atheis
1st February 2011, 11:41 AM
http://img291.imageshack.us/img291/5620/rose0470.gif (http://img291.imageshack.us/i/rose0470.gif/)
Ikatan perkawinan merupakan sebuah ikatan suci yang terjadi karena adanya kebutuhan dan daya tarik antara laki-laki dan perempuan secara timbal balik. Namun, kehidupan harmonis yang bisa membawa pasangan suami istri menuju ke puncak materi dan spiritual, semata-mata karena adanya unsur "kasih sayang". Mungkinkah ada rumah tangga yang bertahan dan kontinu dengan tanpa adanya kasih sayang kendati sesaat pun ? Mungkinkah masing-masing suami istri mampu bertahan menghadapi pasangannya tanpa adanya kasih sayang secara timbal balik dan hubungan kemanusiaan ?. Sementara Allah mendasari kehidupan rumah tangga dengan fondasi "cinta dan kasih sayang".
Kendati cinta dan kasih sayang adalah unsur penting dalam kehidupan rumah tangga, namun, sikap dan perilaku suami atau istrilah yang akan mengobarkan atau memadamkan api kasih sayang di antara mereka. Baik perilaku muncul berdasarkan kesadaran atau tidak. Berdasarkan kebodohan atau kesengajaan. Tidak sedikit rumah tangga yang dimulai dengan cinta dan kasih sayang, tetapi karena pasangan suami istri tidak atau kurang mengetahui bagaimana caranya mengendalikan bahtera keluarganya, mereka mengalami kebingungan bahkan sampai tenggelam dalam kehancuran. Ikatan perkawinan yang seharusnya membawa pasangan suami istri mencapai ketenangan dan kedamaian malah membawa mereka ke dalam perselisihan dan dosa.
Dalam tulisan ini, penulis ingin mengangkat wacana faktor-faktor apa saja yang bisa memadamkan api kasih sayang dalam kehidupan sebuah rumah tangga dengan bersandar pada metode kehidupan para maksum as.
Tanpa adanya perhatian serius masing-masing pasangan suami istri terhadap prinsip-prinsip kehidupan rumah tangga dan akhlak, bahtera yang dibangun selama ini akan pudar begitu saja, yang efeknya tidak saja merusak pribadi masing-masing, akan tetapi masyarakat sekitar juga akan merasakan dampaknya. Karena rumah tangga adalah bagian terkecil dari kehidupan sosial, baik buruknya kehidupan sosial tergantung dengan baik buruknya kehidupan setiap rumah tangga.
Tentu saja faktor-faktor pemadam kasih sayang ini tidak sedikit. Namun penulis akan membahasnya dalam beberapa poin saja, antara lain : berakhlak buruk yang meliputi - galak, bermuka masam dan cemberut, kata-kata yang pedas dan mencaci maki -, mencari-cari kesalahan, tidak memaafkan, memasukkan urusan luar ke dalam rumah tangga, dan tidak mengungkapkan kasih sayang.
Faktor-faktor Pemadam Kasih Sayang
1. Berakhlak Buruk
Rasulullah SAW bersabda "Akhlak buruk akan menyebabkan hidup sulit dan batin tersiksa". Akhlak yang buruk merupakan sifat yang jelek, dan sulit bahkan tidak mungkin bagi orang lain untuk menerimanya. Bila salah satu dari pasangan suami istri terjangkit akhlak buruk, maka ia akan mengubah rumah tangganya menjadi sebuah neraka. Dalam riwayat Ahlul Bait AS dijelaskan tentang akibat-akibat dan pengaruh akhlak buruk bagi pelakunya, antara lain; manusia yang berakhlak buruk amal perbuatannya rusak, taubatnya tidak diterima, kehidupannya menjadi sangat susah dan ia adalah teman yang paling jelek, pada dasarnya ia bukan orang mukmin, ia sebagai penghuni neraka, ia akan tersiksa di alam kubur, dan jiwanya tersiksa, keluarganya akan menjauhinya, ia senantiasa merasa tidak tenang, rezekinya sempit, ia tidak memiliki teman dan sahabat, ia tidak akan mencapai tujuannya, kehidupannya gelap dan susah.
