Arya
9th June 2010, 02:20 AM
alat musik indonesia
Gamelan adalah ensembel musik (http://id.wikipedia.org/wiki/Ensembel_musik) yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa), Madura (http://id.wikipedia.org/wiki/Madura), Bali (http://id.wikipedia.org/wiki/Bali), dan Lombok (http://id.wikipedia.org/wiki/Lombok) di Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia) dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong (http://id.wikipedia.org/wiki/Gong) lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu (http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu)-Budha (http://id.wikipedia.org/wiki/Budha) yang mendominasi Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia) pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit (http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit). Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu (http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Lawu)). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan? (http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Mengutip_sumber)]
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur (http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Borobudur), Magelang (http://id.wikipedia.org/wiki/Magelang) Jawa Tengah (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah), yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief (http://id.wikipedia.org/wiki/Relief) tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cara_penalaan&action=edit&redlink=1), yaitu sl�ndro (http://id.wikipedia.org/wiki/Slendro), p�log (http://id.wikipedia.org/wiki/Pelog), "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat)), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli (http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_minor) yang banyak dipakai di Eropa.
Jenis-jenis Gamelan
Gamelan Jawa (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Jawa)
Gamelan Bali (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Bali)
Gamelan Sunda (http://id.wikipedia.org/wiki/Degung)
Gamelan Banyuwangi (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Banyuwangi)
Gamelan Riau (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Riau&action=edit&redlink=1)
Gamelan Banjar (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Banjar)
Gamelan Kutai (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Kutai&action=edit&redlink=1)
Gamelan Sasak (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Sasak&action=edit&redlink=1)
Gambang Kromong (http://id.wikipedia.org/wiki/Gambang_Kromong)
Gambang Semarang (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang_Semarang&action=edit&redlink=1)
Gamelan Amerika (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Amerika&action=edit&redlink=1) (American Gamelan (http://en.wikipedia.org/wiki/American_Gamelan))
Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut
Kendang (http://id.wikipedia.org/wiki/Kendang)
Bonang (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonang&action=edit&redlink=1)
Bonang Penerus (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonang_Penerus&action=edit&redlink=1)
Demung (http://id.wikipedia.org/wiki/Demung)
Saron (http://id.wikipedia.org/wiki/Saron)
Peking (Gamelan) (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peking_%28Gamelan%29&action=edit&redlink=1)
Kenong (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kenong&action=edit&redlink=1) & Kethuk (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kethuk&action=edit&redlink=1)
Slenthem (http://id.wikipedia.org/wiki/Slenthem)
Gender (http://id.wikipedia.org/wiki/Gender)
Gong (http://id.wikipedia.org/wiki/Gong)
Gambang (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang&action=edit&redlink=1)
Rebab (http://id.wikipedia.org/wiki/Rebab)
Siter (http://id.wikipedia.org/wiki/Siter)
Suling (http://id.wikipedia.org/wiki/Suling)
gamelan bali
Musiknya juga sering mengalami perubahan temp dan dinamik. Bedanya lagi, gamelan Bali memiliki lebih banyak instrumen berbilah daripada berpencu. Logamnya pun lebih tebal sehingga dapat bersuara lebih nyaring. Ciri lain gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbal yang disebut ceng-ceng. Ceng-ceng inilah yang berbunyi nyaring dan cepat sehingga membuat musik Bali berbeda dari musik Jawa.
gamelan sunda (degung)
Degung adalah kumpulan alat musik (http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_musik) dari sunda (http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda).
Ada dua pengertian tentang istilah degung:
degung sebagai nama perangkat gamelan (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan)
degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro ( berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata (http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Machjar_Angga_Koesoemadinata)).
Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 � (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).
Gamelan Degung
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat), antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang (http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang), tari (http://id.wikipedia.org/wiki/Tari), kliningan (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kliningan&action=edit&redlink=1), jaipongan (http://id.wikipedia.org/wiki/Jaipong) dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyaraka dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor (http://id.wikipedia.org/wiki/Bogor), dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabupaten Bandung (http://id.wikipedia.org/wiki/Bandung). Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.
Ada gamelan yang sudah lama terlupakan yaitu KOROMONG yang ada di Kp. Lamajang Desa Lamajang Kec. Pangalengan Kab. Bandung. Gamelan ini sudah tidak dimainkan sejak kira-kira 35 - 40 tahun dan sudah tidak ada yang sanggup untuk menabuhnya karena gamelan KOROMONG ini dianggap mempunyai nilai mistis. Gamelan KOROMONG ini sekarang masih ada dan terpelihara dengan baik. Untuk supaya gamelan KOROMONG ini dapat ditabuh, maka kata yang memegang dan merawat gamelan tersebut harus dibuat Duplikatnya.
