atheis
15th February 2011, 01:07 PM
http://image.tempointeraktif.com/?id=62081&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=62081&width=490)
Gedung baru DPR
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat politik Arbi Sanit menyentil politikus di Dewan Perwakilan Rakyat. Menurutnya, dari 550 anggota Dewan, hanya 50 orang atau kurang dari 10 persen yang memiliki pikiran bagus.
"Sangat minim yang mampu melaksanakan tugasnya sebagi wakil rakyat yang baik," kata Arbi, seusai deklarasi gerakan Solidaritas Masyarakat Indonesia (SMI) untuk Keadilan dan peluncuran rumah Integritas, Jakarta, Senin (14/2).
Dia memberi contoh pada gagasan Dewan yang mengingkan Gubernur dipilih kembali DPRD. Menurut dia, ide itu justru merampas kedaulatan rakyat. "Mengalami kemunduran, apa yang dilakukan Orde Baru ingin diadopsi lagi," katanya.
Politikus, kata Arbi, kehabisan waktu menyelesaikan pertengkaran. Kalaupun ada kompromi, hanya sebatas kepentingan golongan bukan kepentingan rakyat. "Itu sebabnya ekonomi kita tidak pernah maju, politikus yang ada sekarang tidak cukup memadai," katanya.
Lantas apa yang harus dikerjakan? Menurut Arbi, masyarakat harus melakukan konsolidasi demokrasi, dan melembagakan perubahan yang telah laksanakan.
Peryataan Arbi Sanit itu bukanlah kritik pertama terhadap kinerha anggota DPR. Dulu, mantan Presiden Abdurrahman Wahid malah menyebut anggota DPR seperti murid Taman Kanak-kanak.
Hamluddin
~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/02/15/brk,20110215-313513,id.html)
Gedung baru DPR
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat politik Arbi Sanit menyentil politikus di Dewan Perwakilan Rakyat. Menurutnya, dari 550 anggota Dewan, hanya 50 orang atau kurang dari 10 persen yang memiliki pikiran bagus.
"Sangat minim yang mampu melaksanakan tugasnya sebagi wakil rakyat yang baik," kata Arbi, seusai deklarasi gerakan Solidaritas Masyarakat Indonesia (SMI) untuk Keadilan dan peluncuran rumah Integritas, Jakarta, Senin (14/2).
Dia memberi contoh pada gagasan Dewan yang mengingkan Gubernur dipilih kembali DPRD. Menurut dia, ide itu justru merampas kedaulatan rakyat. "Mengalami kemunduran, apa yang dilakukan Orde Baru ingin diadopsi lagi," katanya.
Politikus, kata Arbi, kehabisan waktu menyelesaikan pertengkaran. Kalaupun ada kompromi, hanya sebatas kepentingan golongan bukan kepentingan rakyat. "Itu sebabnya ekonomi kita tidak pernah maju, politikus yang ada sekarang tidak cukup memadai," katanya.
Lantas apa yang harus dikerjakan? Menurut Arbi, masyarakat harus melakukan konsolidasi demokrasi, dan melembagakan perubahan yang telah laksanakan.
Peryataan Arbi Sanit itu bukanlah kritik pertama terhadap kinerha anggota DPR. Dulu, mantan Presiden Abdurrahman Wahid malah menyebut anggota DPR seperti murid Taman Kanak-kanak.
Hamluddin
~ SUMBER ~ (http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/02/15/brk,20110215-313513,id.html)