Log in

View Full Version : Maulana Nasruddin, Sufi Pelawak Sejuta Umat


dewodaru
10th January 2011, 10:34 PM
..http://2.bp.blogspot.com/_xMUhqMeEB4k/TLUtmy2bFvI/AAAAAAAAACM/BBRfvIuhqY0/s1600/Nasrudin.jpgSyahdan, di keheningan malam saat Maulana Nasruddin sedang khusuk berdzikir di rumahnya ia mendengar seseorang masuk. Tanpa mengetuk pintu atau pun berulu’ salam, pastilah orang tersebut tidak sedang berniat untuk bertamu secara baik-baik.
Maulana Nasruddin pun waspada. Namun bukannya mengambil barang keras atau benda tumpul sebagai senjata, ia malah menyembunyikan diri di balik tembok. Lantas sambil menengadahkan tangan ke atas—dengan segenap rasa malu yang tersisa—kepada Tuhan ia berdo’a.
Kurang lebih do’anya berbunyi seperti ini, “Oh Tuhan Sang Penguasa Alam Semesta, Yang Maha Kaya dan Berkelimpahan. Mohon ampuni hambamu yang miskin dan hina dina ini. Hamba malu karena tak satu pun dari harta hamba yang berharga dan layak untuk dipergunakan oleh hambaMu yang sedang memerlukannya.”
Tentu saja banyak distorsi dalam sekelumit cerita di atas. Karena sebagaimana kisah-kisah tentang Maulana Nasruddin lainnya, baik yang tersampaikan dari mulut ke mulut ataupun yang tersebar di banyak milis humor—bahkan yang telah banyak dibukukan sekalipun—sulit dibuktikan keasliannya sebagai murni cerita mengenai sang Sufi tersebut.
Alih-alih ingin membuktikan keaslian cerita, di mana dia lahir, masa hidup hingga akhir hayat sang Sufi kocak ini saja tidak banyak orang tahu. Seolah kehidupan pribadinya lebur ke dalam sekian ratus atau bahkan mungkin sekian ribu kisah kocak mengenai dirinya yang dari tahun ke tahun seperti tiada hentinya direproduksi.
..http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS8SikrtQe7qoD8eLqyuFYzbiUtSr9B9 JsR3lEx_UOWwEJN_PJifA
Dalam Wikipedia berbahasa Inggris tercatat bahwa Nasruddin hidup pada era abad pertengahan (sekitar abad ke-13 Masehi) di suatu tempat di Khorasan (sekarang daerah Iran bagian utara). Sedangkan menurut versi Turki, Nasruddin lahir di desa Hortu di Sivrihisar, Eskisehir pada abad yang sama. Menetap di Aksehir, Konya hingga akhir hayatnya. Selain versi Turki tersebut sebenarnya masih banyak lagi versi lain. Akan tetapi oleh beberapa kalangan masih banyak diragukan kebenarannya.
Keragaman versi mengenai asal muasal dan masa hidup sufi pelawak ini menunjukkan betapa luas ia dikenal. Saking populernya sampai-sampai banyak bangsa yang mengklaim Nasruddin sebagai warga kebangsaan mereka. Antara lain Arab, Persia, Turki, dan Uzbekistan. Maka tidak heran jika nama ‘Nasruddin’ seolah berubah-ubah sesuai dengan bahasa setempat di mana dia pernah dikenal.
Hal ini bisa dipahami karena Nasruddin adalah salah seorang filsuf populis dan seorang bijak. Ia dikenal karena anekdot-anekdotnya yang banyak memasukkan persoalan sehari-hari sebagai bahan leluconnya. Bahkan di China dia juga dikenal dengan sebutan Afanti, seorang pahlawan rakyat jelata dari Uyghurs (istilah China untuk orang Turki).
Kiranya kepopuleran Nasruddin dalam dunia komedi masih belum tertandingi khususnya di wilayah Asia hingga sekarang. Barangkali ia termasuk dalam kategori komedian yang telah menjadikan humor sebagai weltanchauung atau filosofi hidup seperti yang Wittgenstein bilang bahwa “Humor ist keine Stimmung, sondern eine Weltanschauung” (Humor bukanlah soal perasaan tapi soal filosofi hidup-pen).
Pemosisian humor sebagai filosofi hidup itulah kiranya yang menjadikan kehidupan Nasruddin penuh dengan kekonyolan yang kerap mengundang senyum bahkan tawa. Namun penting sekali diingat bahwa aroma humor dalam kisah-kisah tersebut bukan asal lucu. Tapi senantiasa syarat akan pesan moral dan pelajaran berharga bagi siapapun yang mau memperhatikannya.
Lebih dari itu, dia adalah sufi yang mengajarkan nilai-nilai kesufian melalui humor sebagaimana Jalaluddin Rumi mengajarkan kesufian dalam bentuk sajak-sajak. Bahkan pada zaman setelahnya cerita-cerita tentang Nasruddin menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan pada murid-murid di kalangan kaum sufi. Di Indonesia, kisah-kisah tentang Nasruddin juga banyak bertebaran di kalangan pesantren yang laris manis bak kacang goreng sebagai bahan obrolan di antara para santri.
Memang, citra diri Nasruddin yang tergambar secara eksplisit maupun implisit dalam kisah-kisah kocaknya senantiasa tidak jauh dari citra dungu, miskin dan terbelakang. Dan tentu saja dia sendiri tidak mau repot-repot untuk ambil peduli terhadap citra yang orang lekatkan pada dirinya.
Justru pada tataran itulah menunjukkan pada sisi mana dia berpihak. Hal ini tampak pada citra diri Nasruddin yang juga dikenal sebagai simbol komedian satiris Timur Tengah yang tidak takut berhadapan dengan kekuatan rezim pemerintahan tirani pada zamannya.
Begitulah. Seperti apapun citra yang dunia lekatkan pada dirinya, Nasruddin tetaplah sebuah fenomena luar biasa dalam dunia komedi sufi. Hingga sekarang pengaruhnya masih kuat terasa. Kisah-kisah lucunya bahkan masih dapat kita temui di sekitar kita dan seolah seperti tak lekang dimakan zaman.
Ia adalah citra dunia itu sendiri. Kadang rasional kadang irrasional. Kadang aneh kadang normal. Kadang bodoh kadang cerdik. Kadang dangkal kadang mendalam. Sederhananya dia adalah seorang yang tidak mudah ditebak.
Kisah-kisahnya juga memunculkan kesan bahwa tidak ada yang sempurna dalam diri manusia. Yang sempurna hanya Tuhan semata. Hal ini tentu saja berseberangan dengan konsep Insan al-Kamil (Manusia seutuhnya) milik ibn al-Arabi yang menyatakan bahwa manusia akan menjadi sempurna jika dia sudah wahdat al-wujud (bersatu dengan Tuhannya).
Satu hal lagi yang menambah keunikan pada dirinya. Yaitu dia mampu menyampaikan persoalan rumit dalam bahasa sederhana dan kocak pula. Salah seorang figur komedian yang diharapkan muncul di tengah badai masalah yang sedang melanda negeri kita.
..http://ahmadhaes.files.wordpress.com/2009/12/nasruddin-hoja.jpg

maaf kalau repost............

blinkihc
11th January 2011, 06:51 AM
Jadi, sampe skrg lom ad yg tahu klo sang tokoh Nasrudin ini bener2 ada ato hanya tokoh fiksi..
Dan kalopun dia tokoh fiksi ga ad yg tau siapa yg nyiptain, gitu..:tanya:
Posted via Mobile Device