saroy
8th July 2010, 11:11 AM
Vertikultur, Solusi Bertani di Lahan Sempit
http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/07/07/92547_ir-hm--suhadi-dengan-tanaman-bawang-merah-yang-ditanam-berjenjang_300_225.jpg
SURABAYA POST - Sempitnya lahan pertanian sering menjadi alasan petani enggan bercocok tanam. Padahal dengan cara bertanam berjenjang (verticulture) seperti yang dilakukan Suhadi, pengusaha agrobinis dan petani di Kota Pasuruan, lahan terbatas bukan halangan bertani.
�Terus terang saya bukan penemu cara bercocok tanam model vertikultur. Saya hanya ingin memperkenalkan vertikultur dan mengajak masyarakat di kota untuk gemar bercocok tanam walaupun di lahan sempit di halaman rumah,� ujar Suhadi ditemui di Tegalbero Camp miliknya di Tegalbero, Kel. Wirogunan, Kota Pasuruan.
Tegalbero Camp merupakan model pertanian terpadu yang mewadahi perkebunan, pertanian, perikanan, dan peternakan (buntaninak). Melalui Lembaga Pengembangan Kewirausahaan (LPK), Suhadi menggarap lahan Tegalbero Camp seluas sekitar 2,5 hektare, yang terletak sekitar 1 km di pinggiran Kota Pasuruan.
�Saya ingin Tegalbero Camp ini menjadi model pertanian terpadu yang bisa diikuti warga kota termasuk bagaimana cara bertanam di lahan sempit dengan vertikultur,� ujar alumnus jurusan agronomi, Fakultas Pertanian (FP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Suhadi mengakui, sejumlah petani bergidik menyaksikan model pertanian vertikultur. �Dikira biayanya mahal, padahal sebenarnya murah karena media tanam bisa dipakai berkali-kali panen,� ujarnya.
Suhadi bersama sejumlah petani mencoba bertanam ala vertikultur di bawah naungan rumah kaca (green house) sederhana. Green house berukuran 10 x 10 meter persegi itu ditutup dengan kelambu plastik warna hitam.
Di dalamnya terdapat 300 tonggak dari batang paralon setinggi masing-masing 2 meter. �Satu lonjor paralon PVC ukuran talang rumah panjangnya 4 meter dipotong jadi dua bagian,� ujar mantan aktivis mahasiswa itu.
Sebatang tonggak (paralon) itu kemudian dilubangi menjadi 120 lubang dengan ukuran diameter 10 cm. Dari sini mulai diketahui biaya awal yakni, sebatan paralon (4 meter) sekitar Rp 35 ribu. �Yang jelas harga satu tonggak plus biaya melubanginya sekitar Rp 20 ribu,� ujarnya.
Sumber :http://jatim.vivanews.com/news/read/162902-vertikultur--solusi-bertani-di-lahan-sempit
http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/07/07/92547_ir-hm--suhadi-dengan-tanaman-bawang-merah-yang-ditanam-berjenjang_300_225.jpg
SURABAYA POST - Sempitnya lahan pertanian sering menjadi alasan petani enggan bercocok tanam. Padahal dengan cara bertanam berjenjang (verticulture) seperti yang dilakukan Suhadi, pengusaha agrobinis dan petani di Kota Pasuruan, lahan terbatas bukan halangan bertani.
�Terus terang saya bukan penemu cara bercocok tanam model vertikultur. Saya hanya ingin memperkenalkan vertikultur dan mengajak masyarakat di kota untuk gemar bercocok tanam walaupun di lahan sempit di halaman rumah,� ujar Suhadi ditemui di Tegalbero Camp miliknya di Tegalbero, Kel. Wirogunan, Kota Pasuruan.
Tegalbero Camp merupakan model pertanian terpadu yang mewadahi perkebunan, pertanian, perikanan, dan peternakan (buntaninak). Melalui Lembaga Pengembangan Kewirausahaan (LPK), Suhadi menggarap lahan Tegalbero Camp seluas sekitar 2,5 hektare, yang terletak sekitar 1 km di pinggiran Kota Pasuruan.
�Saya ingin Tegalbero Camp ini menjadi model pertanian terpadu yang bisa diikuti warga kota termasuk bagaimana cara bertanam di lahan sempit dengan vertikultur,� ujar alumnus jurusan agronomi, Fakultas Pertanian (FP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Suhadi mengakui, sejumlah petani bergidik menyaksikan model pertanian vertikultur. �Dikira biayanya mahal, padahal sebenarnya murah karena media tanam bisa dipakai berkali-kali panen,� ujarnya.
Suhadi bersama sejumlah petani mencoba bertanam ala vertikultur di bawah naungan rumah kaca (green house) sederhana. Green house berukuran 10 x 10 meter persegi itu ditutup dengan kelambu plastik warna hitam.
Di dalamnya terdapat 300 tonggak dari batang paralon setinggi masing-masing 2 meter. �Satu lonjor paralon PVC ukuran talang rumah panjangnya 4 meter dipotong jadi dua bagian,� ujar mantan aktivis mahasiswa itu.
Sebatang tonggak (paralon) itu kemudian dilubangi menjadi 120 lubang dengan ukuran diameter 10 cm. Dari sini mulai diketahui biaya awal yakni, sebatan paralon (4 meter) sekitar Rp 35 ribu. �Yang jelas harga satu tonggak plus biaya melubanginya sekitar Rp 20 ribu,� ujarnya.
Sumber :http://jatim.vivanews.com/news/read/162902-vertikultur--solusi-bertani-di-lahan-sempit