Log in

View Full Version : THE UPSTAIRS - Ceriwis


c3pot
16th March 2011, 04:30 PM
THE UPSTAIRS
http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs243.snc1/9026_131655428817_539708817_2378580_404765_n.jpg


Jimi Multhazam (vocals)
Kubil Idris (guitar)
Beni Adhiantoro (drums)
Alfi Chaniago (bass & keyboards)
Dian Maryana (backing vocal)

Home-grown new wave rock group The Upstairs, have been doing just that - creating waves and in the process, proving that Indonesias underground music scene is alive and well.

The lead singer and driving force behind The Upstairs Jimi Multhazam is a charismatic cat. Hes been captivating audiences with his on-stage theatrics and electric energy, mimicking 70s punk rock legend Iggy Pop as he prances around the stage wearing white sunglasses and extra-tight black & white striped pants sporting a Mick Jagger hairdo.

Seeing the band kitted out in their chinos, spangly shirts and, pop art prints and white sneakers, you could hardly miss their retro credentials. Says Jimi, when the group was formed back in October 2001 we were heavily influenced by overseas bands like A Flock of Seagulls, Joy Division, and Depeche Mode, but we like to complement the synthesizers with heavy guitar lines.

The Upstairs beginnings were DIY in the truest sense. They produced and distributed their first EP, Antahberantah, in 2002 by themselves and simply through word of mouth and audiencde reaction it, sold like hot cakes. Known for their free form style of lyricism, eschewing rhyming, the band members include Kubil Idris (guitar), Beni (drums), Alfi Chaniago (bass & keyboard), Elta (keyboard & synths) and Dian (backing vocals). Looking at how the band came together, its clear that theyre not just a bunch of wannabes, copying big names acts like The Killers or Franz Ferdinand but genuine domestic pioneers with their own ideas. FYI, The Upstairs even had formed long before those two nu-wave international acts were born.

So why did they choose the new wave genre at a time when our local music chart is saturated with RnB and punk-rock? We did follow mainstream music at first and even played some rockabilly in our early days, Jimi explains. But we soon realized by the time we produced our album there would be thousands of bands out there doing the same thing Jimi goes on to explain that during their early experimental sessions he and Kubil, enjoyed fusing their music with synthesizers creating the weird sounds that would eventually lead to the bands current sound.

Jimi loves to imitate the James Brown shoe gazing move while wearing hilarious and outrageous outfits on stage. His tight ankle high jeans, striped shirt, scarf and white framed sunnies are the bands trademark. He says I was heavily inspired by the styles visible in the movie The Outsiders.

On Valentines Day in 2004 the band released their CD debut Matraman (also their second studio recording). At the launch party at the famous BBs Club Jakarta, 100 CDs sold out in just two hours. Their moment of glory finally came on the 19th September 2005 when they sealed a contract with Warner Music Indonesia and gave birth to their first major label album Energy with the lethal Disko Darurat (Emergency Disco) on its track list. Theres a certain symmetry to such a pioneering band supporting one of the men who made dance music what it is today. Thinking outside the box.

Taken from:
THE BEAT Magazine
[August 2006 edition]
www.beatmag.com (http://www.beatmag.com/)

c3pot
16th March 2011, 04:32 PM
Website The Upstairs :
*http://theupstairs3.tumblr.com/

Web-Fans The Upstairs :
*http://twitter.com/theupstairs3
*http://www.facebook.com/theupstairs
*http://www.myspace.com/theupstairs1


apakah aku berada di mars atau mereka mengundang orang mars

Ruang gemerlapan yang hingar bingar
Namun berat kaki terhadap nada
Tetapi lantai telah di hentakkan
Pertunjukan tetaplah harus berjalan

Berdentum nada seiring dada
Apa terhidang di lidah ku hambar
Tiada bahasa telah terdengar
Mampu dipahami tertangkap oleh telinga

Apa ku ada di mars
Ataukah mereka mengundang
Orang Mars

Kehadiran ku kian menyiksa mata
Menyita sinar pada tata cahaya
Mereka berdansa sungguh seragam
Tetabuhan purbakala telah dilistrikkan

