kebunbibit
30th January 2013, 12:10 AM
http://kebunbibit.com/img/artikel/makutodewo.jpg
Butet Kartaredjasa
Sembuh Diabetes Berkat Makuto Dewo
Semula hanya bintik-bintik merah disertai gatal di sekujur tubuh Butet Kertaredjasa. Setelah dicek seniman itu dipastikan mengidap diabetes melitus. Kadar gula darah Butet melambung hingga 400 mg/dl. Pria 42 tahun itu menempuh berbagai cara untuk mengatasi keluhannya. Sayang, hasilnya nihil. Penyakit kencing manis yang diderita selama 4 tahun itu akhirnya dapat dikendalikan berkat makuto dewo Phaleria macrocarpa.
“Kemana-mana saya pakai lengan panjang terus. Saya malu,” ujar Butet ketika kami ditemui di sela-sela pengambilan gambar sinetron Bumi dan Langit di kawasan Lenteng agung, Jakarta Selatan. Awalnya ia mengira itu hanya gejala alergi. Anak ke-5 dari 7 bersaudara itu mengoleskan salep di atas permukaan bintik-bintik merah.
Karena upaya itu tak menuntaskan masalah, Butet beralih ke ramuan cina yang diminum. Hasilnya, setali tiga uang. Bahkan, obat dari dokter spesialis kulit pun gagal mengatasinya. Setelah berbagai jalan penyembuhan ditempuh dan tanpa hasil, dokter yang menangani Butet menyarankan untuk mengecek darah.
Hasil uji laboratorium menunjukkan kadar gula darah mencapai 400 mg/dl. Idealnya maksimal 140 mg/dl. Pantas mudah lelah. Walau malam tak begadang, pada siang hari ia tak kuat menahan kantuk. Padahal ketika itu ia tengah sibuk sehingga serangan penyakit gula dirasakan sangat mengganggu.
Jarang berolahraga dan gemar mengkonsumsi teh manis ditengarai sebagai pemicu penyakit itu. Diabetes melitus juga dikenal sebagai penyakit “warisan”. Itu klop dengan fakta, kedua orang tua Butet pun mengidap diabetes.
Diet ketat
Perlahan ayah 3 anak itu mengubah kebiasaan hidup. Minum teh manis sedikit demi sedikit dikurangi. Aktivitas pertama usai bangun pagi dan sarapan adalah lari selama 1,5-2 jam di kompleks perumahan di kawasan Baciro, Yogyakarta. Ke mana pun pergi air putih tak pernah ketinggalan. Dirumah menu sehari-hari adalah buah dan sayuran dalam bentuk salad. Daging dan telur dihindari.
Sebulan kemudian, bintik-bintik merah kian menyusut. Sayang, Butet tak konsisten menjaga diet dan berolahraga. Lari pagi mulai jarang dilakukan. Teh manis kembali diseruputnya usai makan. Daging kambing, kegemaran utamanya, tak ketinggalan. Dampaknya, kadar gula darah kembali membumbung. Tiga tahun berobat tak kunjung sembuh, menyebabkan Butet berpaling pada pengobatan alami.
Atas saran mendiang budayawan Umar Kayam, seniman yang piawai menirukan suara beberapa pejabat itu meracik daun ciplukan. Daun dan akar terna itu direbus dan diminum sekali sehari. Sayang ia menghentikannya lantaran khawatir dampak buruk. Pada dosis berlebih, ramuan itu menyebabkan kadar gula darah melorot drastis.Sementara Butet tak mengetahui dosis tepat.
Sosok menarik
Jalan penyembuhan itu terkuak ketika pria kelahiran Yogyakarta 21 November 1961 mengisi acara ulang tahun di PT Astra GraphiaJ akarta. Disana ia bertemu Ning Harmanto yang menghadiri acara itu bersama sang suami. Butet merasa mantap karena senang melihat buahnya yang berwarna merah cerah. Selain berkhasiat obat, tanaman itu juga pantas sebagai penghias pekarangan dan interior rumah. Karena ingin membuktikan khasiatnya, sebelum mengkonsumsi Butet melakukan tes darah di laboratorium. Obat-obatan kimia pun dihentikannya.
