alcoholic
24th December 2010, 11:30 AM
Tuntut Ichlasul Amal Minta Maaf
Buntut Pernyataan Aksi Dukungan RUUK Disamakan Gerakan PKI (http://www.jpnn.com/read/2010/12/24/80342/Tuntut-Ichlasul-Amal-Minta-Maaf-#)
http://www.jpnn.com/picture/watermark/20101224_081250/081250_322639_JOGJA_papua_ikut.jpg
Warga Papua yang berdomisili di Jogjakarta ikut berunjuk rasa
mendukung penetapan Sri Sultan HB sebagai gubernur, beberapa waktu lalu.
SLEMAN- Setelah pada Kamis (2/12), rumah Wakil Presiden Boediono di Sawitsari, Condongcatur, Depok Sleman digeruduk puluhan pendukung penetapan dalam RUUK DIJ, kemarin (23/12) giliran kediaman mantan rektor UGM Prof. Ichlasul Amal yang didatangi massa. Puluhan orang berpakaian adat Jawa mendatangi rumah Ichlasul Amal yang terhitung masih tetangga Boediono di Pandeansari I/5, Condongcatur, Depok, Sleman.
M. Ariesman, juru bicara kelompok yang menamakan diri Kawulo Ngayogyokarto itu mengaku sakit hati mendengar pernyataan Ichlasul Amal di media massa beberapa waktu lalu yang menyebut aksi dukungan terhadap keistimewaan DIJ dengan penetapan Sultan Hamengku Buwono X sebagai gubernur dan Paku Alam IX wakil gubernur seperti cara lama yang dilakukan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa lalu. Sikap rakyat Jogja itu dinilai sebagai suatu pemaksaan. Pernyataan kontroversial oleh guru besar Fisipol UGM itulah yang memicu massa menggerudug rumah Ichlasul Amal.
"Perjuangan rakyat Jogjakarta sudah santun ternodai dengan ucapan seorang guru besar yang juga pernah hidup di Jogjakarta," ujar Ariesman usai membacakan surat simbol kekecewaan kepada politikus senior itu. Ariesman menuntut Ichlasul Amal meminta maaf kepada masyarakat Jogja melalui media massa atas pernyataannya tersebut.
"Itu jelas menyakitkan sekali. PKI kan bersikap anarkis dan merusak serta ingin mendirikan negara sendiri. Sementara dukungan terhadap keistimewaan kan masih dalam bingkai NKRI," katanya. Ariesman menyatakan aksi massa mendukung penetapan sebagai hak yang ada sejarahnya serta diatur undang-undang. "Jadi tidak ngawur. Pak Amal kok pikirannya seperti itu. Jangan-jangan yang omong itu juga PKI," sesalnya.
Ariesman mengancam jika tuntutan permintaan maaf tak diindahkan, maka akan kembali mengerahkan massa dengan lebih banyak ke rumah Ichlasul Amal. Aksi tersebut untuk mencari tahu maksud dan tujuan guru besar UGM itu mengeluarkan pernyataan yang justeru menyakitkan warga Jogjakarta. Jika tuntutan tak dipenuhi, Ariesman akan mendesak agar Ichlasul Amal angkat kaki dari Jogjakarta.
"Kalau memang nggak suka dengan Ngarso dalem ya, nggak usah seperti itu," pintanya. Puluhan pengunjuk rasa hanya duduk bersila di depan pintu gerbang rumah Ichlasul Amal. Sebab orang yang dituju dikabarkan sedang ke luar kota. Hanya saja pihak UGM telah mengutus seorang anggota keamanan kampus untuk menemui para pengunjuk rasa. "Saya hanya diutus dari kampus karena Pak Amal kan masih ada ikatan dengan UGM," kata Heri Margono, yang mengaku sebagai petugas keamanan kampus UGM. Heri mengaku tak tahu keberadaan guru besar ilmu politik itu. Saat itu Heri dititipi surat dari Kawulo Ngayogyokarto untuk disampaikan kepada Ichlasul Amal. (yog)
Buntut Pernyataan Aksi Dukungan RUUK Disamakan Gerakan PKI (http://www.jpnn.com/read/2010/12/24/80342/Tuntut-Ichlasul-Amal-Minta-Maaf-#)
http://www.jpnn.com/picture/watermark/20101224_081250/081250_322639_JOGJA_papua_ikut.jpg
Warga Papua yang berdomisili di Jogjakarta ikut berunjuk rasa
mendukung penetapan Sri Sultan HB sebagai gubernur, beberapa waktu lalu.
