MesinCuci
23rd October 2012, 08:18 PM
Kondisi Barang : Baru
Harga :
Lokasi Seller : DKI Jakarta
Description :
PT.ESECODHARMA PERMAI
Nomer HP: + 62 21 70594544
Nomer Faks: + 62 21 56968811
Alamat:Jln.Rukan Sentra Latumenten Blok C7-C8 Jl.Prof.Dr.Latumenten No.50 Jakarta Barat 11460,Indonesia
Jakarta Barat 11460, Jakarta
LAMPU LED
Kami adalah instrumental dalam menawarkan klien kami Lampu LED, yang tersedia dalam berbagai ukuran, desain dan kapasitas daya. Lampu ini digunakan untuk keperluan penerangan, dekorasi dan lainnya. Berbagai produk kami meliputi rumah lampu LED pencahayaan LED, LED otomotif bola lampu dan lampu LED tegangan rendah. Produk yang disediakan oleh kami tersedia dalam berbagai pilihan seperti pencahayaan LED yang fleksibel, tabung lampu LED dan pasokan listrik LED.
Siapkah Masyarakat Beralih ke LED?
Sederet kelebihan serta kepopuleran rupanya tidak lantas membuat LED diminati, terutama oleh orang awam. Padahal produk lampu berdesain cantik yang menggunakan bola lampu LED sudah banyak di pasaran. Edukasi mengenai betapa canggih dan hemat energinya bola lampu yang satu ini pun rasanya sudah gencar dilakukan. Lantas apa masalahnya? Harga.
Untuk orang awam, masyarakat golongan menengah, dimana bagi mereka biaya masih menjadi salah satu concern utama dalam membeli sebuah barang, harga LED yang masih tergolong tinggi tentu menjadi penghalang. Jangankan untuk beralih dan mengganti seluruh lampu di rumahnya dengan lampu LED, untuk mengganti beberapa bola lampu saja pun, mungkin mereka berpikir berkali-kali.
Teknologi LED memang sudah seharusnya mulai dikenal baik oleh masyarakat umum, bukan hanya oleh lighting designer, arsitek, atau desainer interior. Sudah waktunya pula, LED tidak hanya menghiasi gedung-gedung tinggi, hotel, atau bangunan publik lainnya. Terlebih jika dikaitkan dengan usaha menghemat konsumsi listrik dan mengurangi limbah. Ya, masalah lingkungan memang � mau tidak mau � selalu jadi pertimbangan.
Daripada terus menerus menjejali masyarakat dengan kecanggihan, manfaat, dan hal-hal positif LED, kemudian meminta mereka membeli, seperti yang banyak dilakukan oleh produsen-produsen lampu, ada baiknya pertimbangkan kesiapan masyarakat, terutama dalam hal ekonomi. Bukan lantas berhenti mengedukasi, kita bisa memberikan trik sederhana, bagi mereka yang berminat beralih ke LED, tanpa harus menguras kantong.
Jika budget tidak memungkinkan untuk mengganti seluruh bola lampu dengan LED, ganti beberapa saja. Pilih area atau ruang yang membutuhkan penerangan lampu dalam waktu lama, misalnya area yang tidak banyak terkena sinar matahari, padahal banyak aktivitas terjadi di sana. Area seperti inilah yang sebaiknya jadi prioritas utama penggantian bola lampu dengan LED.
Dengan demikian masyarakat tidak akan buru-buru mengecap LED sebagai lampu untuk orang kaya, karena harganya yang relatif mahal. Mengganti satu atau dua bola lampu dengan LED, bisa dilakukan siapa saja, tidak cuma mereka yang berkantong tebal. Semakin banyak yang merasakan manfaat LED, semakin mudah teknologi baru ini diterima masyarakat. Setuju? ( Nisa)
Pencahayaan Hemat Energi untuk Si Rumah Mungil
Ada dua hal yang jadi pokok perhatian saat menata pencahayaan untuk rumah mungil, alokasi daya dan biaya. Alokasi daya menjadi krusial, karena rumah-rumah mungil biasanya memiliki daya listrik yang tidak terlalu besar, maksimal mungkin 2200 watt.