Ning menyarankan meminum ramuan 10 iris daging buah mahkota dewa kering yang direbus dengan 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa 1 gelas. Merasa kurang efektif, Butet mengkonsumsi 10 kali lipat. Segenggam rajangan mahkota dewa yang telah dikeringkan direbus dengan cara sama. Sisa rebusan direbus ulang untuk konsumsi malam hari. Walau Ning mengingatkan efek kelebihan dosis pada jantung dan ginjal, pria itu nekad selama tidak mengalami keluhan. Ia beranggapan ramuan herbal murni tanpa zat kimia aman bagi pencernaan.
Rutin meminum ramuan selama 1 minggu, hasilnya mulai dirasakan. Sebelum minum ramuan kadar gula puasa 226 mg/dl. Dua jam kemudian kadar gula setelah makan (postprandial) menjadi 332 mg/dl. Seminggu kemudian ternyata gula darah puasa turun menjadi 195 mg/dl dan setelah makan 303 mg/dl. Dua minggu setelah itu turun lagi menjadi 173 mg/dl dan 240 mg/dl.
Kolesterolnya pun turun dan 233 mg/dl menjadi 227 mg/dl dan 210 mg/dl. Asam urat awalnya 7,5 mg/dl turun menjadi 6,7 mg/dl dan 6,6 mg/dl. Ini terjadi pada Januari 2003. Selama meminum ramuan ini Butet sama sekali tidak melakukan diet dan olahraga. Ia ingin membuktikan mahkota dewa dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan tanpa harus berdiet dan olahraga. “Ternyata bisa. Kesimpulan saya, kalau saat mengkonsumsi mahkota dewa disertai olahraga dan diet, pasti lebih bagus hasilnya,” ujar pria bernama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa itu.
Meski demikian ia tetap mengkonsumsi mahkota dewa dipadu dengan brotowali. Jika bepergian, ayah 3 anak itu selalu membawa kompor portabel untuk merebus obat. Lantaran repot, ia berinisiatif memblender mahkota dewa dengan dosis sama. Lalu dicampur brotowali dengan perbandingan 1:1 dan dimasukkan ke kapsul. Setiap pagi dan malam diminum 3 kapsul. Konsumsi dalam bentuk kapsul dilakukan jika sedang bepergian. Dirumah, Butet tetap meminum rebusan.
Setelah itu Butet tidak merasa perlu ke dokter karena tidak ada keluhan. Gejala gatal-gatal dan mudah lelah reda setelah mengkonsumsi mahkota dewa. Ning menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak. Sementara RulyaniIsfihana, sang istri, memintanya untuk periksa laboratorium secara teratur agar mengetahui gula darah dan fungsi ginjalnya.
Pria yang berdomisili di Yogya ini betul-betul merasakan khasiat mahkota dewa. Kendati begitu Butet tetap membatasi diri. Ia sadar penyakitnya belum sembuh total. Mahkota dewa merupakan salah satu pengendalinya. “Saya ingin mengurangi karena itu harus tetap hati-hati. Dulu selalu minum manis, sekarang saya minum teh tawar. Kalaupun ingin manis, saya menggunakan gula diet. Tapi kalau kambing tetap konsisten,” selorohnya.
Menurut American Diabetes Association, diabetes disebabkan pankreas kurang memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang dibutuhkan untuk mengubah gula, zat tepung dan zat makanan lainnya menjadi energi. Tanpa insulin jaringan tidak dapat memanfaatkan glukosa sehingga terjadi penumpukkan dalam darah. Sampai saat ini penyebab utamanya masih menjadi misteri. Faktor genetik memegang peranan penting. Obesitas dan kurang olahraga pun merupakan faktor pendukung.