Apa ku ada di mars
Ataukah mereka mengundang
Orang Mars

Apakah aku ada di Mars
Atau mereka mengundang
Orang Mars

MATRAMAN

Demi trotoar dan debu yang berterbangan
Ku bersimpuh
Demi celurit mistar dan batu terbang pelajar
Ku ungkapkan
Atas nama orang-orang
Berdatangan ke utara
Kau kan ku jelang

Reff:
Kan ku persembahkan sekuntum mawar
Aku di matraman kau di kota kembang

Demi jembatan layang meluncur ke pramuka
Ku sandarkan
Demi polisi di kantornya di seberang
Pengetikan

Orang-orang mulai lengang
Perempuan malam berdatangan
Dan ku bertahan

DANSA AKHIR PEKAN

Enam hari berseragam
Rambutku telah mereka hancurkan
Menyita ragam cerita
Jelas sekali ku telah diredam

Kuberdansa resah
Diorbitkan rasa
Ke hampa udara
Tak terbersit hati
Untuk berhenti

Dipandang sebelah mata
Aku bukan urutan terdepan
Namun esok akhir pekan
Waktunya tuk melepaskan beban

Kuberdansa resah
Diorbitkan rasa
Ke hampa udara

Tak terbersit hati
Untuk berhenti

Tak terbersit hati
Untuk segera
Berhenti

LOMPAT

Lantai..paling teratas..
pagi menjelang sesudah hujan..
perempuan yang rupawan lelap di pembaringan
aku kenakan sepatu teringan
aku tarik tali dan ku ikat kencang..
berlari..ku menapaki anak tangga terakhir..

aaaa..aaaa..
lompat ku putuskan..

perlahan..ku lepas landas..
lantai teratas menuju jalan..
menjerit sang rupawan aku lambaikan tangan
ku cium gelagat kan di pisahkan
taq sanggup diri ku kehilangan..
indah..segala kemarin ingin aku kembali..

SATELIT

Kurasakan hadirmu tiada tertangkap mata
Namun telah ku baca tulisanmu berwarna
Apa yang di rasa semua kejadian tersirat
Namun selisih kita di jalan mutlak

Ku pasti berada di selatan kau singgah
Beberapa menit kau beranjak ku tiba
Kurasakan aroma parfummu sekejap
Dan terdengar langkah-langkah mu berjalan
Menghilang

Dikaulah satelitku
Tersembunyi dalam waktu
Dikaulah satelitku
Terlampau jauh ku tempuh
Tuk membelai mu

Andai kumiliki sebingkai gambarmu sekarang
Lebih mudah ku rangkai semua tulisan
Kan kujadikan buku manual berjalan
Dan kulukiskan di setiap tempat kau pernah
Singgah

Dikaulah satelitku
Tersembunyi dalam waktu
Dikaulah satelitku
Terlampau jauh ku tempuh
Tuk membelai mu

c3pot
16th March 2011, 04:35 PM
Lanjutan liriknya



FRUSTASI

Kami ingin nampak putih
Kami ingin nampak putih
Sepersekian detik di muka TV
Dan kami frustrasi frustrasi

Kami ingin rambut lurus
Kami terjangkit phobia dandruff
Semenjak saksikan pariwara TV
Dan kini frustrasi frustrasi

Kami ingin tambah ramping
Dambakan fisik yang lebih cling
Seperti standar cantik di televisi
Hingga frustrasi frustrasi

Bebaskan kami

Kami frustrasi

KAMI DATANG UNTUK MUSIK

Kami datang untuk musik (musik)
Dari penjuru dunia yang berbeda
Dengan visi yang sama

Kami datang untuk musik (musik)
Kami generasi sekarang
Membawa pembaharuan

Kami datang aaa..
Senang..tenang..tenang..
Kami datang aaa...
Tenang..tenang..tenang..

Kami datang untuk musik (musik)
Huru hara itu terbelakang
Maaf kami terdepan

Kami datang untuk musik (musik)
Kami generasi sekarang
Jelas kami berbeda

Kami datang aaa..
Senang..tenang..tenang..
Kami sejalan aaa..
Jelas..jelas..jelas..

Kami datang aaa..

Kami datang aaa..
Senang..tenang..tenang..
Kami sejalan aaa..
Jelas..jelas..jelas..