Berakhlak buruk, baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga, adalah penyebab kesusahan bagi pelakunya maupun orang-orang sekitarnya. Dalam riwayat ditekankan "Jangan sampai kawin dengan orang yang akhlaknya buruk"! karena akhlak buruk menyebabkan kesedihan. Sebagaimana riwayat Imam Ali AS bahwa setengah dari penyebab ketuaan adalah sedih.
Perlu diingat, bahwa salah satu dari sebab tekanan kubur adalah berakhlak buruk dalam rumah terhadap anggota keluarga, sebagaimana kisah tentang Sa'ad bin Ma'adz. Meskipun acara penguburan Sa'ad dihadiri oleh Rasulullah SAW dengan kaki telanjang, ia tetap mendapatkan tekanan siksa kubur. Ketika sebabnya ditanyakan kepada beliau, beliau menjawab "Karena ia berakhlak buruk terhadap keluarganya, ia galak terhadap keluarganya". Kalau seorang sahabat Rasul semacam Sa'ad saja masih mendapat tekanan siksa kubur, bagaimana dengan kita ?, yang galak terhadap anggota keluarga. Imam Shadiq AS bersabda, salah satu dari doa Rasulullah adalah demikian "Ya Allah! Aku berlindung dari perempuan yang membuat aku tua sebelum waktunya".
Tentunya berakhlak buruk di sini memiliki makna umum, dan ia memiliki pembagian-pembagian secara rinci seperti; galak, muka masam dan cemberut, kata-kata pedas, dan mencaci maki dan lain-lain. Sifat-sifat yang ada ini, bila terdapat pada salah satu pasangan suami istri, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi pahit dan suram. Yang pada akhirnya menyebabkan padamnya api kasih sayang di antara keduanya. Untuk lebih jelasnya, kita bahas secara rinci masing-masing pembagian di atas bersama unsur-unsur penyebabnya.
� Galak
Orang yang galak, biasanya karena unsur genetik, kejiwaan, makanan dan kurang tidur serta istirahat. Bila sebabnya karena unsur genetik dan keturunan, sebaiknya merujuk ke psikiater untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, dan adanya latihan-latihan menahan diri. Bila karena kurang tidur dan istirahat, sebaiknya tidur yang cukup dan mengkaji pengaruh-pengaruh dan akibat sikap galak, sehingga bisa dikendalikan dengan baik. Orang boleh lelah karena aktivitasnya di luar rumah, tetapi ia tidak berhak melampiaskan kelelahannya terhadap pasangan hidupnya atau anak-anaknya.
� Bermuka Masam dan Cemberut
Berkaitan dengan masalah muka masam dan cemberut, riwayat Imam Ali AS mengatakan "Orang mukmin, keceriaannya ada di wajahnya, dan kesedihannya ada di dalam hatinya". Dengan demikian, orang yang hidup berumah tangga, ia harus lebih menjaga masalah ini. Kita sendiri senang bila berhadapan dengan orang yang mukanya ceria dan ramah, dan tidak suka berhadapan dengan orang yang bermuka masam dan cemberut. Oleh karena itu, orang yang bermuka ceria, ia lebih sukses dalam berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya, dan dicintai oleh anggota masyarakat. Tentu saja, manusia kadang mengalami kesedihan. Namun, jangan sampai kesedihan itu ditampakkan di depan umum, khususnya anggota keluarga. Karena akan mengganggu ketenangan mereka, sehingga mereka akan menjauh dan ini menyebabkan padamnya api kasih sayang dalam kehidupan.
