EagleEye
4th February 2011, 11:08 PM
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/02/03/1551545620X310.jpg
Ketika seseorang divonis kanker, tentu rasa takut, panik, khawatir bahkan malu mendera. Namun, kondisi itu jangan dibiarkan begitu saja. Penderita kanker harus didorong untuk terbuka mengenai kondisinya, lahir dan batin.
Pakar bedah onkologi dr. Samuel J Haryono SpB (K) Onk. dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta mengatakan, penderita kanker harus mengungkapkan emosinya dengan sehat.
�Keterbukaan penting bagi penderita kanker. Dengan demikian dia bisa menerima keadaannya dan itu membantu secara psikologis untuk penyembuhan,� ungkapnya di depan para penderita dan mantan penderita kanker di Jalan Imam Bonjol beberapa waktu lalu.
Hal ini harus dipahami oleh si penderita serta orang-orang terdekatnya, seperti suami atau istri dan anak. Penerimaan yang luar biasa merupakan dukungan psikologis yang baik kepada penderita kanker untuk menjalani berbagai operasi, baik biopsi atau pengangkatan, sampai berkali-kali kemoterapi dan sinar laser demi sebuah kesembuhan.
Broery, kehilangan istrinya karena kanker getah bening yang ganas. Dalam testimoninya, Broery berulang kali menegaskan bahwa seorang penderita kanker harus didorong untuk berbicara dan mengungkapkan isi hati dan kemauannya.
Suami dan istri harus menyadari bahwa tidak memberikan waktu dan perhatian untuk mendengarkan pasangannya yang sakit untuk bicara merupakan upaya �membunuh perlahan-lahan�.
�Istri saya itu tergolong hati-hati kalau makan, tapi kena (kanker) juga. Ada juga sepertinya penyebab psikis. Istri saya pendiam. Kalau dia punya masalah dia simpan dalam hati. Lama-lama jadi kanker. Dia takut. Istri-istri sakit kanker karena tidak mau bicara,� tambahnya.
Gabung dalam Komunitas Salah satu langkah tepat yang harus diambil oleh para penderita kanker adalah bergabung dengan komunitas para penderita kanker. Dengan demikian, para penderita dapat berkomunikasi dan bertukar informasi mengenai kanker dan langkah penyembuhannya dengan penderita lain. Selain itu, penderita kanker juga dapat menyadari bahwa dirinya tidak sendiri dalam menghadapi penyakit ganas ini.
Menurut dr. Samuel, dunia kedokteran banyak sekali dibantu oleh komunitas-komunitas pendukung ini dalam rangka penyembuhan para pasien kanker. Informasi yang cukup dan dukungan psikologis yang memadai mau tak mau harus diakui memberi pengaruh positif terhadap upaya pengobatan.
�Itu manfaatnya secara psikologis, kalau sebelumnya (pasien) enggak mau di-kemo, jadinya mau di-kemo. Orang yang tadinya enggak mau periksa, bisa dideteksi lebih dini. Dan itu adalah merupakan suatu media komunikasi dan informasi. Jadi pasien itu punya pengetahuan, itu kan penting untuk mawas diri. Bagi yang belum pernah kena, atau yang sudah kena dia bisa merasa dukungan untuknya itu banyak. Maka support ya punya peranan besar. Di negara maju itu sangat dianjurkan, dibentuk. Itu tidak bertentangan dengan dunia kedokteran,� tegasnya.
Ami, warga Bekasi, akhirnya untuk pertama kalinya datang ke gathering komunitas Cancer Information & Support Center (CISC). Pada akhir 2009, dirinya divonis mengidap kanker payudara. Meski sel kanker sudah diangkat, wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ini masih harus menjalani berbagai pemeriksaan untuk memastikan sel tidak akan tumbuh lagi. Komunitas penderita, menurutnya, bisa membantunya mengetahui langkah-langkah lebih lanjut.
�Bisa dapat informasi, bisa berbagi juga,� katanya sambill tersenyum.
Sementara itu, Tulus (24) sudah bergabung dengan CISC sejak empat tahun silam. Tulus yang divonis mengidap kanker darah atau leukimia sejak umur 2 tahun ini sudah dinyatakan bersih sejak tiga tahun silam. Namun, pemeriksaan rutin tetap harus dijalaninya. Di CISC, Tulus mengaku ingin berbagi pengalaman dan menunjukkan bagaimana Tuhan terus memberikan nafas kehidupan kepada penderita leukimia sampai saat ini.
�Saya selalu berpikir positif saja, sesuatu yang dikasih sama Tuhan pasti Dia punya rencana yang indah buat saya. Makanya saya selalu berpikir yang positif saja, suatu saat Tuhan pasti punya rencana yang lain buat saya. Mungkin dengan begini, Tuhan bisa pakai saya buat kasih support ke orang-orang yang lain. Memotivasi orang-orang bahwa leukimia ternyata umurnya bisa panjang,� ungkapnya penuh keyakinan.
http://health.kompas.com/read/2011/02/04/12431020/Menderita.Kanker.Tak.Perlu.Ditutupi
Ketika seseorang divonis kanker, tentu rasa takut, panik, khawatir bahkan malu mendera. Namun, kondisi itu jangan dibiarkan begitu saja. Penderita kanker harus didorong untuk terbuka mengenai kondisinya, lahir dan batin.