Hal pertama yang perlu dilakukan, sebelum menata pencahayaan di rumah mungil adalah menghitung pembagian daya listrik, untuk seluruh peralatan rumah yang menggunakan listrik. Setelah mendapatkan alokasi daya listrik untuk lampu, barulah kita bisa memulai pembagian alokasi daya untuk lampu, di setiap ruangan. Prinsip dasarnya adalah alokasikan daya lebih besar pada ruangan-ruangan yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas.
Pembagian alokasi daya ini nantinya akan membantu pada pemilihan jenis lampu ( bohlam) yang akan ditempatkan. Lampu hemat energi, seperti fluorescent atau compact fluorescent ( CFL) bisa jadi pilihan. Mengapa bukan LED? Karena hingga saat ini harga lampu LED masih terbilang mahal. Sedangkan seperti sudah disebutkan sebelumnya, salah satu poin yang harus diperhitungkan pada pencahayaan rumah mungil adalah biaya.
Jika memang bajet mencukupi untuk penggunaan LED, tempatkan hanya di area-area yang tidak terkena sinar matahari atau area dimana lampu harus terus menyala. Dengan demikian konsumsi listrik di area-area tersebut bisa diminimalisasi.
Setelah pembagian daya untuk setiap ruangan, lakukan juga pembagian kelompok ( grouping) lampu. Misalnya, pada ruang makan yang menyatu dengan dapur, bisa kita kelompokkan menjadi tiga grup lampu. Pendant lamp ( lampu gantung) sebagai penerangan utama, spot lighting sebagai accent light pada niche atau artwork dinding, dan penerangan untuk area kerja, yang biasanya dipasang di bawah kabinet gantung, kitchen set.
Setiap grup lampu tadi diwakili oleh satu stop kontak, dengan demikian akan lebih mudah mengaturnya. Saat seluruh keluarga berkumpul dan membutuhkan pencahayaan terang agar suasana lebih ceria, bisa menyalakan semua lampu. Pada waktu lain, mungkin menyalakan pendant lamp saja cukup, maka lampu-lampu lain bisa dimatikan. Malam hari saat akan tidur, cukup nyalakan spot light atau penerangan kitchen set saja. Dengan demikian, konsumsi listrik bisa dikendalikan. Konsumsi listrik terkendali, biaya listrik pun lebih hemat.
Trik lain yang selalu jitu untuk mengendalikan konsumsi listrik pada pencahayaan, sekaligus mempermudah pengaturan mood ruangan adalah dimmer. Atur intensitas cahaya lampu sesuai dengan kebutuhan dan atmosfer yang ingin diciptakan.
Apakah ini hanya berlaku untuk rumah mungil? Tidak juga. Berhemat memang sebaiknya dilakukan dimana saja, bukan? Rumah besar maupun kecil. ( Nisa)
LED: Lolos � Ujian� Baru Masuk Pasaran
Darimana kita tahu sebuah produk, keramik lantai misalnya, memiliki kualitas yang baik? Tentunya dari hasil pengujian yang dilakukan untuk setiap keping keramik. Hal yang sama pun berlaku untuk LED. Sebelum dipasarkan lampu-lampu LED melalui tahap pengujian, untuk memastikan kualitasnya. Tahap pengujian tersebut dinamakan binning process.
Pada keramik ada banyak poin yang diujikan, untuk memastikan kualitasnya. Misalnya, ketahanan terhadap beban, daya serap air, dan sebagainya. Pada LED ada empat hal yang harus dibuktikan melalui proses binning, yaitu konsistensi warna, colour rendering, usia pakai ( lifetime) , dan efikasi ( jumlah cahaya per daya) yang dinyatakan dalam satuan lumen per watt ( LPW) .