SLEMAN- Setelah pada Kamis (2/12), rumah Wakil Presiden Boediono di Sawitsari, Condongcatur, Depok Sleman digeruduk puluhan pendukung penetapan dalam RUUK DIJ, kemarin (23/12) giliran kediaman mantan rektor UGM Prof. Ichlasul Amal yang didatangi massa. Puluhan orang berpakaian adat Jawa mendatangi rumah Ichlasul Amal yang terhitung masih tetangga Boediono di Pandeansari I/5, Condongcatur, Depok, Sleman.
M. Ariesman, juru bicara kelompok yang menamakan diri Kawulo Ngayogyokarto itu mengaku sakit hati mendengar pernyataan Ichlasul Amal di media massa beberapa waktu lalu yang menyebut aksi dukungan terhadap keistimewaan DIJ dengan penetapan Sultan Hamengku Buwono X sebagai gubernur dan Paku Alam IX wakil gubernur seperti cara lama yang dilakukan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa lalu. Sikap rakyat Jogja itu dinilai sebagai suatu pemaksaan. Pernyataan kontroversial oleh guru besar Fisipol UGM itulah yang memicu massa menggerudug rumah Ichlasul Amal.
"Perjuangan rakyat Jogjakarta sudah santun ternodai dengan ucapan seorang guru besar yang juga pernah hidup di Jogjakarta," ujar Ariesman usai membacakan surat simbol kekecewaan kepada politikus senior itu. Ariesman menuntut Ichlasul Amal meminta maaf kepada masyarakat Jogja melalui media massa atas pernyataannya tersebut.
"Itu jelas menyakitkan sekali. PKI kan bersikap anarkis dan merusak serta ingin mendirikan negara sendiri. Sementara dukungan terhadap keistimewaan kan masih dalam bingkai NKRI," katanya. Ariesman menyatakan aksi massa mendukung penetapan sebagai hak yang ada sejarahnya serta diatur undang-undang. "Jadi tidak ngawur. Pak Amal kok pikirannya seperti itu. Jangan-jangan yang omong itu juga PKI," sesalnya.
Ariesman mengancam jika tuntutan permintaan maaf tak diindahkan, maka akan kembali mengerahkan massa dengan lebih banyak ke rumah Ichlasul Amal. Aksi tersebut untuk mencari tahu maksud dan tujuan guru besar UGM itu mengeluarkan pernyataan yang justeru menyakitkan warga Jogjakarta. Jika tuntutan tak dipenuhi, Ariesman akan mendesak agar Ichlasul Amal angkat kaki dari Jogjakarta.
"Kalau memang nggak suka dengan Ngarso dalem ya, nggak usah seperti itu," pintanya. Puluhan pengunjuk rasa hanya duduk bersila di depan pintu gerbang rumah Ichlasul Amal. Sebab orang yang dituju dikabarkan sedang ke luar kota. Hanya saja pihak UGM telah mengutus seorang anggota keamanan kampus untuk menemui para pengunjuk rasa. "Saya hanya diutus dari kampus karena Pak Amal kan masih ada ikatan dengan UGM," kata Heri Margono, yang mengaku sebagai petugas keamanan kampus UGM. Heri mengaku tak tahu keberadaan guru besar ilmu politik itu. Saat itu Heri dititipi surat dari Kawulo Ngayogyokarto untuk disampaikan kepada Ichlasul Amal. (yog)