Si Merah Pereda Diabetes
Makuto dewo Phalerra macrocarpa bersosok perdu. Tinggi mencapai 1,5–2,5 m. Buahnya lebat berwarna merah marun cocok sebagai tanaman hias. Buah tua banyak dimanfaatkan untuk obat. Namun, mengkonsumsi yang masih mentah justru mengakibatkan keracunan. Efek langsung terasa pada mulut, yaitu bengkak dan sariawan.
Menurut dr Regina Sumastuti SpFK dari Farmakologi Gajah Mada, konsumsi buah mentah berakibat buruk bagi ginjal. Sifat proteinurinya menyebabkan protein tertimbun dalam urin. “Yang paling banyak digunakan untuk obat adalah irisan daun dan buah yang sudah dikeringkan,” ujar wanita yang khusus meneliti makuto dewo sejak 2000.
Makuto dewo mengandung senyawa alkaloida, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, dan minyak atsiri. Tanin berkhasiat anti tumor. Senyawa flavonoid dapat memperkuat pembuluh darah, antitumor, serta diduga paling berpengaruh dalam mengatasi diabetes. Menurut hasil penelitian Willaman 1955, flavonoid dapat melindungi sel-sel b pulau langerhans yang bertugas memproduksi insulin.
Parah tidaknya diabetes tergantung besarnya kerusakan pada sel-sel b tersebut. Jika kerusakannya parah, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sehingga membutuhkan suntikan. Pada tahap ini, pemanfaatan makuto dewo hanya sebagai pengendali. Namun jika tidak terlalu parah, masih cukup besar kemungkinan sembuh. Tingkat keparahan dapat dilihat pada kadar gula darah. Jika mencapai 200 mg/dl, maka menurut ibu 2 anak itu sudah dikategorikan cukup berat.
Menurut Regina, untuk pengobatan diabetes sebaiknya mengkonsumsi 3 buah makuto dewo yang diiris, dikeringkan, dan direbus. Jika menggunakan minuman instan, 1 sendok makan. Selain itu yang terpenting adalah olahraga teratur, diet ketat serta menghindari stres.
KAMI MENJUAL BIBIT MAHKOTA DEWA dengan harga cuma Rp 50.000 / tanaman
(http://kebunbibit.com/tanaman-obat/216-mahkota-dewa.html)
Butet Kartaredjasa
Sembuh Diabetes Berkat Makuto Dewo
Semula hanya bintik-bintik merah disertai gatal di sekujur tubuh Butet Kertaredjasa. Setelah dicek seniman itu dipastikan mengidap diabetes melitus. Kadar gula darah Butet melambung hingga 400 mg/dl. Pria 42 tahun itu menempuh berbagai cara untuk mengatasi keluhannya. Sayang, hasilnya nihil. Penyakit kencing manis yang diderita selama 4 tahun itu akhirnya dapat dikendalikan berkat makuto dewo Phaleria macrocarpa.
“Kemana-mana saya pakai lengan panjang terus. Saya malu,” ujar Butet ketika kami ditemui di sela-sela pengambilan gambar sinetron Bumi dan Langit di kawasan Lenteng agung, Jakarta Selatan. Awalnya ia mengira itu hanya gejala alergi. Anak ke-5 dari 7 bersaudara itu mengoleskan salep di atas permukaan bintik-bintik merah.
Karena upaya itu tak menuntaskan masalah, Butet beralih ke ramuan cina yang diminum. Hasilnya, setali tiga uang. Bahkan, obat dari dokter spesialis kulit pun gagal mengatasinya. Setelah berbagai jalan penyembuhan ditempuh dan tanpa hasil, dokter yang menangani Butet menyarankan untuk mengecek darah.
Hasil uji laboratorium menunjukkan kadar gula darah mencapai 400 mg/dl. Idealnya maksimal 140 mg/dl. Pantas mudah lelah. Walau malam tak begadang, pada siang hari ia tak kuat menahan kantuk. Padahal ketika itu ia tengah sibuk sehingga serangan penyakit gula dirasakan sangat mengganggu.
Jarang berolahraga dan gemar mengkonsumsi teh manis ditengarai sebagai pemicu penyakit itu. Diabetes melitus juga dikenal sebagai penyakit “warisan”. Itu klop dengan fakta, kedua orang tua Butet pun mengidap diabetes.
