wendycagur
9th June 2012, 12:13 PM
Sarmin baru sekali ini ke Jakarta. Maklum dia baru saja menjual hasil
panennya, jadi sekali-sekali ingin menikmati pelesiran di ibukota.
Untuk oleh-oleh para sanak saudara di kampung dia berniat membeli beberapa
barang
Suatu hari dia pergi ke Pasar Mangga Dua, karena katanya apa-apa murah
disana. Setelah berkeliling
mampirlah dia ke sebuah kios pakaian. Pemilik kios itu adalah seorang Cina
totok.
�Berapa baju yang ini ?�
�Ha-yya, GO CENG saja lah!�
Berkerut jidat Sarmin, karena tak tahu berapa GO CENG itu. Si empunya kios
karena melihat Sarmin terdiam lantas berkata:
�Boleh tawal lah sedikit�
Karena sudah terlanjur bertanya, untuk menjaga GENGSI, dengan mantapnya
Sarmin menawar:
�NING NONG boleh nggak?�
�Haa?� terbelalak si engkoh. �Belapa itu Ning nong?�
�Lha GO CENG itu berapa hayo?� Sarmin balik bertanya.
�Go ceng itu lima libu woo!� jawab si engkoh.
Setelah berpikir sebentar Sarmin pun bilang:
�Ooo, kalau begitu, Ning Nong itu yaa�.. kira-kira tiga ribu lima ratus lah!
</div>
panennya, jadi sekali-sekali ingin menikmati pelesiran di ibukota.
Untuk oleh-oleh para sanak saudara di kampung dia berniat membeli beberapa
barang
Suatu hari dia pergi ke Pasar Mangga Dua, karena katanya apa-apa murah
disana. Setelah berkeliling
mampirlah dia ke sebuah kios pakaian. Pemilik kios itu adalah seorang Cina
totok.
�Berapa baju yang ini ?�
�Ha-yya, GO CENG saja lah!�
Berkerut jidat Sarmin, karena tak tahu berapa GO CENG itu. Si empunya kios
karena melihat Sarmin terdiam lantas berkata:
�Boleh tawal lah sedikit�
Karena sudah terlanjur bertanya, untuk menjaga GENGSI, dengan mantapnya
Sarmin menawar:
�NING NONG boleh nggak?�
�Haa?� terbelalak si engkoh. �Belapa itu Ning nong?�
�Lha GO CENG itu berapa hayo?� Sarmin balik bertanya.
�Go ceng itu lima libu woo!� jawab si engkoh.
Setelah berpikir sebentar Sarmin pun bilang:
�Ooo, kalau begitu, Ning Nong itu yaa�.. kira-kira tiga ribu lima ratus lah!
</div>