Pakar bedah onkologi dr. Samuel J Haryono SpB (K) Onk. dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta mengatakan, penderita kanker harus mengungkapkan emosinya dengan sehat.
�Keterbukaan penting bagi penderita kanker. Dengan demikian dia bisa menerima keadaannya dan itu membantu secara psikologis untuk penyembuhan,� ungkapnya di depan para penderita dan mantan penderita kanker di Jalan Imam Bonjol beberapa waktu lalu.
Hal ini harus dipahami oleh si penderita serta orang-orang terdekatnya, seperti suami atau istri dan anak. Penerimaan yang luar biasa merupakan dukungan psikologis yang baik kepada penderita kanker untuk menjalani berbagai operasi, baik biopsi atau pengangkatan, sampai berkali-kali kemoterapi dan sinar laser demi sebuah kesembuhan.
Broery, kehilangan istrinya karena kanker getah bening yang ganas. Dalam testimoninya, Broery berulang kali menegaskan bahwa seorang penderita kanker harus didorong untuk berbicara dan mengungkapkan isi hati dan kemauannya.
Suami dan istri harus menyadari bahwa tidak memberikan waktu dan perhatian untuk mendengarkan pasangannya yang sakit untuk bicara merupakan upaya �membunuh perlahan-lahan�.
�Istri saya itu tergolong hati-hati kalau makan, tapi kena (kanker) juga. Ada juga sepertinya penyebab psikis. Istri saya pendiam. Kalau dia punya masalah dia simpan dalam hati. Lama-lama jadi kanker. Dia takut. Istri-istri sakit kanker karena tidak mau bicara,� tambahnya.
Gabung dalam Komunitas Salah satu langkah tepat yang harus diambil oleh para penderita kanker adalah bergabung dengan komunitas para penderita kanker. Dengan demikian, para penderita dapat berkomunikasi dan bertukar informasi mengenai kanker dan langkah penyembuhannya dengan penderita lain. Selain itu, penderita kanker juga dapat menyadari bahwa dirinya tidak sendiri dalam menghadapi penyakit ganas ini.
Menurut dr. Samuel, dunia kedokteran banyak sekali dibantu oleh komunitas-komunitas pendukung ini dalam rangka penyembuhan para pasien kanker. Informasi yang cukup dan dukungan psikologis yang memadai mau tak mau harus diakui memberi pengaruh positif terhadap upaya pengobatan.
�Itu manfaatnya secara psikologis, kalau sebelumnya (pasien) enggak mau di-kemo, jadinya mau di-kemo. Orang yang tadinya enggak mau periksa, bisa dideteksi lebih dini. Dan itu adalah merupakan suatu media komunikasi dan informasi. Jadi pasien itu punya pengetahuan, itu kan penting untuk mawas diri. Bagi yang belum pernah kena, atau yang sudah kena dia bisa merasa dukungan untuknya itu banyak. Maka support ya punya peranan besar. Di negara maju itu sangat dianjurkan, dibentuk. Itu tidak bertentangan dengan dunia kedokteran,� tegasnya.
Ami, warga Bekasi, akhirnya untuk pertama kalinya datang ke gathering komunitas Cancer Information & Support Center (CISC). Pada akhir 2009, dirinya divonis mengidap kanker payudara. Meski sel kanker sudah diangkat, wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ini masih harus menjalani berbagai pemeriksaan untuk memastikan sel tidak akan tumbuh lagi. Komunitas penderita, menurutnya, bisa membantunya mengetahui langkah-langkah lebih lanjut.
�Bisa dapat informasi, bisa berbagi juga,� katanya sambill tersenyum.
Sementara itu, Tulus (24) sudah bergabung dengan CISC sejak empat tahun silam. Tulus yang divonis mengidap kanker darah atau leukimia sejak umur 2 tahun ini sudah dinyatakan bersih sejak tiga tahun silam. Namun, pemeriksaan rutin tetap harus dijalaninya. Di CISC, Tulus mengaku ingin berbagi pengalaman dan menunjukkan bagaimana Tuhan terus memberikan nafas kehidupan kepada penderita leukimia sampai saat ini.
�Saya selalu berpikir positif saja, sesuatu yang dikasih sama Tuhan pasti Dia punya rencana yang indah buat saya. Makanya saya selalu berpikir yang positif saja, suatu saat Tuhan pasti punya rencana yang lain buat saya. Mungkin dengan begini, Tuhan bisa pakai saya buat kasih support ke orang-orang yang lain. Memotivasi orang-orang bahwa leukimia ternyata umurnya bisa panjang,� ungkapnya penuh keyakinan.
http://health.kompas.com/read/2011/02/04/12431020/Menderita.Kanker.Tak.Perlu.Ditutupi