Diet ketat
Perlahan ayah 3 anak itu mengubah kebiasaan hidup. Minum teh manis sedikit demi sedikit dikurangi. Aktivitas pertama usai bangun pagi dan sarapan adalah lari selama 1,5-2 jam di kompleks perumahan di kawasan Baciro, Yogyakarta. Ke mana pun pergi air putih tak pernah ketinggalan. Dirumah menu sehari-hari adalah buah dan sayuran dalam bentuk salad. Daging dan telur dihindari.
Sebulan kemudian, bintik-bintik merah kian menyusut. Sayang, Butet tak konsisten menjaga diet dan berolahraga. Lari pagi mulai jarang dilakukan. Teh manis kembali diseruputnya usai makan. Daging kambing, kegemaran utamanya, tak ketinggalan. Dampaknya, kadar gula darah kembali membumbung. Tiga tahun berobat tak kunjung sembuh, menyebabkan Butet berpaling pada pengobatan alami.
Atas saran mendiang budayawan Umar Kayam, seniman yang piawai menirukan suara beberapa pejabat itu meracik daun ciplukan. Daun dan akar terna itu direbus dan diminum sekali sehari. Sayang ia menghentikannya lantaran khawatir dampak buruk. Pada dosis berlebih, ramuan itu menyebabkan kadar gula darah melorot drastis.Sementara Butet tak mengetahui dosis tepat.
Sosok menarik
Jalan penyembuhan itu terkuak ketika pria kelahiran Yogyakarta 21 November 1961 mengisi acara ulang tahun di PT Astra GraphiaJ akarta. Disana ia bertemu Ning Harmanto yang menghadiri acara itu bersama sang suami. Butet merasa mantap karena senang melihat buahnya yang berwarna merah cerah. Selain berkhasiat obat, tanaman itu juga pantas sebagai penghias pekarangan dan interior rumah. Karena ingin membuktikan khasiatnya, sebelum mengkonsumsi Butet melakukan tes darah di laboratorium. Obat-obatan kimia pun dihentikannya.
Ning menyarankan meminum ramuan 10 iris daging buah mahkota dewa kering yang direbus dengan 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa 1 gelas. Merasa kurang efektif, Butet mengkonsumsi 10 kali lipat. Segenggam rajangan mahkota dewa yang telah dikeringkan direbus dengan cara sama. Sisa rebusan direbus ulang untuk konsumsi malam hari. Walau Ning mengingatkan efek kelebihan dosis pada jantung dan ginjal, pria itu nekad selama tidak mengalami keluhan. Ia beranggapan ramuan herbal murni tanpa zat kimia aman bagi pencernaan.
Rutin meminum ramuan selama 1 minggu, hasilnya mulai dirasakan. Sebelum minum ramuan kadar gula puasa 226 mg/dl. Dua jam kemudian kadar gula setelah makan (postprandial) menjadi 332 mg/dl. Seminggu kemudian ternyata gula darah puasa turun menjadi 195 mg/dl dan setelah makan 303 mg/dl. Dua minggu setelah itu turun lagi menjadi 173 mg/dl dan 240 mg/dl.
Kolesterolnya pun turun dan 233 mg/dl menjadi 227 mg/dl dan 210 mg/dl. Asam urat awalnya 7,5 mg/dl turun menjadi 6,7 mg/dl dan 6,6 mg/dl. Ini terjadi pada Januari 2003. Selama meminum ramuan ini Butet sama sekali tidak melakukan diet dan olahraga. Ia ingin membuktikan mahkota dewa dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan tanpa harus berdiet dan olahraga. “Ternyata bisa. Kesimpulan saya, kalau saat mengkonsumsi mahkota dewa disertai olahraga dan diet, pasti lebih bagus hasilnya,” ujar pria bernama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa itu.
