pharaoh
2nd January 2011, 11:02 AM
http://image.tempointeraktif.com/?id=47419&width=274 (http://image.tempointeraktif.com/?id=47419&width=490)
Densus 88. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepolisian RI, khususnya Detasemen Khusus 88 Anti Teror, diminta untuk selalu mewaspadai potensi ancaman terorisme yang diperkirakan masih mewarnai tahun 2011 ini. Karena, menurut pengamat intelijen Wawan Purwanto, kewaspadaan polisi cukup diperhatikan para pelaku teror.
"Selama aparat waspada, mereka akan tiarap," kata Wawan saat dihubungi via telepon, Sabtu 1 Januari 2011.
Ia juga meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), badan khusus penanggulangan terorisme yang baru dibentuk pemerintah, untuk terus-menerus melakukan upaya pencegahan dan deradikalisasi terorisme. Badan ini juga diharapkan terus melakukan pendekatan ke masyarakat. "Langkah-langkah harus dilakukan secara masif dan kontinyu," ujarnya.
Menurut Wawan, yang patut diwaspadai melakukan aksi teror adalah mereka yang telah bebas setelah menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana terorisme. Memang, ada diantara mereka yang sudah kembali ke masyarakat. Namun, sebagian lainnya tak diketahui keberadaannya setelah bebas.
Mereka inilah yang patut diwaspadai karena aksi-aksi perekrutan anggota teroris yang baru bisa berawal dari hal-hal semacam ini. "Terutama yang muda-muda itu lost (hilang), itu perlu dicari dan diedukasi ulang," kata dia.
Motif-motif serangan yang mungkin digunakan oleh para pelaku terorisme juga beragam. Di antaranya, aksi teror karena balas dendam, seperti yang dijumpai pada kasus Amrozi. "Sebelum dieksekusi mati dia (Amrozi) sempat memberi wasiat kepada penerusnya agar melakukan balas dendam," ujarnya.
Lalu ada juga motif pengulangan sejarah, seperti kasus hotel JW Marriot yang diserang bom hingga dua kali. "Itu pola berulang," kata wawan.
SUMBER (http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/01/01/brk,20110101-303077,id.html)
Densus 88. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepolisian RI, khususnya Detasemen Khusus 88 Anti Teror, diminta untuk selalu mewaspadai potensi ancaman terorisme yang diperkirakan masih mewarnai tahun 2011 ini. Karena, menurut pengamat intelijen Wawan Purwanto, kewaspadaan polisi cukup diperhatikan para pelaku teror.
"Selama aparat waspada, mereka akan tiarap," kata Wawan saat dihubungi via telepon, Sabtu 1 Januari 2011.
Ia juga meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), badan khusus penanggulangan terorisme yang baru dibentuk pemerintah, untuk terus-menerus melakukan upaya pencegahan dan deradikalisasi terorisme. Badan ini juga diharapkan terus melakukan pendekatan ke masyarakat. "Langkah-langkah harus dilakukan secara masif dan kontinyu," ujarnya.
Menurut Wawan, yang patut diwaspadai melakukan aksi teror adalah mereka yang telah bebas setelah menjalani hukuman karena melakukan tindak pidana terorisme. Memang, ada diantara mereka yang sudah kembali ke masyarakat. Namun, sebagian lainnya tak diketahui keberadaannya setelah bebas.
Mereka inilah yang patut diwaspadai karena aksi-aksi perekrutan anggota teroris yang baru bisa berawal dari hal-hal semacam ini. "Terutama yang muda-muda itu lost (hilang), itu perlu dicari dan diedukasi ulang," kata dia.
Motif-motif serangan yang mungkin digunakan oleh para pelaku terorisme juga beragam. Di antaranya, aksi teror karena balas dendam, seperti yang dijumpai pada kasus Amrozi. "Sebelum dieksekusi mati dia (Amrozi) sempat memberi wasiat kepada penerusnya agar melakukan balas dendam," ujarnya.
Lalu ada juga motif pengulangan sejarah, seperti kasus hotel JW Marriot yang diserang bom hingga dua kali. "Itu pola berulang," kata wawan.
SUMBER (http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/01/01/brk,20110101-303077,id.html)