orfeus
16th January 2011, 02:49 AM
http://img502.imageshack.us/img502/7536/bsm.jpg
Jim Richardson, fotografer yang sering memberikan kontribusi terhadap Majalah National Geographic, lewat tulisannya di kanal fotografi pada situs web National Geographic (www.nationalgeographic.com (http://www.nationalgeographic.com)), memberi tahu kalau ia baru baca buku Ultimate Field Guide to Travel Photography. Jim mengaku tergelitik karena ternyata hampir semua fotografer yang mengisi buku itu berbagi tips yang sama.
�Pembaca juga akan kaget karena buku itu hanya sedikit sekali membahas soal lensa, shutter speed, dan f-stop. Malah lebih banyak tentang ide tentang seni dan keahlian menghadapi lingkungan sekitar,� tulis Jim.
Berikut ini adalah beberapa tips yang jadi favorit Jim.
http://fotokita.net/fk/engine/wp-content/uploads/2010/08/cover-UFGTT-300x300.jpg
Datang paling awal, pulang paling akhir. Jim mengutip fotografer Aaron Huey untuk menjelaskan tips ini. �Aku tiba saat masih gelap. Aku ingin berada di sana sebelum fajar muncul, sebelum sinar matahari menyentuh kulit. Saat itu, langit seperti soft box raksasa yang sinarnya sangat sempurna,� tulis Jim mengutip Aaron.
Terlibat dalam ritual. Kali ini Jim meminjam cerita milik fotografer lain bernama Macduff Everton. Di Tibet, Macduff dan istrinya pergi ke Gunung Bumpari untuk turut serta dalam ritual pemasangan bendera, mendoakan anak mereka yang akan segera melahirkan. �Partisipasi kami dalam ritual Buddha ini membuatku lebih mudah memotret,� kata Macduff.
Dekati orang asing. Mengendap-endap bak mata-mata bukan cara yang baik untuk mengambil foto orang. �Selalu efektif kalau kita ramah dan selalu tersenyum,� kata Catherine Karnow. �Bikin orang senang, hiburlah mereka,� Richardson menulis apa yang diucapkan Catherine.
Bolak-balik. Gagal di hari pertama bukan masalah. Banyak fotografer profesional bolak-balik ke suatu tempat untuk mendapatkan foto yang pas.
Sabar. Ini ada hubungannya dengan bolak-balik tadi. Aaron Huey berbagi pengalaman ketika memotret di kuil Sufi, Pakistan. �Aku mondar-mandir di situ seharian, menunggu tokoh yang tepat tiba di tempat,� kisahnya.
Kamera pembuka jalan. David McLain bercerita kalau kameranya bisa jadi pembuka jalan baginya. Ia pernah pergi untuk memotret kehidupan country di Connecticut. David bertemu dengan seorang pria duduk di samping truk sambil berbicara dengan anak sapi peliharaannya. �Kameraku jadi �paspor� bagi kehidupan pria itu. Ia mengajakku untuk ikut ke komunitasnya,� kata David.
fotokita
Jim Richardson, fotografer yang sering memberikan kontribusi terhadap Majalah National Geographic, lewat tulisannya di kanal fotografi pada situs web National Geographic (www.nationalgeographic.com (http://www.nationalgeographic.com)), memberi tahu kalau ia baru baca buku Ultimate Field Guide to Travel Photography. Jim mengaku tergelitik karena ternyata hampir semua fotografer yang mengisi buku itu berbagi tips yang sama.
�Pembaca juga akan kaget karena buku itu hanya sedikit sekali membahas soal lensa, shutter speed, dan f-stop. Malah lebih banyak tentang ide tentang seni dan keahlian menghadapi lingkungan sekitar,� tulis Jim.
Berikut ini adalah beberapa tips yang jadi favorit Jim.
http://fotokita.net/fk/engine/wp-content/uploads/2010/08/cover-UFGTT-300x300.jpg
Datang paling awal, pulang paling akhir. Jim mengutip fotografer Aaron Huey untuk menjelaskan tips ini. �Aku tiba saat masih gelap. Aku ingin berada di sana sebelum fajar muncul, sebelum sinar matahari menyentuh kulit. Saat itu, langit seperti soft box raksasa yang sinarnya sangat sempurna,� tulis Jim mengutip Aaron.
Terlibat dalam ritual. Kali ini Jim meminjam cerita milik fotografer lain bernama Macduff Everton. Di Tibet, Macduff dan istrinya pergi ke Gunung Bumpari untuk turut serta dalam ritual pemasangan bendera, mendoakan anak mereka yang akan segera melahirkan. �Partisipasi kami dalam ritual Buddha ini membuatku lebih mudah memotret,� kata Macduff.
Dekati orang asing. Mengendap-endap bak mata-mata bukan cara yang baik untuk mengambil foto orang. �Selalu efektif kalau kita ramah dan selalu tersenyum,� kata Catherine Karnow. �Bikin orang senang, hiburlah mereka,� Richardson menulis apa yang diucapkan Catherine.
Bolak-balik. Gagal di hari pertama bukan masalah. Banyak fotografer profesional bolak-balik ke suatu tempat untuk mendapatkan foto yang pas.
Sabar. Ini ada hubungannya dengan bolak-balik tadi. Aaron Huey berbagi pengalaman ketika memotret di kuil Sufi, Pakistan. �Aku mondar-mandir di situ seharian, menunggu tokoh yang tepat tiba di tempat,� kisahnya.
Kamera pembuka jalan. David McLain bercerita kalau kameranya bisa jadi pembuka jalan baginya. Ia pernah pergi untuk memotret kehidupan country di Connecticut. David bertemu dengan seorang pria duduk di samping truk sambil berbicara dengan anak sapi peliharaannya. �Kameraku jadi �paspor� bagi kehidupan pria itu. Ia mengajakku untuk ikut ke komunitasnya,� kata David.
fotokita