Log in

View Full Version : JUAL SOE HOK GIE...sekali lagi (limited)


bookwithme
18th July 2012, 01:06 PM
Kondisi Barang : Baru

Harga :



Lokasi Seller : DKI Jakarta


Description :



update : STOCK HABIS GAN.

Bagi anda yg terinspirasi dengan Soe Hok Gie sebaiknya jangan sampe kehabisan buku ini : �Soe Hok-gie �Sekali Lagi- Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya� Buku ini jumlahnya sangat terbatas, jadi jangan sampai terlewatkan dan menyesal di kemudian hari�



�Soe Hok-gie � Sekali Lagi�

(Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya)

xl + 512 halaman, 17,5 x 22 cm

Jakarta, KPG 2009



Hampir 40 tahun Soe Hok-gie meninggal, 16 Desember 1969 lalu di Puncak Mahameru. Sehingga kemudian dirasa perlu sekali lagi ada buku tentang Soe sebagai rekan sekampus, teman perjalanan, sahabat diskusi seni budaya dan humanisme politik, juga kenangan tentang gairah pergaulan Hok-gie�baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun terhadap keadaan negara dan bangsanya.




[/spoiler] for Foto SHG:




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/SHG2.jpghttp://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/SHG.jpg










for Foto A. Dahana, Luki Bekti, Inge Sugiri, Soe Hok Gie:




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/SHGdahanalukibektiingeSHG.jpg










for Soe Hok-gie berpose bersama ketiga kakaknya (Dien, Mona, Arief) dan adiknya (Siane). Matra, Juli 1998:




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/SHGdahanalukibektiingeSHG.jpg





[/]




for Foto Bersama sejumlah wakil mahasiswa berbagai negara dalam perjalanan ke Amerika dan Australia.(Matra, Juli 1998):




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/SHGkeUSdanAUS.jpg









Jumat, 4 Desember 1969, terbit sudah Soe Hok-gie� Sekali Lagi (Buku, Pesta, dan Cinta di Alam Bangsanya). Sebuah buku kecil namun sarat pesan dan pekat ulasan menarik perihal perilaku Soe Hok-gie yang Mapala 007, aktivis Angkatan �66 di Jakarta, seorang pemuda Indonesia yang pemikiran dan perbuatannya bisa menjadi inspirasi generasi muda Indonesia.



Buku �small outside with big inside� ini dibuat oleh Luki Sutrisno Bekti (M-021-UI), Nessy Luntungan R (M-027-UI) dan Rudy Badil (M-033-UI), serta diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang kebetulan dikomandani G. Pax Benendanto (M-439-UI) beserta co-publishers Universitas Indonesia (UI), Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI), dan Harian Kompas. Di dalam buku setebal 512 halaman ini terdapat tulisan �kenangan� dan �bunga rampai� dari teman, rekan, hingga muda-mudi Indonesia yang terinspirasi oleh pemikiran dan tindakan Soe Hok-gie, seperti Jakob Oetama, Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri, Budiarto Shambazy, N Riantiarno, Riri Riza, Mira Lesmana, Nicholas Saputra, Stanley JA Prasetyo, dan Ikrar Nusa Bhakti.



Buku ini diawali dengan kisah hari-hari terakhir Hok-gie dan Idhan, berdasarkan ingatan dan dokumen serta sedikit �testimonial� penutur kejadian itu. Lalu kiprah Hok-gie dalam berkelana di dunia �buku, pesta, dan cinta� di kampus UI-nya, serta pengembaraan Hok-gie �di alam bangsanya� yang penuh intrik politik, semuanya terbaca dalam sajian kenang-kenangan kiriman the angry young men (SHGSL, 2009: 510). Juga terdapat tulisan-tulisan pilihan Soe Hok-gie untuk dibaca dan direnungkan, perihal ketimpangan sosial dan politik yang terjadi semenjak zaman Orde Baru.





Tersedia:



150 eks buku

Harga: @ Rp 55,000.00 + belum termasuk Ongkos Kirim*



*ongkos kirim lihat cek http://www.tikijne.co.id/



BARANG TERBATAS!!!!!!



Pemesanan hubungi :

� 081347896187 atau YM:[email protected]



Pembayaran melalui transfer Bank Mandiri

an: Handri Fajar Budiman no rek : (via SMS/YM)



http://opi.yahoo.com/online?u=handrifb&m=g&t=14[%5d (ymsgr:sendIM?handrifb)




for kutipan teman2 soe hok gie:




Dari sisa ingatan dan catatan minim, mantan enam rekan (Freddy Lasut sudah almarhum) perjalanan Soe Hok-gie (27 tahun) dan Idhan Dhanvantari Lubis (20), berusaha menulis ulang kesaksian sebenarnya tragedi perjalanan pendakian ke Gunung Semeru, nun 40 tahun lalu.



