dikzzz
28th January 2011, 06:35 PM
http://static.inilah.com/data/berita/foto/1188312.jpg
Unjuk rasa dan anarki tak lagi pilihan utama para pemberontak untuk menggulingkan kekuasaan. Internet menjadi media baru yang ditakuti.
Menurut dosen ilmu komunikasi Universitas Indonesia Ade Armando saat dihubungi INILAH.COM, keberadaan internet sudah lama dilirik. Terutama oleh berbagai pihak yang tak puas dengan kepemimpinan pemerintah, guna menggalang massa.
Pasalnya, internet memudahkan masyarakat untuk berbagi informasi tanpa terbatas waktu dan tempat. "Selain itu, efek yang diberikan internet tidak bisa diprediksi," paparnya, Jumat (28/1).
Ade Armando mengambil contoh yaitu kasus penggalangan dukungan terhadap Prita Mulyasari di internet, beberapa waktu lalu. Prita sempat diadili karena mencemarkan nama baik RS Omni melalui surat elektronik menggunakan jaringan internet.
Selain Prita, dukungan terhadap Bibit-Chandra sempat menghebohkan ranah jejaring sosial.
�Tidak hanya Mesir. Di dalam negeri, kita bisa melihat bagaimana konstruksi citra diciptakan dan bagaimana pendapat masyarakat dapat berubah menjadi semacam kesepakatan bersama di internet," lanjut Ade.
Melihat dampak besar internet, Ade optimis internet bisa menjadi pilihan lain bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat. Tidak hanya lewat media atau unjuk rasa.
�Tidak bisa dipungkiri internet dapat menggulingkan kekuasaan jika mayoritas masyarakat memiliki pandangan yang sama, mencari pemerintah yang lebih baik,� ungkap Ade Armando.
Mesir tengah begolak memprotes kepemimpinan Presiden Hosni Mubarak selama tiga dekade terakhir. Masyarakat menuntut reformasi dan penurunan kekuasaan Mubarak.
Sejak menggantikan Presiden Anwar El Sadat yang terbunuh pada 1981, baru kali ini ia menghadapi ujian besar. Apalagi, tahun ini Mesir akan menggelar pemilu. Pemerintah Mesir menutup akses seluler dan jejaring sosial Facebook serta Twitter untuk mencegah gelombang unjuk rasa membesar.
>> Sumber << (http://teknologi.inilah.com/read/detail/1188312/internet-alat-kudeta)
Unjuk rasa dan anarki tak lagi pilihan utama para pemberontak untuk menggulingkan kekuasaan. Internet menjadi media baru yang ditakuti.
Menurut dosen ilmu komunikasi Universitas Indonesia Ade Armando saat dihubungi INILAH.COM, keberadaan internet sudah lama dilirik. Terutama oleh berbagai pihak yang tak puas dengan kepemimpinan pemerintah, guna menggalang massa.
Pasalnya, internet memudahkan masyarakat untuk berbagi informasi tanpa terbatas waktu dan tempat. "Selain itu, efek yang diberikan internet tidak bisa diprediksi," paparnya, Jumat (28/1).
Ade Armando mengambil contoh yaitu kasus penggalangan dukungan terhadap Prita Mulyasari di internet, beberapa waktu lalu. Prita sempat diadili karena mencemarkan nama baik RS Omni melalui surat elektronik menggunakan jaringan internet.
Selain Prita, dukungan terhadap Bibit-Chandra sempat menghebohkan ranah jejaring sosial.
�Tidak hanya Mesir. Di dalam negeri, kita bisa melihat bagaimana konstruksi citra diciptakan dan bagaimana pendapat masyarakat dapat berubah menjadi semacam kesepakatan bersama di internet," lanjut Ade.
Melihat dampak besar internet, Ade optimis internet bisa menjadi pilihan lain bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat. Tidak hanya lewat media atau unjuk rasa.
�Tidak bisa dipungkiri internet dapat menggulingkan kekuasaan jika mayoritas masyarakat memiliki pandangan yang sama, mencari pemerintah yang lebih baik,� ungkap Ade Armando.
Mesir tengah begolak memprotes kepemimpinan Presiden Hosni Mubarak selama tiga dekade terakhir. Masyarakat menuntut reformasi dan penurunan kekuasaan Mubarak.
Sejak menggantikan Presiden Anwar El Sadat yang terbunuh pada 1981, baru kali ini ia menghadapi ujian besar. Apalagi, tahun ini Mesir akan menggelar pemilu. Pemerintah Mesir menutup akses seluler dan jejaring sosial Facebook serta Twitter untuk mencegah gelombang unjuk rasa membesar.
>> Sumber << (http://teknologi.inilah.com/read/detail/1188312/internet-alat-kudeta)