Setiap manufaktur LED punya standar soal keempat poin tadi. Nah, fungsi binning adalah memastikan setiap LED yang dihasilkan memenuhi standar tersebut. Jika sebuah lampu LED memenuhi setiap standar, maka ia akan memperoleh predikat Bin 1. Predikat ini terus menurun ke Bin 2, Bin 3, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat pemenuhan standar kualitas dari setiap lampu LED yang diuji. Makin besar angka Bin-nya, artinya makin tidak memenuhi standarlah si lampu yang diuji.
Dari hasil binning ini, hanya lampu berpredikat Bin 1 dan Bin 2 yang dinyatakan lulus dan siap dipasarkan. Perlu Anda tahu, jumlah LED yang lulus proses binning tidak pernah lebih dari 50% dari keseluruhan jumlah LED yang diuji. Tak mengherankan jika harga lampu LED terbilang tinggi.
Lalu bagaimana nasib lampu-lampu LED dengan predikat Bin 3 dan seterusnya? Lampu-lampu ini tetap dijual juga, karena tidak lulus binning bukan berarti tidak bisa dipakai. Ada yang berakhir di factory outlet LED, ada yang digunakan untuk lampu-lampu dekoratif sepeda motor, dan sebagainya. Harganya pun jelas lebih rendah daripada LED yang lulus uji.
Dikarenakan masing-masing manufaktur LED punya standar sendiri soal kualitas LED mereka, bisa jadi antara LED dari satu manufaktur dengan manufaktur lainnya berbeda, terutama cahaya dan warna yang dihasilkan. Nah, demi menjaga konsistensi warna dan cahaya ini, sejak beberapa tahun lalu, American National Standards Institute ( ANSI) dan The National Electrical Manufacturers Association ( NEMA) sudah membuat standar khusus untuk warna dan cahaya. Dengan demikian semua manufaktur LED punya patokan standar yang sama, khususnya untuk dua hal tadi.
Harga :
Lokasi Seller : DKI Jakarta
Description :
PT.ESECODHARMA PERMAI
Nomer HP: + 62 21 70594544
Nomer Faks: + 62 21 56968811
Alamat:Jln.Rukan Sentra Latumenten Blok C7-C8 Jl.Prof.Dr.Latumenten No.50 Jakarta Barat 11460,Indonesia
Jakarta Barat 11460, Jakarta
LAMPU LED
Kami adalah instrumental dalam menawarkan klien kami Lampu LED, yang tersedia dalam berbagai ukuran, desain dan kapasitas daya. Lampu ini digunakan untuk keperluan penerangan, dekorasi dan lainnya. Berbagai produk kami meliputi rumah lampu LED pencahayaan LED, LED otomotif bola lampu dan lampu LED tegangan rendah. Produk yang disediakan oleh kami tersedia dalam berbagai pilihan seperti pencahayaan LED yang fleksibel, tabung lampu LED dan pasokan listrik LED.
Siapkah Masyarakat Beralih ke LED?
Sederet kelebihan serta kepopuleran rupanya tidak lantas membuat LED diminati, terutama oleh orang awam. Padahal produk lampu berdesain cantik yang menggunakan bola lampu LED sudah banyak di pasaran. Edukasi mengenai betapa canggih dan hemat energinya bola lampu yang satu ini pun rasanya sudah gencar dilakukan. Lantas apa masalahnya? Harga.
Untuk orang awam, masyarakat golongan menengah, dimana bagi mereka biaya masih menjadi salah satu concern utama dalam membeli sebuah barang, harga LED yang masih tergolong tinggi tentu menjadi penghalang. Jangankan untuk beralih dan mengganti seluruh lampu di rumahnya dengan lampu LED, untuk mengganti beberapa bola lampu saja pun, mungkin mereka berpikir berkali-kali.