Aristides Katoppo (71): �Hok-gie terlalu cepat pergi, tapi kalau dia hidup dan sekarang sudah umur 67 tahun, apa dia tahan tidak bikin ribut-ribut?� Komentar Tides yang 40 tahun lalu, meminta bantuan helikopter TNI-AL untuk turun di alun-alun kota Malang, lalu ikut heli itu mengapung dan terkurung kabut tebal di kaki Semeru.



Maman Abdurachman (65): �Saya mungkin shock dan dehidrasi, hingga menganggu kondisi dan stres. Tapi saya tidak kesurupan, saya sadar kok, cuma merasa badan panas sekali,� ujar Maman yang tidak trauma dan tidak melarang putrinya menjadi pendaki gunung Mapala UI juga.



Herman Onesimus Lantang (69): �Saya yang memimpin evakuasi jenasah Hok-gie dan Idhan, tentu dengan dukungan tim besar dari Malang dan Jakarta, bukan sendirian,� ujar Herman yang ketimpa sial juga. �Masih lelah dan baru masuk ke kota Malang, gua diinterogasi polisi, diperiksa dan diminta kesaksian tentang Hok-gie dan Idhan itu bukan korban pembunuhan di Semeru.�



Anton Wijana alias Wiwiek (63): �Aku satu-satunya anggota tim yang fasih berbahasa Jawa, makanya aku diajak turun duluan bareng Tides, untuk minta bantuan ke Malang dan Jakarta. Yang terjadi kemudian, ya kerja sama kemanusiaan sejati,� kata Wiwiek yang mengenang solidaritas zaman dirinya aktif di pergerakan anak-anak jaket kuning UI.



Rudy Badil (64): �Saya datang, saya lihat, saya rasakan, saya pulang, saya bertanggung jawab dan saya menulis kembali kesaksian peristiwa 40 tahun lalu itu,� ujarnya, seraya menjelaskan sulitnya merekonstruksi ingatan masa 40 tahun lalu. �Salah-salah dikit, harap maklum.�










for gambar cover depan:




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/coverGIEfront.jpg










for gambar cover belakang:




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/coverGIEback.jpg










for gambar cover samping:




http://i604.photobucket.com/albums/tt129/handrifb/coverGIEside.jpg










[spoiler=open this] for kutipan:




Soe Hok-gie � sekali lagi, diharapkan menjadi buku baru sekali lagi tentang Soe Hok-gie, berisikan kisah saksi hidup pendakian di zaman awal Orde Baru. Juga saksi-saksi teman dan konco dekat Hok-gie dalam soal �buku pesta dan cinta di kampus UI Rawamangun-Salemba�, tentu juga perihal alam bangsanya yang baru menapak di zaman pembangunan � sebelum menapak ke zaman reformasi.



Buku baru tentang Soe Hok-gie ini, khususnya akan memuat komentar dan telaah penulis dan pengamat �cuaca� sosial budaya politik budaya Indonesia. Rupanya ada kemiripan yang tidak sama tapi nyaris serupa, antara situasi sekarang dan 40-an tahun lalu.



Ini buku tentang perilaku dan pemikiran terhadap keadaan bangsa dan negara. Sebab dari kumpulan tulisan pilihan Hok-gie, rasanya masih cocok sebagai �bumbu bandingan�, perihal politik pemerintahan, di zamannya Hok-gie sebagai penulis muda di usia di tahun 1963-1969, sampai di zaman reformasi 2009n ini.



Rekan seprofesi, mantan anak-anak gerakan Orde Baru pun, masih sempat menulis tentang Hok-gie. Bukan pengamat senior saja, malah beberapa pengamat dan pemerhati yang tidak sempat berkenalan dengan Soe, ikutan menyumbangkan buah pikirannya dalam buku kecil 400-an halaman yang akan terbit khusus, di hari peringatan meninggalnya Soe dan Idhan, 16 Desember 2009 nanti.



Hok-gie bukan hanya tajam menulis kritik terbuka, dia juga mampu menulis puisi alam sehalus kabut Mandalawangi. Juga pilihan puisi dan lirik-lirik lagu, menunjukkan selera kepedulian Hok-gie terhadap seni budaya manusia universal tanpa batasan.



Kesetaraan, kepedulian dan kemajemukan merupakan garis besar dan haluan utama segala tulisan di media massa dengan nama: Soe Hok-gie.