Sejarah
Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda). Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad ke-18 (http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-18)/awal abad ke-19 (http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-19). Jaap Kunst yang mendata gamelan di seluruh Pulau Jawa dalam bukunya Toonkunst van Java (1934 (http://id.wikipedia.org/wiki/1934)) mencatat bahwa degung terdapat di Bandung (5 perangkat), Sumedang (http://id.wikipedia.org/wiki/Sumedang) (3 perangkat), Cianjur (http://id.wikipedia.org/wiki/Cianjur) (1 perangkat), Ciamis (http://id.wikipedia.org/wiki/Ciamis) (1 perangkat), Kasepuhan (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keraton_Kasepuhan_Cirebon&action=edit&redlink=1) (1 perangkat), Kanoman (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keraton_Kanoman_Cirebon&action=edit&redlink=1) (1 perangkat), Darmaraja (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Darmaraja&action=edit&redlink=1) (1 perangkat), Banjar (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjar) (1 perangkat), dan Singaparna (http://id.wikipedia.org/wiki/Singaparna) (1 perangkat).
Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, kerajaan Galuh (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galuh&action=edit&redlink=1) misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango. Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan renteng dan berkembang ke gamelan degung.
Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata �degung� berasal dari kata "ngadeg" (berdiri) dan �agung� (megah) atau �pangagung� (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata �degung� dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah �degung� pertama kali muncul tahun 1879 (http://id.wikipedia.org/wiki/1879), yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata "De gong" (gamelan, bahasa Belanda (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Belanda)) dalam kamus ini mengandung pengertian �penclon-penclon yang digantung�.
Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan (gamelan Dengung) adalah gamelan degung Pangasih di Museum Prabu Geusan Ulun (http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Prabu_Geusan_Ulun), Sumedang. Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata (Pangeran Kornel (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Kornel&action=edit&redlink=1)), bupati Sumedang (1791 (http://id.wikipedia.org/wiki/1791)�1828 (http://id.wikipedia.org/wiki/1828)).
Gamelan adalah ensembel musik (http://id.wikipedia.org/wiki/Ensembel_musik) yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa), Madura (http://id.wikipedia.org/wiki/Madura), Bali (http://id.wikipedia.org/wiki/Bali), dan Lombok (http://id.wikipedia.org/wiki/Lombok) di Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia) dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong (http://id.wikipedia.org/wiki/Gong) lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu (http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu)-Budha (http://id.wikipedia.org/wiki/Budha) yang mendominasi Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia) pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit (http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit). Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu (http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Lawu)). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan? (http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Mengutip_sumber)]
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur (http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Borobudur), Magelang (http://id.wikipedia.org/wiki/Magelang) Jawa Tengah (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah), yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief (http://id.wikipedia.org/wiki/Relief) tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cara_penalaan&action=edit&redlink=1), yaitu sl�ndro (http://id.wikipedia.org/wiki/Slendro), p�log (http://id.wikipedia.org/wiki/Pelog), "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat)), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli (http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_minor) yang banyak dipakai di Eropa.
Jenis-jenis Gamelan
Gamelan Jawa (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Jawa)
Gamelan Bali (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Bali)
Gamelan Sunda (http://id.wikipedia.org/wiki/Degung)
Gamelan Banyuwangi (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Banyuwangi)
Gamelan Riau (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Riau&action=edit&redlink=1)
Gamelan Banjar (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Banjar)
Gamelan Kutai (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Kutai&action=edit&redlink=1)
Gamelan Sasak (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Sasak&action=edit&redlink=1)
Gambang Kromong (http://id.wikipedia.org/wiki/Gambang_Kromong)
Gambang Semarang (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang_Semarang&action=edit&redlink=1)
Gamelan Amerika (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gamelan_Amerika&action=edit&redlink=1) (American Gamelan (http://en.wikipedia.org/wiki/American_Gamelan))
Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut
Kendang (http://id.wikipedia.org/wiki/Kendang)
Bonang (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonang&action=edit&redlink=1)
Bonang Penerus (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonang_Penerus&action=edit&redlink=1)
Demung (http://id.wikipedia.org/wiki/Demung)
Saron (http://id.wikipedia.org/wiki/Saron)
Peking (Gamelan) (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peking_%28Gamelan%29&action=edit&redlink=1)
Kenong (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kenong&action=edit&redlink=1) & Kethuk (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kethuk&action=edit&redlink=1)
Slenthem (http://id.wikipedia.org/wiki/Slenthem)
Gender (http://id.wikipedia.org/wiki/Gender)
Gong (http://id.wikipedia.org/wiki/Gong)
Gambang (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang&action=edit&redlink=1)
Rebab (http://id.wikipedia.org/wiki/Rebab)
Siter (http://id.wikipedia.org/wiki/Siter)
Suling (http://id.wikipedia.org/wiki/Suling)
gamelan bali
Musiknya juga sering mengalami perubahan temp dan dinamik. Bedanya lagi, gamelan Bali memiliki lebih banyak instrumen berbilah daripada berpencu. Logamnya pun lebih tebal sehingga dapat bersuara lebih nyaring. Ciri lain gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbal yang disebut ceng-ceng. Ceng-ceng inilah yang berbunyi nyaring dan cepat sehingga membuat musik Bali berbeda dari musik Jawa.
