ChandraDewi
3rd December 2012, 09:53 AM
http://us.images.detik.com/customthumb/2012/12/03/10/084139_fany.jpg?w=460
Jakarta - Janji sekadar janji. Janji itu pun menguap pergi bersama SMS yang datang dari Bupati Garut Aceng Fikri untuk Fany Octora (18). SMS talak itu mengakhiri mimpi Fany, ketika menerima pinangan Aceng.
"Beliau bilang ingin ada yang menemani umrah, jadi dihalalkan dulu secara agama. Beliau bilang pulang dari umrah mau mengadakan resepsi," kata Fany bertutur seperti dari dikutip majalah detik, Senin (3/12/2012).
Fany dinikahi Aceng pada 14 Juli 2012 lalu di rumah pribadi sang bupati di Copong, Garut. Awalnya, beberapa hari sebelumnya keduanya sudah bertemu di sebuah rumah makan. Aceng ingin melihat langsung calonnya.
Mereka pun sempat pergi bersama ke Kota Garut membeli perlengkapan baju nikah. Saat berkenalan kepada keluarga Fany, Aceng mengaku duda dan sudah berpisah dengan istrinya. Soal alasan duda menjadi pertimbangan Fany menerima lamaran ACeng.
"Saya berpikirnya positif-positif saja. Pengakuan beliau kan sudah nggak mempunyai istri, makanya saya mau," terang Fany.
Aceng memberi mas kawin emas seharga Rp 2 juta dan uang Rp 100 juta. Orang tua Fany dan Aceng hadir di acara itu. Ketua MUI Garut yang menikahkan secara siri pasangan itu.
Tapi kemudian, 4 hari setelah pernikahan Aceng mengirim SMS kepada Fany. Isinya talak pemberitahuan cerai. Fany dianggap tak sesuai harapan Aceng. Tak perawan dan ada penyakit, Aceng tak ada lagi rasa.
Fany bersumpah dirinya tak pernah disentuh pria lain. Tapi Aceng tetap meninggalkan Fany. "Ya cuma mau beliau minta maaf saja, sama mengakui. Kan nggak mengakui adanya pernikahan ini. Mengakui sama minta maaf karena sudah menyebar isu-isu dan tuduhan-tuduhan yang nggak enak di keluarga juga. Minta maaf sama keluarga, sama keluarga besar pesantren Al-Fadlilah juga," jelas Fany.
Jakarta - Janji sekadar janji. Janji itu pun menguap pergi bersama SMS yang datang dari Bupati Garut Aceng Fikri untuk Fany Octora (18). SMS talak itu mengakhiri mimpi Fany, ketika menerima pinangan Aceng.
"Beliau bilang ingin ada yang menemani umrah, jadi dihalalkan dulu secara agama. Beliau bilang pulang dari umrah mau mengadakan resepsi," kata Fany bertutur seperti dari dikutip majalah detik, Senin (3/12/2012).
Fany dinikahi Aceng pada 14 Juli 2012 lalu di rumah pribadi sang bupati di Copong, Garut. Awalnya, beberapa hari sebelumnya keduanya sudah bertemu di sebuah rumah makan. Aceng ingin melihat langsung calonnya.
Mereka pun sempat pergi bersama ke Kota Garut membeli perlengkapan baju nikah. Saat berkenalan kepada keluarga Fany, Aceng mengaku duda dan sudah berpisah dengan istrinya. Soal alasan duda menjadi pertimbangan Fany menerima lamaran ACeng.
"Saya berpikirnya positif-positif saja. Pengakuan beliau kan sudah nggak mempunyai istri, makanya saya mau," terang Fany.
Aceng memberi mas kawin emas seharga Rp 2 juta dan uang Rp 100 juta. Orang tua Fany dan Aceng hadir di acara itu. Ketua MUI Garut yang menikahkan secara siri pasangan itu.
Tapi kemudian, 4 hari setelah pernikahan Aceng mengirim SMS kepada Fany. Isinya talak pemberitahuan cerai. Fany dianggap tak sesuai harapan Aceng. Tak perawan dan ada penyakit, Aceng tak ada lagi rasa.
Fany bersumpah dirinya tak pernah disentuh pria lain. Tapi Aceng tetap meninggalkan Fany. "Ya cuma mau beliau minta maaf saja, sama mengakui. Kan nggak mengakui adanya pernikahan ini. Mengakui sama minta maaf karena sudah menyebar isu-isu dan tuduhan-tuduhan yang nggak enak di keluarga juga. Minta maaf sama keluarga, sama keluarga besar pesantren Al-Fadlilah juga," jelas Fany.