Bermuka masam dan cemberut, boleh jadi karena kebiasaan, terlalu berharap dari orang lain, menganggap diri paling wah, marah, khawatir dan tidak adanya ketenangan serta kondisi kejiwaan. Apapun sebabnya tidak seorang pun boleh menampakkan kecemberutannya di hadapan orang lain. Karena bermuka masam adalah sesuatu yang tidak baik. Dan sebaiknya belajar dari ajaran-ajaran agama, dengan selalu bermuka ceria, senantiasa senyum dan menggunakan kata-kata yang penuh kasih sayang, sabar dalam menghadapi kekurangan orang lain. Jangan banyak menuntut orang lain untuk sempurna dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan. Sementara, kita lupa bahwa dengan muka kita yang cemberut, kita sendiri sedang menjauhi proses kesempurnaan.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri perlu memperhatikan masalah ini dengan baik. Karena pengaruhnya besar sekali dalam keharmonisan anggota keluarga, terutama dalam pendidikan dan kejiwaan anak-anak. Orang tua yang ceria akan menghasilkan anak-anak yang ceria juga.
� Kata-kata Pedas dan Menyakitkan
Kata-kata yang pedas dan menyakitkan hati, tidak lain hanya membuat orang lain benci dan dendam. Imam Ali AS dalam hal ini bersabda "Kata-kata yang pedas lebih menyakitkan dari tusukan tombak". Setiap penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani ada sebabnya. Untuk melakukan penyembuhan dan pengobatan, pada tahap awal harus mencari sebab dan faktor-faktor pencetusnya. Berbicara yang menyakitkan hati orang lain, kata-kata yang pedas dan menyakitkan adalah sebuah penyakit jiwa, dan merupakan akhlak yang buruk. Faktor-faktornya antara lain :
Dendam dan Benci
Salah satu penyebab seseorang berbicara menyakitkan adalah dendam dan kebenciannya kepada orang lain. Ketika seseorang memiliki dendam terhadap orang lain, ia selalu tertekan dan tidak tenang, sehingga sebisa mungkin menggunakan kesempatan untuk menyakiti hati dan jiwa orang yang dianggap sebagai lawannya.
Hasut
Hasut adalah seseorang tidak menginginkan orang lain memiliki nikmat dan kebaikan. Dengan kata-katanya yang pedas, penghasut berusaha merusak dan menjatuhkan orang yang dihasutinya. Perlu diketahui bahwa hasut adalah dosa besar, dan menghapus iman seseorang sebagaimana api melenyapkan kayu.
Merasa Hina
Seseorang berkata-kata pedas kepada orang lain, boleh jadi karena ia merasa dirinya rendah dan hina daripada orang lain yang dianggapnya lebih sukses, baik dalam kehidupan, pelajaran dan karier. Oleh karenanya, dengan kata-katanya yang pedas ia ingin menyakiti orang tersebut dan menunjukkannya bahwa ia sebagai orang yang tidak sukses seperti dirinya. Jelas perbuatan ini adalah dosa besar, dan orang yang merasa dirinya rendah dan hina sebaiknya berusaha dengan sungguh-sungguh dan tawakal kepada Allah untuk mencapai kesuksesan, agar selamat dari perbuatan yang buruk ini.
Memandang diri Super
Salah satu sebab seseorang berkata pedas adalah bila ia memandang dirinya super. Orang yang memandang dirinya super, ia memandang orang lain kecil dan tidak berarti, akhirnya ia selalu mengejek dan menghina dan menyakiti hati orang tersebut. Orang yang menganggap dirinya super hendaknya perhatian dengan penyakit yang menyerang jiwanya, dan secepatnya untuk mengobatinya.
� Mencaci maki
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Mencaci maki orang lain hukumnya haram. Hukum haram disini tidak ada bedanya apakah orang yang dicaci keluarganya; istri, anak atau orang lain yang tidak ada hubungan keluarga. Bagaimanapun kondisinya; marah, tertekan, kesibukan serta kepanikan, seseorang tidak berhak untuk mencaci maki orang lain untuk dijadikan pelampiasan hawa nafsunya. Imam Baqir AS bersabda "Allah membenci pencaci maki dan orang yang suka mencaci" (mencari-cari kekurangan orang lain sehingga ia bisa mencari alasan untuk mencaci makinya). Orang yang di caci maki akan merasa marah dan benci, bahkan akan padam rasa kasih sayangnya terhadap orang yang mencaci maki. Mencaci maki menunjukkan rendahnya kepribadian pencaci maki. Dan tidak seorang pun akan menampakkan rasa kasih sayang dan persahabatan dengannya. Imam Shadiq AS bersabda "Orang yang ditakuti orang lain karena lisannya, ia adalah ahli neraka".
