuah comment di fb yang dikirimkan pada Rm. Eko, O.Carm selaku Pastor Mahasiswa Keuskupan Malang bahwa Komkep sudah mati. Namun inilah awal dari sebuah kemajuan.
Jika dilihat sejarahnya, Komkep Malang tujuh tahun silam terdiri dari banyak orang yang mempunyai spesialisasi pada bidang tertentu. Hal ini membuat Komkep terlihat sangat eksklusiv. Keeksklusivan Komkep waktu itu diperkuat dengan pernyataan dari Mas Felix pada tahun 2009 tentang alasan tidak mau bergabungnya Mudika Dekenat di Komkep. Alasan itu antara lain diacuhkan, dianggap sudah tidak ada mudikanya seperti tampak pada lontaran semacam ini, “Lo…. Paroki ini masih ada mudikanya to?” (maaf, dilanrang menyebut merek. Tapi kalau penasaran komunikasi lewat inbox saja @ [email protected]). Tanpa disadari, lontaran kalimat semacam itu membuat sakit hati mudika yang ada di situ. Di samping hubungan yang kurang baik dengan Mudika kala itu, hubungan dengan KMK juga hanya sebatas peminjaman barang belaka. Belum muncul kegiatan bersama kecuali BLM yang diadakan oleh Keuskupan. Kondisi semacam ini diperparah dengan kurangnya regenerasi dari para pendahulu yang pernah tinggal di Komkep. Regenerasi yang tampak berhasil terlihat jelas pada Pastoral Pelajar yang adalah juga bagian dari Komkep. Pastoral Pelajar atau Paspel merupakan bagian Komkep yang memegang tanggung jawab untuk membina para siswa Katolik dari SMA non katolik. Namun untuk gerakan Mudika dan KMK masih cenderung berjalan sendiri-sendiri.
Syukur pada Allah pada tahun 2011 ini, banyak yang mulai peduli dan bersimpati terhadap kondisi Komkep seperti yang diuraikan di atas. Kini terdapat agenda rutin pertemuan perwakilan OMK dari delapan paroki yang ada di dekenat Kota. Hampir setiap minggu mereka mengadakan rapat untuk membahas kegiatan kegerejaan yang akan mereka lakukan. Di samping itu pertemuan mahasiswa yang dimotori oleh Pak Kukuh, Mas Vincen, Dr. Alin dan beberapa teman dari KMK Poltek juga berjalan dengan intens dan kontinue.
Akhir kata, memang perlu jatuh untuk dapat melangkah lebih jauh lagi. Seperti roda yang berputar, jika dulu Komkep Malang menjadi contoh bagi keuskupan lain, kini Komkep Malang mencontoh Keuskupan lain. Itulah fungsi dari keluarga Katolik. Berbagi akan segala kelebihan dan menimba akan segala pelajaran.(sumber) (http://omkmalangraya.wordpress.com/2011/05/31/komkep-belum-mati/)
Ada ungkapan bahwa kejatuhan adalah awal sebuah kebangkitan. Hal itu adalah suatu kebenaran yang dialami Komkep saat ini. Benar saja bila Komkep dikatakan mati atau tidak aktif. Sehingga muncul sebuah comment di fb yang dikirimkan pada Rm. Eko, O.Carm selaku Pastor Mahasiswa Keuskupan Malang bahwa Komkep sudah mati. Namun inilah awal dari sebuah kemajuan.
Jika dilihat sejarahnya, Komkep Malang tujuh tahun silam terdiri dari banyak orang yang mempunyai spesialisasi pada bidang tertentu. Hal ini membuat Komkep terlihat sangat eksklusiv. Keeksklusivan Komkep waktu itu diperkuat dengan pernyataan dari Mas Felix pada tahun 2009 tentang alasan tidak mau bergabungnya Mudika Dekenat di Komkep. Alasan itu antara lain diacuhkan, dianggap sudah tidak ada mudikanya seperti tampak pada lontaran semacam ini, “Lo…. Paroki ini masih ada mudikanya to?” (maaf, dilanrang menyebut merek. Tapi kalau penasaran komunikasi lewat inbox saja @ [email protected]). Tanpa disadari, lontaran kalimat semacam itu membuat sakit hati mudika yang ada di situ. Di samping hubungan yang kurang baik dengan Mudika kala itu, hubungan dengan KMK juga hanya sebatas peminjaman barang belaka. Belum muncul kegiatan bersama kecuali BLM yang diadakan oleh Keuskupan. Kondisi semacam ini diperparah dengan kurangnya regenerasi dari para pendahulu yang pernah tinggal di Komkep. Regenerasi yang tampak berhasil terlihat jelas pada Pastoral Pelajar yang adalah juga bagian dari Komkep. Pastoral Pelajar atau Paspel merupakan bagian Komkep yang memegang tanggung jawab untuk membina para siswa Katolik dari SMA non katolik. Namun untuk gerakan Mudika dan KMK masih cenderung berjalan sendiri-sendiri.
Syukur pada Allah pada tahun 2011 ini, banyak yang mulai peduli dan bersimpati terhadap kondisi Komkep seperti yang diuraikan di atas. Kini terdapat agenda rutin pertemuan perwakilan OMK dari delapan paroki yang ada di dekenat Kota. Hampir setiap minggu mereka mengadakan rapat untuk membahas kegiatan kegerejaan yang akan mereka lakukan. Di samping itu pertemuan mahasiswa yang dimotori oleh Pak Kukuh, Mas Vincen, Dr. Alin dan beberapa teman dari KMK Poltek juga berjalan dengan intens dan kontinue.
Akhir kata, memang perlu jatuh untuk dapat melangkah lebih jauh lagi. Seperti roda yang berputar, jika dulu Komkep Malang menjadi contoh bagi keuskupan lain, kini Komkep Malang mencontoh Keuskupan lain. Itulah fungsi dari keluarga Katolik. Berbagi akan segala kelebihan dan menimba akan segala pelajaran.(sumber) (http://omkmalangraya.wordpress.com/2011/05/31/komkep-belum-mati/)