Kami datang untuk musik


KU NOBATKAN JADI FANTASI

Dia penyepak skroutumku
Porak porandalah daya fikirku
Perangkat kemajuan komunikasi
Hempaskan ku pada kerumitan cara
Sekedar bicara

Seru di dada
Ku nobatkan jadi fantasi
Sematkan dengan sensasi
Lagupun telah tergubahkan

Abadi merekat siksa kepala
Tiada hal mustahil tuk di pertaruhkan
Kan ku rebut arah mata mu
Dengan binar paras merdeka

Berlututlah waktu
Ku nobatkan jadi fantasi
Sematkan dengan sensasi

COSMIC G-SPOT

Tiada Jarvis
Tiada pop
Tiada beat disko
Semua tenang
Hingga tanpa suara terdengar

Mari mari mari mari lekas
Bercinta
Mari mari mari mari lekas
Bercinta

Tanpa televisi
Non aktifkan cell
Compact disc, digital video
Di simpan
Hingga suasana heningnya

Mari mari mari mari lekas
Bercinta
Mari mari mari mari lekas
Bercinta

DIGITAL VIDEO FESTIFAL

Kita di masa depan
Dan sedang menuju Jakarta Barat
Sebelum Fatahillah
Ada baiknya berputar arah
Tepat di Glodok Raya
Terdapatlah pusat film negara
Istana dongeng dunia
Dari Hollywood hingga ke Iran
Mari pesta

Digital Video Festival

Tak guna antrian panjang
Apalagi hanya popcorn yang mahal
Karena kita gembira
Bermodal awal lima ribuan
Kan ku ajak kau dara
Menyaksikan tutur gambar di rumah
Bertumpuk keping bajakan
Masih sempatnya kita berwacana
Menggila

Digital Video Festival

ENERGY

Berangkat ke jantung selatan
Dalam bis kota bersama
Orang-orang lelah
Bermata lima watt
Otak di peraduan
Namun ku pergi dengan energy
Lampaui batas

Berjalan beratus meter ke depan
Dari perhentian terakhir malam
Orang-orang penghuni jalan
Bergentayangan
Namun ku lewati
Mereka dengan semangat
Tiada tandingan

Aku kan segera di sana
Bukan untuk berdansa

Suasana disana meriah
Dengan DJ, musik berdansa
Pengeras suara
Kudapati bintangnya malam
Di tepi mereka
Lalu ku dekati seraya
Mencuri minuman

Aku kan segera di sana
Bukan untuk berdansa

DI ANTARA HALUAN

Kita langgar norma
agar kian bersama
karna gelombangmaha dasyat
antar kita

sang ibu telah murka
sumpah di ikrarkan
ranjau di tiap jalan
di tanamkan

oh betapa senangnya
ku diantara haluan
oh betapa senangnya
melanjutkan jalan

apa kita genggam
adalah bara yg menyala
sorak sorai sahabar
kita menang

namun pagar tinggi panjang
tertancap dan megakar
dan telah kita amini sejak
mulai bicara

DEKIL, KELAM, DAN SURAM

Terkejut bukan kepalang
saksikan mu hadir
di muka pintu
Tak lagi ku jumpa kuncir dua
yamg sempat menjadi
nama tengah mu
Tumpukan berita dan
gempuran nada ubahy
gontai langkah kecilmu
Kau rajah dirimu
dengan pencitraan
yg membuat gigiku ngilu

Kau menapaki jalan ku
Dekil kelam dan suram
Kau menapaki jejakku
Bukan hal menyenangkan

semua orang punya cara
lakukan-lakukan
kupilih bukan terang
lakukan lakukan
ciptakan masa silam
lakukan lakukan
untuk kelak di tuturkan

PERCAKAPAN

DIkau berkostum merah
sumpah menawan
kemarau putuskanku
sedikit terbuka
Dibahu jalan
kita berbagi mie instant
di terpa lampu jalan
ciamik nian

*Percakapan kian
mengukis malam
Terbenam kita dalam wacana

KIta ankat tema
tantang kesempata
tekanan orang-orang
membuat geram
Juga semua mimpi
setelah di rangkumkan
atau masa depan
yang kian mengelikan

Berandai hujan turun
menerpa gelap
kan kulindungi kamu (kan kau lindungi aku)
di lengan kanan
Byangkan ku yang ada
di billboard jalan
tentu kita telah lelap
di selimut tebal*

Tak berminat mata
di pejamkan