DWH
11th June 2010, 11:17 PM
BANDUNG - Kondisi air tanah di wilayah cekungan Bandung saat ini sudah tak layak dikonsumsi. Pasalnya, air tanah tersebut mengandung zat besi hingga mencapai 3 miligram/liter atau di atas batas normal.
"Wilayah cekungan Bandung itu meliputi kawasan Padalarang hingga ke timur daerah Ujungberung. Wilayah itu ada kaitannya dengan sejarah danau purba Bandung," ujar Kepala Pusat Air Tanah dan Lingkungan Badan Geologi, Danaryanto kepada wartawan, Jumat (11/6/2010).
Kondisi geologi itu, kata dia, sudah terjadi sejak terbentuknya danau purba di cekungan Bandung. Namun, lanjutnya, air danau itu tidak mengalir atau menggenang hingga memunculkan rawa-rawa.
"Lama-lama menghasilkan reduksi pada tanaman rawa hingga kondisi air mengandung zat besi. Tanaman rawa yang menjadi fosil menimbulkan jumlah reduksi tinggi," katanya.
Danaryanto menambahkan, kondisi air layak diminum minimal mengandung kadar zat besi di bawah 0,3 miligram/liter. Saat ini, kata dia kandungan zat besinya sudah di atas batas tersebut.
"Kadar besi itu berasal dari air tanah dalam, seperti sumur bor dengan kedalaman 60 meter lebih. Artinya, air dangkal tanah jelas lebih parah kadar besinya," tandas dia.
Lebih jauh Danaryanto mengatakan, Ketersediaan air tanah di cekungan Bandung saat itu sekitar 180 juta m3. Sebagian besar, kata dia, dipakai untuk kebutuhan industri yang tersebar di wilayah Bandung Raya.
Dia mencontohkan, wilayah Antapani dan Ujungberung di timur Bandung memiliki kondisi air yang buruk berwarna kekuning-kuningan dengan kadar zat besi sangat tinggi.
"Sementara di wilayah Bandung Utara, kondisi air dangkal tanah juga kurang baik. Kondisi air yang baik bisa didapat jika melakukan pengeboran cukup dalam," paparnya
SUMBER :http://news.okezone.com/read/2010/06/11/340/342018/air-tanah-di-bandung-tak-layak-minum
"Wilayah cekungan Bandung itu meliputi kawasan Padalarang hingga ke timur daerah Ujungberung. Wilayah itu ada kaitannya dengan sejarah danau purba Bandung," ujar Kepala Pusat Air Tanah dan Lingkungan Badan Geologi, Danaryanto kepada wartawan, Jumat (11/6/2010).
Kondisi geologi itu, kata dia, sudah terjadi sejak terbentuknya danau purba di cekungan Bandung. Namun, lanjutnya, air danau itu tidak mengalir atau menggenang hingga memunculkan rawa-rawa.
"Lama-lama menghasilkan reduksi pada tanaman rawa hingga kondisi air mengandung zat besi. Tanaman rawa yang menjadi fosil menimbulkan jumlah reduksi tinggi," katanya.
Danaryanto menambahkan, kondisi air layak diminum minimal mengandung kadar zat besi di bawah 0,3 miligram/liter. Saat ini, kata dia kandungan zat besinya sudah di atas batas tersebut.
"Kadar besi itu berasal dari air tanah dalam, seperti sumur bor dengan kedalaman 60 meter lebih. Artinya, air dangkal tanah jelas lebih parah kadar besinya," tandas dia.
Lebih jauh Danaryanto mengatakan, Ketersediaan air tanah di cekungan Bandung saat itu sekitar 180 juta m3. Sebagian besar, kata dia, dipakai untuk kebutuhan industri yang tersebar di wilayah Bandung Raya.
Dia mencontohkan, wilayah Antapani dan Ujungberung di timur Bandung memiliki kondisi air yang buruk berwarna kekuning-kuningan dengan kadar zat besi sangat tinggi.
"Sementara di wilayah Bandung Utara, kondisi air dangkal tanah juga kurang baik. Kondisi air yang baik bisa didapat jika melakukan pengeboran cukup dalam," paparnya
SUMBER :http://news.okezone.com/read/2010/06/11/340/342018/air-tanah-di-bandung-tak-layak-minum