atheis
10th March 2011, 06:50 PM
http://image.tempointeraktif.com/?id=64762&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=64762&width=490)
AP/Emilio Morenatti
TEMPO Interaktif, Kairo - Aksi unjuk rasa yang mewabah di Timur Tengah dan Afrika Utara kemarin terus berlanjut. Di Mesir, setelah Presiden Husni Mubarak digulingkan aksi unjuk rasa dan pemerintahan baru dibentuk, aksi protes kembali marak. Kali ini dipicu pertikaian antara pemeluk Kristen Koptik dan pemeluk Islam.
Pertikaian terjadi di saat Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf mengumumkan nama-nama anggota kabinetnya. Selusinan orang yang membawa pisau dan bom molotov membuat bentrokan, dan menewaskan lebih dari 20 orang. Bentrok bermula saat pengunjuk rasa pemeluk Koptik menutup sebuah jalan raya di Kairo memprotes pembakaran sebuah gereja di Provinsi Helwan.
Penutupan jalan itu menyulut kemarahan warga muslim yang ingin melalui jalan tersebut, yang berujung pada aksi saling lempar batu sebelum akhirnya tentara datang dan melerai. Warga pemeluk Kristen Koptik berjumlah 10 persen dari seluruh penduduk Mesir. Pada hari sebelumnya, lebih dari seratus perempuan menggelar protes menuntut kesamaan hak di sana.
Arab Saudi setali tiga uang. Jumat ini sejumlah pemeluk Islam dari kelompok Syiah, yang minoritas, berencana menggelar aksi unjuk rasa di Jeddah. Mereka mendesak konstitusi monarki di sana. Pihak berwenang terpaksa melepas seorang ulama Syiah, Syekh Tawfiq al-Aamer, karena khawatir bisa memicu aksi unjuk rasa yang lebih besar lagi.
Amerika mendukung aksi protes di Saudi itu dengan mengatakan bahwa Washington mendukung hak universal. "Semua hak itu harus dihormati di mana saja, termasuk di Arab Saudi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip J. Crowley. Sebelumnya Dewan Ulama Senior Saudi mengatakan aksi unjuk rasa dan petisi "tidak islami".
Adapun polisi di Yaman menembaki para demonstran yang menuntut mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Demonstran, yang sebagian besar mahasiswa, itu juga menuntut adanya peningkatan kesempatan kerja, pemberantasan korupsi, dan pelayanan kesehatan yang lebih merata.
Massa pemrotes di Oman pun menuntut hal serupa. Padahal Raja Oman Sultan Qaboos bin Said telah memecat sejumlah menteri yang telah lama berkuasa atau terkait dengan korupsi. Namun pemrotes mendesak agar para pelaku korupsi itu diadili. Tunisia, tempat aksi unjuk rasa bermula, kini mulai stabil setelah Perdana Menteri Beji Caid Essebsi melantik kabinet baru.
AP | ALJAZEERA | HAARETZ | GRAPHICNEWS | ANDREE PRIYANTO
~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/timteng/2011/03/10/brk,20110310-318991,id.html)
AP/Emilio Morenatti
TEMPO Interaktif, Kairo - Aksi unjuk rasa yang mewabah di Timur Tengah dan Afrika Utara kemarin terus berlanjut. Di Mesir, setelah Presiden Husni Mubarak digulingkan aksi unjuk rasa dan pemerintahan baru dibentuk, aksi protes kembali marak. Kali ini dipicu pertikaian antara pemeluk Kristen Koptik dan pemeluk Islam.
Pertikaian terjadi di saat Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf mengumumkan nama-nama anggota kabinetnya. Selusinan orang yang membawa pisau dan bom molotov membuat bentrokan, dan menewaskan lebih dari 20 orang. Bentrok bermula saat pengunjuk rasa pemeluk Koptik menutup sebuah jalan raya di Kairo memprotes pembakaran sebuah gereja di Provinsi Helwan.
Penutupan jalan itu menyulut kemarahan warga muslim yang ingin melalui jalan tersebut, yang berujung pada aksi saling lempar batu sebelum akhirnya tentara datang dan melerai. Warga pemeluk Kristen Koptik berjumlah 10 persen dari seluruh penduduk Mesir. Pada hari sebelumnya, lebih dari seratus perempuan menggelar protes menuntut kesamaan hak di sana.
Arab Saudi setali tiga uang. Jumat ini sejumlah pemeluk Islam dari kelompok Syiah, yang minoritas, berencana menggelar aksi unjuk rasa di Jeddah. Mereka mendesak konstitusi monarki di sana. Pihak berwenang terpaksa melepas seorang ulama Syiah, Syekh Tawfiq al-Aamer, karena khawatir bisa memicu aksi unjuk rasa yang lebih besar lagi.
Amerika mendukung aksi protes di Saudi itu dengan mengatakan bahwa Washington mendukung hak universal. "Semua hak itu harus dihormati di mana saja, termasuk di Arab Saudi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip J. Crowley. Sebelumnya Dewan Ulama Senior Saudi mengatakan aksi unjuk rasa dan petisi "tidak islami".
Adapun polisi di Yaman menembaki para demonstran yang menuntut mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Demonstran, yang sebagian besar mahasiswa, itu juga menuntut adanya peningkatan kesempatan kerja, pemberantasan korupsi, dan pelayanan kesehatan yang lebih merata.
Massa pemrotes di Oman pun menuntut hal serupa. Padahal Raja Oman Sultan Qaboos bin Said telah memecat sejumlah menteri yang telah lama berkuasa atau terkait dengan korupsi. Namun pemrotes mendesak agar para pelaku korupsi itu diadili. Tunisia, tempat aksi unjuk rasa bermula, kini mulai stabil setelah Perdana Menteri Beji Caid Essebsi melantik kabinet baru.
AP | ALJAZEERA | HAARETZ | GRAPHICNEWS | ANDREE PRIYANTO
~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/timteng/2011/03/10/brk,20110310-318991,id.html)