Teknologi LED memang sudah seharusnya mulai dikenal baik oleh masyarakat umum, bukan hanya oleh lighting designer, arsitek, atau desainer interior. Sudah waktunya pula, LED tidak hanya menghiasi gedung-gedung tinggi, hotel, atau bangunan publik lainnya. Terlebih jika dikaitkan dengan usaha menghemat konsumsi listrik dan mengurangi limbah. Ya, masalah lingkungan memang � mau tidak mau � selalu jadi pertimbangan.
Daripada terus menerus menjejali masyarakat dengan kecanggihan, manfaat, dan hal-hal positif LED, kemudian meminta mereka membeli, seperti yang banyak dilakukan oleh produsen-produsen lampu, ada baiknya pertimbangkan kesiapan masyarakat, terutama dalam hal ekonomi. Bukan lantas berhenti mengedukasi, kita bisa memberikan trik sederhana, bagi mereka yang berminat beralih ke LED, tanpa harus menguras kantong.
Jika budget tidak memungkinkan untuk mengganti seluruh bola lampu dengan LED, ganti beberapa saja. Pilih area atau ruang yang membutuhkan penerangan lampu dalam waktu lama, misalnya area yang tidak banyak terkena sinar matahari, padahal banyak aktivitas terjadi di sana. Area seperti inilah yang sebaiknya jadi prioritas utama penggantian bola lampu dengan LED.
Dengan demikian masyarakat tidak akan buru-buru mengecap LED sebagai lampu untuk orang kaya, karena harganya yang relatif mahal. Mengganti satu atau dua bola lampu dengan LED, bisa dilakukan siapa saja, tidak cuma mereka yang berkantong tebal. Semakin banyak yang merasakan manfaat LED, semakin mudah teknologi baru ini diterima masyarakat. Setuju? ( Nisa)
Pencahayaan Hemat Energi untuk Si Rumah Mungil
Ada dua hal yang jadi pokok perhatian saat menata pencahayaan untuk rumah mungil, alokasi daya dan biaya. Alokasi daya menjadi krusial, karena rumah-rumah mungil biasanya memiliki daya listrik yang tidak terlalu besar, maksimal mungkin 2200 watt.
Hal pertama yang perlu dilakukan, sebelum menata pencahayaan di rumah mungil adalah menghitung pembagian daya listrik, untuk seluruh peralatan rumah yang menggunakan listrik. Setelah mendapatkan alokasi daya listrik untuk lampu, barulah kita bisa memulai pembagian alokasi daya untuk lampu, di setiap ruangan. Prinsip dasarnya adalah alokasikan daya lebih besar pada ruangan-ruangan yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas.
Pembagian alokasi daya ini nantinya akan membantu pada pemilihan jenis lampu ( bohlam) yang akan ditempatkan. Lampu hemat energi, seperti fluorescent atau compact fluorescent ( CFL) bisa jadi pilihan. Mengapa bukan LED? Karena hingga saat ini harga lampu LED masih terbilang mahal. Sedangkan seperti sudah disebutkan sebelumnya, salah satu poin yang harus diperhitungkan pada pencahayaan rumah mungil adalah biaya.
Jika memang bajet mencukupi untuk penggunaan LED, tempatkan hanya di area-area yang tidak terkena sinar matahari atau area dimana lampu harus terus menyala. Dengan demikian konsumsi listrik di area-area tersebut bisa diminimalisasi.
Setelah pembagian daya untuk setiap ruangan, lakukan juga pembagian kelompok ( grouping) lampu. Misalnya, pada ruang makan yang menyatu dengan dapur, bisa kita kelompokkan menjadi tiga grup lampu. Pendant lamp ( lampu gantung) sebagai penerangan utama, spot lighting sebagai accent light pada niche atau artwork dinding, dan penerangan untuk area kerja, yang biasanya dipasang di bawah kabinet gantung, kitchen set.