Meski demikian ia tetap mengkonsumsi mahkota dewa dipadu dengan brotowali. Jika bepergian, ayah 3 anak itu selalu membawa kompor portabel untuk merebus obat. Lantaran repot, ia berinisiatif memblender mahkota dewa dengan dosis sama. Lalu dicampur brotowali dengan perbandingan 1:1 dan dimasukkan ke kapsul. Setiap pagi dan malam diminum 3 kapsul. Konsumsi dalam bentuk kapsul dilakukan jika sedang bepergian. Dirumah, Butet tetap meminum rebusan.
Setelah itu Butet tidak merasa perlu ke dokter karena tidak ada keluhan. Gejala gatal-gatal dan mudah lelah reda setelah mengkonsumsi mahkota dewa. Ning menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak. Sementara RulyaniIsfihana, sang istri, memintanya untuk periksa laboratorium secara teratur agar mengetahui gula darah dan fungsi ginjalnya.
Pria yang berdomisili di Yogya ini betul-betul merasakan khasiat mahkota dewa. Kendati begitu Butet tetap membatasi diri. Ia sadar penyakitnya belum sembuh total. Mahkota dewa merupakan salah satu pengendalinya. “Saya ingin mengurangi karena itu harus tetap hati-hati. Dulu selalu minum manis, sekarang saya minum teh tawar. Kalaupun ingin manis, saya menggunakan gula diet. Tapi kalau kambing tetap konsisten,” selorohnya.
Menurut American Diabetes Association, diabetes disebabkan pankreas kurang memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang dibutuhkan untuk mengubah gula, zat tepung dan zat makanan lainnya menjadi energi. Tanpa insulin jaringan tidak dapat memanfaatkan glukosa sehingga terjadi penumpukkan dalam darah. Sampai saat ini penyebab utamanya masih menjadi misteri. Faktor genetik memegang peranan penting. Obesitas dan kurang olahraga pun merupakan faktor pendukung.
Si Merah Pereda Diabetes
Makuto dewo Phalerra macrocarpa bersosok perdu. Tinggi mencapai 1,5–2,5 m. Buahnya lebat berwarna merah marun cocok sebagai tanaman hias. Buah tua banyak dimanfaatkan untuk obat. Namun, mengkonsumsi yang masih mentah justru mengakibatkan keracunan. Efek langsung terasa pada mulut, yaitu bengkak dan sariawan.
Menurut dr Regina Sumastuti SpFK dari Farmakologi Gajah Mada, konsumsi buah mentah berakibat buruk bagi ginjal. Sifat proteinurinya menyebabkan protein tertimbun dalam urin. “Yang paling banyak digunakan untuk obat adalah irisan daun dan buah yang sudah dikeringkan,” ujar wanita yang khusus meneliti makuto dewo sejak 2000.
Makuto dewo mengandung senyawa alkaloida, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, dan minyak atsiri. Tanin berkhasiat anti tumor. Senyawa flavonoid dapat memperkuat pembuluh darah, antitumor, serta diduga paling berpengaruh dalam mengatasi diabetes. Menurut hasil penelitian Willaman 1955, flavonoid dapat melindungi sel-sel b pulau langerhans yang bertugas memproduksi insulin.
Parah tidaknya diabetes tergantung besarnya kerusakan pada sel-sel b tersebut. Jika kerusakannya parah, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sehingga membutuhkan suntikan. Pada tahap ini, pemanfaatan makuto dewo hanya sebagai pengendali. Namun jika tidak terlalu parah, masih cukup besar kemungkinan sembuh. Tingkat keparahan dapat dilihat pada kadar gula darah. Jika mencapai 200 mg/dl, maka menurut ibu 2 anak itu sudah dikategorikan cukup berat.
Menurut Regina, untuk pengobatan diabetes sebaiknya mengkonsumsi 3 buah makuto dewo yang diiris, dikeringkan, dan direbus. Jika menggunakan minuman instan, 1 sendok makan. Selain itu yang terpenting adalah olahraga teratur, diet ketat serta menghindari stres.
KAMI MENJUAL BIBIT MAHKOTA DEWA dengan harga cuma Rp 50.000 / tanaman
(http://kebunbibit.com/tanaman-obat/216-mahkota-dewa.html)