DreamWorldJr
26th February 2011, 07:57 PM
http://image.tempointeraktif.com/?id=64965&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=64965&width=490)
Pertemuan Seketariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi, di Jakarta (16/2). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Bachtiar Effendy, mengatakan mustahil koalisi di parlemen bisa selalu kompak dan sejalan dalam berbagai hal. "Dalam sistem seperti ini, nggak mungkin bisa selalu kerjasama seperti yang diharapkan," kata dia di Jakarta hari ini, Sabtu 26 Februari 2011.
Menurut Bachtiar, meski sejumlah partai sudah bergabung menjadi suatu koalisi, namun perbedaan pandangan dalam menyikapi persoalan tak mungkin selalu dikesampingkan demi kepentingan koalisi. Sebab, sebelum bergabung dalam koalisi, setiap partai sudah membawa ideologi masing-masing.
Karena itu, Bachtiar menilai, mustahil jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Sekretariat Gabungan Partai Koalisi, mengharapkan sekutunya selalu sejalan dengan gagasan koalisi. "Latar belakang gagasan partai saja kan sejak awal beda. Ini nggak mungkin harus selalu sejalan," ujarnya.
Ia sendiri sangsi, Presiden selaku Ketua Koalisi berani menindak tegas Golkar, yang berulang kali justru mengambil sikap berseberangan dengan sikap koalisi. "Sekarang berani, nggak Presiden? Atau beraninya nendang PKS saja karena dia partai kecil?"
Bachtiar memprediksi, ke depan bukan tak mungkin letupan-letupan dalam koalisi akibat perbedaan pendapat seperti saat ini, bakal terulang. Sebab, sistem memang membuka peluang untuk itu. Sepanjang sistem tak berubah, maka kemungkinan partai anggota membelot dari koalisi, selalu terbuka.
"Ini kesalahannya adalah pengaturan sistem presidensial. Partainya terlalu banyak sehingga nggak ada parpol yang jumlah kursinya mayoritas. Saya kira sudah dua belas tahunan ini pemerintahan tidak efektif karena semua bergantung pada kondisi koalisi," kata Bachtiar.
ISMA SAVITRI
sumber...!!! (http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/02/26/brk,20110226-316202,id.html)
Pertemuan Seketariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi, di Jakarta (16/2). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Bachtiar Effendy, mengatakan mustahil koalisi di parlemen bisa selalu kompak dan sejalan dalam berbagai hal. "Dalam sistem seperti ini, nggak mungkin bisa selalu kerjasama seperti yang diharapkan," kata dia di Jakarta hari ini, Sabtu 26 Februari 2011.
Menurut Bachtiar, meski sejumlah partai sudah bergabung menjadi suatu koalisi, namun perbedaan pandangan dalam menyikapi persoalan tak mungkin selalu dikesampingkan demi kepentingan koalisi. Sebab, sebelum bergabung dalam koalisi, setiap partai sudah membawa ideologi masing-masing.
Karena itu, Bachtiar menilai, mustahil jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Sekretariat Gabungan Partai Koalisi, mengharapkan sekutunya selalu sejalan dengan gagasan koalisi. "Latar belakang gagasan partai saja kan sejak awal beda. Ini nggak mungkin harus selalu sejalan," ujarnya.
Ia sendiri sangsi, Presiden selaku Ketua Koalisi berani menindak tegas Golkar, yang berulang kali justru mengambil sikap berseberangan dengan sikap koalisi. "Sekarang berani, nggak Presiden? Atau beraninya nendang PKS saja karena dia partai kecil?"
Bachtiar memprediksi, ke depan bukan tak mungkin letupan-letupan dalam koalisi akibat perbedaan pendapat seperti saat ini, bakal terulang. Sebab, sistem memang membuka peluang untuk itu. Sepanjang sistem tak berubah, maka kemungkinan partai anggota membelot dari koalisi, selalu terbuka.
"Ini kesalahannya adalah pengaturan sistem presidensial. Partainya terlalu banyak sehingga nggak ada parpol yang jumlah kursinya mayoritas. Saya kira sudah dua belas tahunan ini pemerintahan tidak efektif karena semua bergantung pada kondisi koalisi," kata Bachtiar.
ISMA SAVITRI
sumber...!!! (http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/02/26/brk,20110226-316202,id.html)