basta323
6th April 2011, 01:27 PM
Masalah sampah adalah masalah semua orang, termasuk di kota Bogor. Warga seringkali membuang sampah sembarangan yang menyebabkan penyumbatan aliran sungai dan akhirnya dapat menyebabkan banjir. Kondisi ini mendorong Pak Djajat, anggota Dewan kota Bogor, untuk mengelola sampah warga di RW setempat. Kira-kira pertengahan tahun 2007, Pak Djajat dan Pak Wawan datang ke laboratorium saya untuk berdiskusi tentang pengelolaan sampah warga. Selain datang ke tempat saya, Pak Djajat juga datang ke beberapa orang untuk belajar mengelola sampah warga. Mengelola sampah sebenarnya tidak terlalu sulit, yang lebih sulit adalah memberikan pemahaman kepada warga untuk mengelola sampah dan istigomah menjalankan program ini.
Baca juga: Mengelola Sampah Rumah (http://isroi.wordpress.com/2008/08/08/pengolahan-sampah-skala-rumah-tangga) | Mengelola Sampah Pasar (http://isroi.wordpress.com/2008/03/25/cara-mudah-mengolah-sampah-pasar-1/)
Link Terkait: Cerita Sampah, Masalah, dan Solusinya Bagian 1 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/08/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya/) | Bagian 2 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/10/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya-bagian-2/) | Bagian 3 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/10/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya-bagian-3/) | Bagian 4 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/11/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya-bagian-4/) | Download Makalah Kompos (http://isroi.wordpress.com/2008/02/20/makalah-tentang-kompos/)
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/plangnama.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/ujang_jajad.jpg
Pak Wawan (kiri) ketua pengelola sampah warga sekaligus Pak RW dan Pak Djajat (kanan).
Lokasi Pengelolaan Sampah Warga
Dengan dorongan Pak Djajat, akhirnya warga di Gn Batu sepakat untuk membentuk semacam pokja pengelolaan sampah. Pada awalnya mereka akan membuat kompos dari sampah organik. Selanjutnya kompos ini dapat dimanfaatkan untuk tanaman atau dijual ke tukang tanaman hias. Tempat yang mereka pilih adalah sebidang tanah kosong yang biasa digunakan warga untuk membuang sampah. Mereka membangun saung sederhana dengan empat kotak kecil tempat membuat kompos. Kotak-kotak dibuat dari pagar bambu. Luas saung ini kira-kira kurang dari 10 m2. Di sebelah saung itu ada tempat penampungan dan tempat sortasi sampah. Sampah-sampah dari 6 RT dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah ke tempat tersebut.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/lokasi3.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/lokasi2.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/lokasi1.jpg
Foto saung dan lokasi penampungan sampah.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/jajad1.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/jajad2.jpg
Pak Djajat memberi pejelasan pada warga
Karakteristik Sampah Warga
Sampah warga sama seperti sampah-sampah kota pada umumnya. Sampah ini bercampur antara sampah organik dengan sampah non organik. Warga belum memiliki kesadaran untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik. Sampah-sampah ini dikumpulkan setiap dua hari sekali oleh petugas sampah.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/sampahwarga.jpg
Gambar sampah warga
Dilihat dari gambar di atas, sampah warga didominasi oleh sampah-sampah non organik. Sampah non organik yang paling banyak adalah sampah plastik. Seperti yang sudah saya jelaskan di posting sebelumnya (lihat di sini) sampah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: sampah non organik dan sampah organik. Dari setiap kelompok ini berdasarkan bisa tidaknya didaur ulang dapat dikelompokkan menjadi bisa didaur ulang dan tidak bisa didaur ulang. Lihat gambar di bawah ini:
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/sampahwarga3.png
Pembagian kelompok sampah warga
Contoh kelompok sampah tersebut adalah sebagai berikut:
A. Sampah Organik Bisa Didaur Ulang: kertas, kardus, koran, majalah, dll
B. Sampah Organik Tak Bisa Didaur Ulang: sisa makanan, daun, sisa sayuran, dll.
C. Sampah Non-organik Bisa Didaur Ulang: logam (besi, alumunium, tembaga), botol, bekas botol minuman, kaleng, plastik, kaca, dll.
D. Sampah Non-organik Tak Bisa Didaur Ulang: plastik yang tidak bisa diaur ulang, baterai bekas, dll.
Sampah-sampah yang bisa didaur ulang baik organik maupun non-organik bisa dijual. Saat ini sudah ada pengepul barang-barang bekas yang datang ke lokasi pengelolaan sampah ini. Dalam satu minggu minimal mereka bisa mendapatkan dana tambahan Rp. 50.000 dari barang bekas daur ulang ini. Satu bulan berarti kira-kira Rp. 200.000. Jumlah ini justru lebih tinggi nilainya daripada pengolahan sampah organik menjadi kompos.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/sampah_nonorganik.jpg
Gambar sampah non organik yang bisa dijual
Sedangkan sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang seharusnya dibakar. Namun, saat ini mereka belum memiliki incinerator untuk membakar sampah. Jika sampah ini dibakar langsung akan diprotes warga, karena asapnya ke mana-mana dan masuk ke rumah-rumah warga. Dengan incinerator, cerobong bisa dibuat tinggi sehingga asap bisa langsung ke udara. Selain itu pembakaran bisa berlangsung sempurna dan mengurangi pencemaran udara.
Sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos dapat diolah lagi menjadi pupuk organik untuk dijual. Atau digunakan sendiri untuk menanam tanaman hias, tanaman apotik hidup, atau tanaman sayuran/buah-buahan.
Baca juga: Mengelola Sampah Rumah (http://isroi.wordpress.com/2008/08/08/pengolahan-sampah-skala-rumah-tangga) | Mengelola Sampah Pasar (http://isroi.wordpress.com/2008/03/25/cara-mudah-mengolah-sampah-pasar-1/)
Link Terkait: Cerita Sampah, Masalah, dan Solusinya Bagian 1 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/08/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya/) | Bagian 2 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/10/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya-bagian-2/) | Bagian 3 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/10/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya-bagian-3/) | Bagian 4 (http://isroi.wordpress.com/2008/05/11/cerita-sampah-masalah-dan-solusinya-bagian-4/) | Download Makalah Kompos (http://isroi.wordpress.com/2008/02/20/makalah-tentang-kompos/)
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/plangnama.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/ujang_jajad.jpg
Pak Wawan (kiri) ketua pengelola sampah warga sekaligus Pak RW dan Pak Djajat (kanan).
Lokasi Pengelolaan Sampah Warga
Dengan dorongan Pak Djajat, akhirnya warga di Gn Batu sepakat untuk membentuk semacam pokja pengelolaan sampah. Pada awalnya mereka akan membuat kompos dari sampah organik. Selanjutnya kompos ini dapat dimanfaatkan untuk tanaman atau dijual ke tukang tanaman hias. Tempat yang mereka pilih adalah sebidang tanah kosong yang biasa digunakan warga untuk membuang sampah. Mereka membangun saung sederhana dengan empat kotak kecil tempat membuat kompos. Kotak-kotak dibuat dari pagar bambu. Luas saung ini kira-kira kurang dari 10 m2. Di sebelah saung itu ada tempat penampungan dan tempat sortasi sampah. Sampah-sampah dari 6 RT dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah ke tempat tersebut.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/lokasi3.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/lokasi2.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/lokasi1.jpg
Foto saung dan lokasi penampungan sampah.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/jajad1.jpg
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/jajad2.jpg
Pak Djajat memberi pejelasan pada warga
Karakteristik Sampah Warga
Sampah warga sama seperti sampah-sampah kota pada umumnya. Sampah ini bercampur antara sampah organik dengan sampah non organik. Warga belum memiliki kesadaran untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik. Sampah-sampah ini dikumpulkan setiap dua hari sekali oleh petugas sampah.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/sampahwarga.jpg
Gambar sampah warga
Dilihat dari gambar di atas, sampah warga didominasi oleh sampah-sampah non organik. Sampah non organik yang paling banyak adalah sampah plastik. Seperti yang sudah saya jelaskan di posting sebelumnya (lihat di sini) sampah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar: sampah non organik dan sampah organik. Dari setiap kelompok ini berdasarkan bisa tidaknya didaur ulang dapat dikelompokkan menjadi bisa didaur ulang dan tidak bisa didaur ulang. Lihat gambar di bawah ini:
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/sampahwarga3.png
Pembagian kelompok sampah warga
Contoh kelompok sampah tersebut adalah sebagai berikut:
A. Sampah Organik Bisa Didaur Ulang: kertas, kardus, koran, majalah, dll
B. Sampah Organik Tak Bisa Didaur Ulang: sisa makanan, daun, sisa sayuran, dll.
C. Sampah Non-organik Bisa Didaur Ulang: logam (besi, alumunium, tembaga), botol, bekas botol minuman, kaleng, plastik, kaca, dll.
D. Sampah Non-organik Tak Bisa Didaur Ulang: plastik yang tidak bisa diaur ulang, baterai bekas, dll.
Sampah-sampah yang bisa didaur ulang baik organik maupun non-organik bisa dijual. Saat ini sudah ada pengepul barang-barang bekas yang datang ke lokasi pengelolaan sampah ini. Dalam satu minggu minimal mereka bisa mendapatkan dana tambahan Rp. 50.000 dari barang bekas daur ulang ini. Satu bulan berarti kira-kira Rp. 200.000. Jumlah ini justru lebih tinggi nilainya daripada pengolahan sampah organik menjadi kompos.
http://isroi.files.wordpress.com/2008/05/sampah_nonorganik.jpg
Gambar sampah non organik yang bisa dijual
Sedangkan sampah non-organik yang tidak bisa didaur ulang seharusnya dibakar. Namun, saat ini mereka belum memiliki incinerator untuk membakar sampah. Jika sampah ini dibakar langsung akan diprotes warga, karena asapnya ke mana-mana dan masuk ke rumah-rumah warga. Dengan incinerator, cerobong bisa dibuat tinggi sehingga asap bisa langsung ke udara. Selain itu pembakaran bisa berlangsung sempurna dan mengurangi pencemaran udara.
Sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos dapat diolah lagi menjadi pupuk organik untuk dijual. Atau digunakan sendiri untuk menanam tanaman hias, tanaman apotik hidup, atau tanaman sayuran/buah-buahan.