gamelan sunda (degung)
Degung adalah kumpulan alat musik (http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_musik) dari sunda (http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda).
Ada dua pengertian tentang istilah degung:
degung sebagai nama perangkat gamelan (http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan)
degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro ( berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata (http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Machjar_Angga_Koesoemadinata)).
Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 � (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).
Gamelan Degung
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat (http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat), antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang (http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang), tari (http://id.wikipedia.org/wiki/Tari), kliningan (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kliningan&action=edit&redlink=1), jaipongan (http://id.wikipedia.org/wiki/Jaipong) dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyaraka dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor (http://id.wikipedia.org/wiki/Bogor), dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabupaten Bandung (http://id.wikipedia.org/wiki/Bandung). Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.
Ada gamelan yang sudah lama terlupakan yaitu KOROMONG yang ada di Kp. Lamajang Desa Lamajang Kec. Pangalengan Kab. Bandung. Gamelan ini sudah tidak dimainkan sejak kira-kira 35 - 40 tahun dan sudah tidak ada yang sanggup untuk menabuhnya karena gamelan KOROMONG ini dianggap mempunyai nilai mistis. Gamelan KOROMONG ini sekarang masih ada dan terpelihara dengan baik. Untuk supaya gamelan KOROMONG ini dapat ditabuh, maka kata yang memegang dan merawat gamelan tersebut harus dibuat Duplikatnya.
Sejarah
Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda). Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad ke-18 (http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-18)/awal abad ke-19 (http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-19). Jaap Kunst yang mendata gamelan di seluruh Pulau Jawa dalam bukunya Toonkunst van Java (1934 (http://id.wikipedia.org/wiki/1934)) mencatat bahwa degung terdapat di Bandung (5 perangkat), Sumedang (http://id.wikipedia.org/wiki/Sumedang) (3 perangkat), Cianjur (http://id.wikipedia.org/wiki/Cianjur) (1 perangkat), Ciamis (http://id.wikipedia.org/wiki/Ciamis) (1 perangkat), Kasepuhan (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keraton_Kasepuhan_Cirebon&action=edit&redlink=1) (1 perangkat), Kanoman (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keraton_Kanoman_Cirebon&action=edit&redlink=1) (1 perangkat), Darmaraja (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Darmaraja&action=edit&redlink=1) (1 perangkat), Banjar (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjar) (1 perangkat), dan Singaparna (http://id.wikipedia.org/wiki/Singaparna) (1 perangkat).
Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, kerajaan Galuh (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Galuh&action=edit&redlink=1) misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango. Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan renteng dan berkembang ke gamelan degung.
Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata �degung� berasal dari kata "ngadeg" (berdiri) dan �agung� (megah) atau �pangagung� (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata �degung� dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah �degung� pertama kali muncul tahun 1879 (http://id.wikipedia.org/wiki/1879), yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata "De gong" (gamelan, bahasa Belanda (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Belanda)) dalam kamus ini mengandung pengertian �penclon-penclon yang digantung�.
Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan (gamelan Dengung) adalah gamelan degung Pangasih di Museum Prabu Geusan Ulun (http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Prabu_Geusan_Ulun), Sumedang. Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata (Pangeran Kornel (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Kornel&action=edit&redlink=1)), bupati Sumedang (1791 (http://id.wikipedia.org/wiki/1791)�1828 (http://id.wikipedia.org/wiki/1828)).