atheis
5th May 2011, 08:56 AM
http://image.tempointeraktif.com/?id=74354&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=74354&width=490)
TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan berpendapat, pengajar, guru dan dosen yang terbukti memiliki pandangan radikal dan menoleransi kekerasan harus ditarik dari kelas untuk kembali dibina. �Kalau terbukti tidak mengajarkan kekerasan baru boleh kembali ke dalam kelas,� kata Anies dalam diskusi publik Indonesiana dengan topik �Mengupas Radikalisme di Sekitar Kita� di Auditorium Universitas Paramadina Jakarta, Rabu 4 Mei 2011.
Pemerintah, menurut Anies, perlu menerapkan kebijakan tegas itu kepada seluruh pengajar, sebagai respons atas sejumlah penelitian yang menyebutkan pandangan radikal dan menoleransi kekerasan dijumpai pada anak-anak sekolah, mahasiswa, termasuk para pengajar. �Karena efeknya seumur hidup. Itulah yang fundamental, karena persoalannya di akar rumput,� kata dia.
Pemerintah, lanjutnya, juga harus lebih tegas membawa pesan-pesan ideologis Pancasila kepada para pengajar yang, saat ini, porsinya menurun. �Kalau pemerintah hanya ngomongin hukum dan undang-undang, masalah ini tidak akan selesai.�
Anies mengatakan, pembinaan ulang terhadap pengajar yang berpandangan radikal dan menoleransi kekerasan merupakan satu dari sekian langkah deradikalisasi yang bisa dilakukan pemerintah.
Tindakan lain yang juga tidak kalah penting dilakukan pemerintah yakni memperkuat kembali nilai-nilai dasar negara Pancasila. Masalahnya, menurut Anies, situasi yang dijumpai di Indonesia termasuk ekstrim. �Saat Soeharto berhenti, kita tinggalkan sama sekali Pancasila. Materi ideologis Pancasila itu sekarang harus kembali,� kata dia.
MAHARDIKA SATRIA HADI
~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/05/04/brk,20110504-332196,id.html)
TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan berpendapat, pengajar, guru dan dosen yang terbukti memiliki pandangan radikal dan menoleransi kekerasan harus ditarik dari kelas untuk kembali dibina. �Kalau terbukti tidak mengajarkan kekerasan baru boleh kembali ke dalam kelas,� kata Anies dalam diskusi publik Indonesiana dengan topik �Mengupas Radikalisme di Sekitar Kita� di Auditorium Universitas Paramadina Jakarta, Rabu 4 Mei 2011.
Pemerintah, menurut Anies, perlu menerapkan kebijakan tegas itu kepada seluruh pengajar, sebagai respons atas sejumlah penelitian yang menyebutkan pandangan radikal dan menoleransi kekerasan dijumpai pada anak-anak sekolah, mahasiswa, termasuk para pengajar. �Karena efeknya seumur hidup. Itulah yang fundamental, karena persoalannya di akar rumput,� kata dia.
Pemerintah, lanjutnya, juga harus lebih tegas membawa pesan-pesan ideologis Pancasila kepada para pengajar yang, saat ini, porsinya menurun. �Kalau pemerintah hanya ngomongin hukum dan undang-undang, masalah ini tidak akan selesai.�
Anies mengatakan, pembinaan ulang terhadap pengajar yang berpandangan radikal dan menoleransi kekerasan merupakan satu dari sekian langkah deradikalisasi yang bisa dilakukan pemerintah.
Tindakan lain yang juga tidak kalah penting dilakukan pemerintah yakni memperkuat kembali nilai-nilai dasar negara Pancasila. Masalahnya, menurut Anies, situasi yang dijumpai di Indonesia termasuk ekstrim. �Saat Soeharto berhenti, kita tinggalkan sama sekali Pancasila. Materi ideologis Pancasila itu sekarang harus kembali,� kata dia.
MAHARDIKA SATRIA HADI
~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/05/04/brk,20110504-332196,id.html)