lovepentil
16th February 2011, 07:42 PM
http://image.tempointeraktif.com/?id=60653&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=60653&width=490)
Hillary Rodham Clinton. AP Photo/Tara Todras-Whitehill
TEMPO Interaktif,Washington - Pemerintah Amerika mempriotaskan bantuan internet bagi para aktivis di negara-negara represif. "Ini adalah prioritas kebijakan luar negeri, sesuatu yang pengaruhnya akan meningkat di masa mendatang," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton.
Pemerintah Amerika menginvestasikan US$ 25 juta atau sekitar Rp 25 miliar untuk membantu aktivis yang secara aktif menggunakan internet dan teknologi informasi. Dengan bantuan ini, Pemerintah Amerika menegaskan komitmennya terhadap kebebasan berinternet.
Hillary juga mengingatkan pemerintah yang represif tidak membatasi kebebasan penggunaan internet. Menurutnya cara-cara seperti itu akan gagal. Ia menyebut China, Syria, Cuba, Vietnam, dan Myanmar sebagai negara-negara yang membatasi pidato online, dan ia mengatakan usaha Mesir mematikan internet untuk meredam pendemo terbukti gagal.
Menurut Hillary situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook merupakan alat yang penting untuk menyampaikan suara aspirasi masyarakat. Hillary mengatakan Amerika akan membuka akun Twitter dalam bahasa Cina, Rusia, Hindi sebagai tambahan akun yang sudah ada di Perancis, Spanyol, Arab, dan Persia.
Hillary menambahkan internet bisa menjadi masalah ketika digunakan untuk penyebaran kebencian yang bisa memicu konflik. Tetapi, pembatasan konten semacam itu sering menjadi alasan untuk memberangus hak kebebasan berbicara. "Jawaban untuk pidato yang menyinggung adalah dengan pidato yang lebih banyak," tambahnya. Masyarakat bisa dan harus bersuara menentang kebencian dan sikap anti toleransi.
BBC | AQIDA SWAMURTI
sumber (http://www.tempointeraktif.com/hg/amerika/2011/02/16/brk,20110216-313821,id.html)
Hillary Rodham Clinton. AP Photo/Tara Todras-Whitehill
TEMPO Interaktif,Washington - Pemerintah Amerika mempriotaskan bantuan internet bagi para aktivis di negara-negara represif. "Ini adalah prioritas kebijakan luar negeri, sesuatu yang pengaruhnya akan meningkat di masa mendatang," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton.
Pemerintah Amerika menginvestasikan US$ 25 juta atau sekitar Rp 25 miliar untuk membantu aktivis yang secara aktif menggunakan internet dan teknologi informasi. Dengan bantuan ini, Pemerintah Amerika menegaskan komitmennya terhadap kebebasan berinternet.
Hillary juga mengingatkan pemerintah yang represif tidak membatasi kebebasan penggunaan internet. Menurutnya cara-cara seperti itu akan gagal. Ia menyebut China, Syria, Cuba, Vietnam, dan Myanmar sebagai negara-negara yang membatasi pidato online, dan ia mengatakan usaha Mesir mematikan internet untuk meredam pendemo terbukti gagal.
Menurut Hillary situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook merupakan alat yang penting untuk menyampaikan suara aspirasi masyarakat. Hillary mengatakan Amerika akan membuka akun Twitter dalam bahasa Cina, Rusia, Hindi sebagai tambahan akun yang sudah ada di Perancis, Spanyol, Arab, dan Persia.
Hillary menambahkan internet bisa menjadi masalah ketika digunakan untuk penyebaran kebencian yang bisa memicu konflik. Tetapi, pembatasan konten semacam itu sering menjadi alasan untuk memberangus hak kebebasan berbicara. "Jawaban untuk pidato yang menyinggung adalah dengan pidato yang lebih banyak," tambahnya. Masyarakat bisa dan harus bersuara menentang kebencian dan sikap anti toleransi.
BBC | AQIDA SWAMURTI
sumber (http://www.tempointeraktif.com/hg/amerika/2011/02/16/brk,20110216-313821,id.html)