Ikatan perkawinan merupakan sebuah ikatan suci yang terjadi karena adanya kebutuhan dan daya tarik antara laki-laki dan perempuan secara timbal balik. Namun, kehidupan harmonis yang bisa membawa pasangan suami istri menuju ke puncak materi dan spiritual, semata-mata karena adanya unsur "kasih sayang". Mungkinkah ada rumah tangga yang bertahan dan kontinu dengan tanpa adanya kasih sayang kendati sesaat pun ? Mungkinkah masing-masing suami istri mampu bertahan menghadapi pasangannya tanpa adanya kasih sayang secara timbal balik dan hubungan kemanusiaan ?. Sementara Allah mendasari kehidupan rumah tangga dengan fondasi "cinta dan kasih sayang".
Kendati cinta dan kasih sayang adalah unsur penting dalam kehidupan rumah tangga, namun, sikap dan perilaku suami atau istrilah yang akan mengobarkan atau memadamkan api kasih sayang di antara mereka. Baik perilaku muncul berdasarkan kesadaran atau tidak. Berdasarkan kebodohan atau kesengajaan. Tidak sedikit rumah tangga yang dimulai dengan cinta dan kasih sayang, tetapi karena pasangan suami istri tidak atau kurang mengetahui bagaimana caranya mengendalikan bahtera keluarganya, mereka mengalami kebingungan bahkan sampai tenggelam dalam kehancuran. Ikatan perkawinan yang seharusnya membawa pasangan suami istri mencapai ketenangan dan kedamaian malah membawa mereka ke dalam perselisihan dan dosa.
Dalam tulisan ini, penulis ingin mengangkat wacana faktor-faktor apa saja yang bisa memadamkan api kasih sayang dalam kehidupan sebuah rumah tangga dengan bersandar pada metode kehidupan para maksum as.
Tanpa adanya perhatian serius masing-masing pasangan suami istri terhadap prinsip-prinsip kehidupan rumah tangga dan akhlak, bahtera yang dibangun selama ini akan pudar begitu saja, yang efeknya tidak saja merusak pribadi masing-masing, akan tetapi masyarakat sekitar juga akan merasakan dampaknya. Karena rumah tangga adalah bagian terkecil dari kehidupan sosial, baik buruknya kehidupan sosial tergantung dengan baik buruknya kehidupan setiap rumah tangga.
Tentu saja faktor-faktor pemadam kasih sayang ini tidak sedikit. Namun penulis akan membahasnya dalam beberapa poin saja, antara lain : berakhlak buruk yang meliputi - galak, bermuka masam dan cemberut, kata-kata yang pedas dan mencaci maki -, mencari-cari kesalahan, tidak memaafkan, memasukkan urusan luar ke dalam rumah tangga, dan tidak mengungkapkan kasih sayang.
Faktor-faktor Pemadam Kasih Sayang
1. Berakhlak Buruk
Rasulullah SAW bersabda "Akhlak buruk akan menyebabkan hidup sulit dan batin tersiksa". Akhlak yang buruk merupakan sifat yang jelek, dan sulit bahkan tidak mungkin bagi orang lain untuk menerimanya. Bila salah satu dari pasangan suami istri terjangkit akhlak buruk, maka ia akan mengubah rumah tangganya menjadi sebuah neraka. Dalam riwayat Ahlul Bait AS dijelaskan tentang akibat-akibat dan pengaruh akhlak buruk bagi pelakunya, antara lain; manusia yang berakhlak buruk amal perbuatannya rusak, taubatnya tidak diterima, kehidupannya menjadi sangat susah dan ia adalah teman yang paling jelek, pada dasarnya ia bukan orang mukmin, ia sebagai penghuni neraka, ia akan tersiksa di alam kubur, dan jiwanya tersiksa, keluarganya akan menjauhinya, ia senantiasa merasa tidak tenang, rezekinya sempit, ia tidak memiliki teman dan sahabat, ia tidak akan mencapai tujuannya, kehidupannya gelap dan susah.