Setiap grup lampu tadi diwakili oleh satu stop kontak, dengan demikian akan lebih mudah mengaturnya. Saat seluruh keluarga berkumpul dan membutuhkan pencahayaan terang agar suasana lebih ceria, bisa menyalakan semua lampu. Pada waktu lain, mungkin menyalakan pendant lamp saja cukup, maka lampu-lampu lain bisa dimatikan. Malam hari saat akan tidur, cukup nyalakan spot light atau penerangan kitchen set saja. Dengan demikian, konsumsi listrik bisa dikendalikan. Konsumsi listrik terkendali, biaya listrik pun lebih hemat.
Trik lain yang selalu jitu untuk mengendalikan konsumsi listrik pada pencahayaan, sekaligus mempermudah pengaturan mood ruangan adalah dimmer. Atur intensitas cahaya lampu sesuai dengan kebutuhan dan atmosfer yang ingin diciptakan.
Apakah ini hanya berlaku untuk rumah mungil? Tidak juga. Berhemat memang sebaiknya dilakukan dimana saja, bukan? Rumah besar maupun kecil. ( Nisa)
LED: Lolos � Ujian� Baru Masuk Pasaran
Darimana kita tahu sebuah produk, keramik lantai misalnya, memiliki kualitas yang baik? Tentunya dari hasil pengujian yang dilakukan untuk setiap keping keramik. Hal yang sama pun berlaku untuk LED. Sebelum dipasarkan lampu-lampu LED melalui tahap pengujian, untuk memastikan kualitasnya. Tahap pengujian tersebut dinamakan binning process.
Pada keramik ada banyak poin yang diujikan, untuk memastikan kualitasnya. Misalnya, ketahanan terhadap beban, daya serap air, dan sebagainya. Pada LED ada empat hal yang harus dibuktikan melalui proses binning, yaitu konsistensi warna, colour rendering, usia pakai ( lifetime) , dan efikasi ( jumlah cahaya per daya) yang dinyatakan dalam satuan lumen per watt ( LPW) .
Setiap manufaktur LED punya standar soal keempat poin tadi. Nah, fungsi binning adalah memastikan setiap LED yang dihasilkan memenuhi standar tersebut. Jika sebuah lampu LED memenuhi setiap standar, maka ia akan memperoleh predikat Bin 1. Predikat ini terus menurun ke Bin 2, Bin 3, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat pemenuhan standar kualitas dari setiap lampu LED yang diuji. Makin besar angka Bin-nya, artinya makin tidak memenuhi standarlah si lampu yang diuji.
Dari hasil binning ini, hanya lampu berpredikat Bin 1 dan Bin 2 yang dinyatakan lulus dan siap dipasarkan. Perlu Anda tahu, jumlah LED yang lulus proses binning tidak pernah lebih dari 50% dari keseluruhan jumlah LED yang diuji. Tak mengherankan jika harga lampu LED terbilang tinggi.
Lalu bagaimana nasib lampu-lampu LED dengan predikat Bin 3 dan seterusnya? Lampu-lampu ini tetap dijual juga, karena tidak lulus binning bukan berarti tidak bisa dipakai. Ada yang berakhir di factory outlet LED, ada yang digunakan untuk lampu-lampu dekoratif sepeda motor, dan sebagainya. Harganya pun jelas lebih rendah daripada LED yang lulus uji.
Dikarenakan masing-masing manufaktur LED punya standar sendiri soal kualitas LED mereka, bisa jadi antara LED dari satu manufaktur dengan manufaktur lainnya berbeda, terutama cahaya dan warna yang dihasilkan. Nah, demi menjaga konsistensi warna dan cahaya ini, sejak beberapa tahun lalu, American National Standards Institute ( ANSI) dan The National Electrical Manufacturers Association ( NEMA) sudah membuat standar khusus untuk warna dan cahaya. Dengan demikian semua manufaktur LED punya patokan standar yang sama, khususnya untuk dua hal tadi.