Berakhlak buruk, baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga, adalah penyebab kesusahan bagi pelakunya maupun orang-orang sekitarnya. Dalam riwayat ditekankan "Jangan sampai kawin dengan orang yang akhlaknya buruk"! karena akhlak buruk menyebabkan kesedihan. Sebagaimana riwayat Imam Ali AS bahwa setengah dari penyebab ketuaan adalah sedih.
Perlu diingat, bahwa salah satu dari sebab tekanan kubur adalah berakhlak buruk dalam rumah terhadap anggota keluarga, sebagaimana kisah tentang Sa'ad bin Ma'adz. Meskipun acara penguburan Sa'ad dihadiri oleh Rasulullah SAW dengan kaki telanjang, ia tetap mendapatkan tekanan siksa kubur. Ketika sebabnya ditanyakan kepada beliau, beliau menjawab "Karena ia berakhlak buruk terhadap keluarganya, ia galak terhadap keluarganya". Kalau seorang sahabat Rasul semacam Sa'ad saja masih mendapat tekanan siksa kubur, bagaimana dengan kita ?, yang galak terhadap anggota keluarga. Imam Shadiq AS bersabda, salah satu dari doa Rasulullah adalah demikian "Ya Allah! Aku berlindung dari perempuan yang membuat aku tua sebelum waktunya".
Tentunya berakhlak buruk di sini memiliki makna umum, dan ia memiliki pembagian-pembagian secara rinci seperti; galak, muka masam dan cemberut, kata-kata pedas, dan mencaci maki dan lain-lain. Sifat-sifat yang ada ini, bila terdapat pada salah satu pasangan suami istri, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi pahit dan suram. Yang pada akhirnya menyebabkan padamnya api kasih sayang di antara keduanya. Untuk lebih jelasnya, kita bahas secara rinci masing-masing pembagian di atas bersama unsur-unsur penyebabnya.
� Galak
Orang yang galak, biasanya karena unsur genetik, kejiwaan, makanan dan kurang tidur serta istirahat. Bila sebabnya karena unsur genetik dan keturunan, sebaiknya merujuk ke psikiater untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, dan adanya latihan-latihan menahan diri. Bila karena kurang tidur dan istirahat, sebaiknya tidur yang cukup dan mengkaji pengaruh-pengaruh dan akibat sikap galak, sehingga bisa dikendalikan dengan baik. Orang boleh lelah karena aktivitasnya di luar rumah, tetapi ia tidak berhak melampiaskan kelelahannya terhadap pasangan hidupnya atau anak-anaknya.
� Bermuka Masam dan Cemberut
Berkaitan dengan masalah muka masam dan cemberut, riwayat Imam Ali AS mengatakan "Orang mukmin, keceriaannya ada di wajahnya, dan kesedihannya ada di dalam hatinya". Dengan demikian, orang yang hidup berumah tangga, ia harus lebih menjaga masalah ini. Kita sendiri senang bila berhadapan dengan orang yang mukanya ceria dan ramah, dan tidak suka berhadapan dengan orang yang bermuka masam dan cemberut. Oleh karena itu, orang yang bermuka ceria, ia lebih sukses dalam berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya, dan dicintai oleh anggota masyarakat. Tentu saja, manusia kadang mengalami kesedihan. Namun, jangan sampai kesedihan itu ditampakkan di depan umum, khususnya anggota keluarga. Karena akan mengganggu ketenangan mereka, sehingga mereka akan menjauh dan ini menyebabkan padamnya api kasih sayang dalam kehidupan.
Bermuka masam dan cemberut, boleh jadi karena kebiasaan, terlalu berharap dari orang lain, menganggap diri paling wah, marah, khawatir dan tidak adanya ketenangan serta kondisi kejiwaan. Apapun sebabnya tidak seorang pun boleh menampakkan kecemberutannya di hadapan orang lain. Karena bermuka masam adalah sesuatu yang tidak baik. Dan sebaiknya belajar dari ajaran-ajaran agama, dengan selalu bermuka ceria, senantiasa senyum dan menggunakan kata-kata yang penuh kasih sayang, sabar dalam menghadapi kekurangan orang lain. Jangan banyak menuntut orang lain untuk sempurna dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan. Sementara, kita lupa bahwa dengan muka kita yang cemberut, kita sendiri sedang menjauhi proses kesempurnaan.
Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri perlu memperhatikan masalah ini dengan baik. Karena pengaruhnya besar sekali dalam keharmonisan anggota keluarga, terutama dalam pendidikan dan kejiwaan anak-anak. Orang tua yang ceria akan menghasilkan anak-anak yang ceria juga.
� Kata-kata Pedas dan Menyakitkan
Kata-kata yang pedas dan menyakitkan hati, tidak lain hanya membuat orang lain benci dan dendam. Imam Ali AS dalam hal ini bersabda "Kata-kata yang pedas lebih menyakitkan dari tusukan tombak". Setiap penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani ada sebabnya. Untuk melakukan penyembuhan dan pengobatan, pada tahap awal harus mencari sebab dan faktor-faktor pencetusnya. Berbicara yang menyakitkan hati orang lain, kata-kata yang pedas dan menyakitkan adalah sebuah penyakit jiwa, dan merupakan akhlak yang buruk. Faktor-faktornya antara lain :
Dendam dan Benci
Salah satu penyebab seseorang berbicara menyakitkan adalah dendam dan kebenciannya kepada orang lain. Ketika seseorang memiliki dendam terhadap orang lain, ia selalu tertekan dan tidak tenang, sehingga sebisa mungkin menggunakan kesempatan untuk menyakiti hati dan jiwa orang yang dianggap sebagai lawannya.
Hasut
Hasut adalah seseorang tidak menginginkan orang lain memiliki nikmat dan kebaikan. Dengan kata-katanya yang pedas, penghasut berusaha merusak dan menjatuhkan orang yang dihasutinya. Perlu diketahui bahwa hasut adalah dosa besar, dan menghapus iman seseorang sebagaimana api melenyapkan kayu.
Merasa Hina
Seseorang berkata-kata pedas kepada orang lain, boleh jadi karena ia merasa dirinya rendah dan hina daripada orang lain yang dianggapnya lebih sukses, baik dalam kehidupan, pelajaran dan karier. Oleh karenanya, dengan kata-katanya yang pedas ia ingin menyakiti orang tersebut dan menunjukkannya bahwa ia sebagai orang yang tidak sukses seperti dirinya. Jelas perbuatan ini adalah dosa besar, dan orang yang merasa dirinya rendah dan hina sebaiknya berusaha dengan sungguh-sungguh dan tawakal kepada Allah untuk mencapai kesuksesan, agar selamat dari perbuatan yang buruk ini.
Memandang diri Super
Salah satu sebab seseorang berkata pedas adalah bila ia memandang dirinya super. Orang yang memandang dirinya super, ia memandang orang lain kecil dan tidak berarti, akhirnya ia selalu mengejek dan menghina dan menyakiti hati orang tersebut. Orang yang menganggap dirinya super hendaknya perhatian dengan penyakit yang menyerang jiwanya, dan secepatnya untuk mengobatinya.
� Mencaci maki
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Mencaci maki orang lain hukumnya haram. Hukum haram disini tidak ada bedanya apakah orang yang dicaci keluarganya; istri, anak atau orang lain yang tidak ada hubungan keluarga. Bagaimanapun kondisinya; marah, tertekan, kesibukan serta kepanikan, seseorang tidak berhak untuk mencaci maki orang lain untuk dijadikan pelampiasan hawa nafsunya. Imam Baqir AS bersabda "Allah membenci pencaci maki dan orang yang suka mencaci" (mencari-cari kekurangan orang lain sehingga ia bisa mencari alasan untuk mencaci makinya). Orang yang di caci maki akan merasa marah dan benci, bahkan akan padam rasa kasih sayangnya terhadap orang yang mencaci maki. Mencaci maki menunjukkan rendahnya kepribadian pencaci maki. Dan tidak seorang pun akan menampakkan rasa kasih sayang dan persahabatan dengannya. Imam Shadiq AS bersabda "Orang yang ditakuti orang lain karena lisannya, ia adalah ahli neraka".