Log in

View Full Version : Batang Pakis Penyelamat ( dibalik penyelamatan sukhoi SSJ 100 )


kripix
28th May 2012, 06:37 AM
Salam ceriwiser semua ..

udah lama nih vakum dr kaskus karena sesuatu :)

ane mau share tentang pengalaman om ane sebagai relawan evakuasi kecelakaan pesawat sukhoi SSJ 100 kemaren nih gan .



ane baru tau 2 jam yang lalu setelah kakak ane share on FaceBo*k tentang pengalaman om ane kemaren di dasar gunung salak ..



di simak ya gan ..


[/quote]






[quote]





http://s.kaskus.id/images/2012/05/23/2500209_20120523034323.jpg

Evakuasi yang Menginspirasi (3)



Heri Januardi langsung bertolak dari rumahnya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, ke Mapolres Bogor pada Rabu (9/5) malam itu. Kepergian Heri hanya selisih beberapa jam setelah tersiarnya kabar pesawat Sukhoi Superjet 100 hilang kontak di Gunung Salak.

Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) ini menuju Mapolres Bogor itu untuk mengikuti rapat koordinasi misi pencarian pesawat. Rapat memutuskan untuk mengumpulkan seluruh personel di lapangan Rindam Jaya, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, esok harinya.



Sebanyak 750 personel dari Rindam Jaya berangkat untuk mendaki Gunung Salak. Lima belas menit setelah keberangkatan, tersiar kabar bangkai pesawat itu telah ditemukan. Heri dan kawan-kawan langsung turun dan bergerak ke posko evakuasi yang dipindahkan ke sebuah bukit di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk.



Dari sini, Heri kemudian berangkat bersama 24 orang tim Charlie menuju lokasi bangkai pesawat di sebuah tebing curam di Puncak 1 Gunung Salak. Sembilan jam berjalan kaki, Heri sampai di Puncak 1 pada Kamis (10/5) petang.



Perbekalan yang dibawanya berupa sebungkus biskuit, tiga batang cokelat, dan satu botol air mineral ukuran 1.500 mililiter sudah habis. Yang tersisa hanya satu set obat-obatan dan baju yang menempel di tubuh. Di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), ia mulai kelaparan dan kehausan.



�Di atas tebing, saya tidur hanya beralaskan dedaunan tanpa selimut atau jaket,� ujar Heri ketika menceritakan pengalamannya pada Kamis (17/5). Pekerjaan Heri belum selesai. Keesokan paginya, ia turun ke dasar jurang bersama beberapa anggota tim lain. Kemiringan tebing yang men capai 80 hingga 90 derajat me maksanya turun dengan cara rappelling menggunakan tali.



Tak lupa ia membawa se pe rang kat penyangga leher (neckler) dan penyangga tulang (air splint) dengan harapan masih ada korban selamat di bawah sana.



Sesampainya di dasar jurang di kedalaman sekitar 500 meter dari tebing, harapan Heri sirna.



Melihat kondisi pesawat yang hancur lebur, kemungkinan korban yang selamat sangat tipis. Ia hanya mampu mengumpulkan sisa-sisa jenazah korban satu per satu sambil menunggu ki rim an kantong jenazah dari atas.



Tiga hari dua malam diha biskan Heri di dasar jurang. Suplai logistik makanan dan mi numan hanya sampai di puncak tebing. Heri dan kawan-kawan hanya bisa mengandalkan alam untuk bertahan hidup.



Untuk sekadar mengganjal perut, ia terpaksa memakan ba tang pakis yang banyak tumbuh di sekitar jurang. �Diambil tunas mudanya. Langsung di ma kan begitu saja,� ujarnya. Saat pakis tak lagi mudah didapat, alternatif makanan lainnya sedikit lebih merepotkan.



Talas hutan tak bisa langsung dimakan. Untuk menghilangkan getahnya, Heri harus membakar talas itu lebih dulu sebelum dimakan. �Kalau sudah terpaksa sekali, kami makan pelepah pohon pisang. Tapi juga harus direbus dulu,� kata Heri.

Di lain waktu, Heri hanya bisa memakan daun-daun hutan.

Tak peduli apa jenis dedaunan itu, selama dirasa tidak beracun, langsung ia makan begitu saja.

Satu hal yang sangat disyukurinya, air masih bisa didapat dari mata air di sekitar jurang.



Dia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau tidak ada air. Tak jarang suplai air minum yang diturunkan lewat helikopter sudah hancur sebelum bisa dinikmati. �Di puncak tebing, kesulitan utamanya adalah air,� ungkap Heri.



Saat matahari hampir tenggelam, tim evakuasi yang berada di jurang langsung berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil. Di jurang yang curam itu, mereka mendekatkan diri dan saling berpegangan untuk tidur melewati malam gelap gulita.



Salah satu dari mereka berpegangan pada tali atau benda apa pun yang bisa dipegang. �Tidak pakai alas. Alasnya ya tanah atau dedaunan,� kata Heri. Dua kali bermalam di jurang, Heri dipanggil naik ke atas tebing untuk digantikan personel lainnya.



Stamina yang sudah habis terkuras tak menyisakan tenaga untuk mendaki tebing menggunakan tali. Heri dan kawankawan berputar menyusuri punggung tebing untuk dapat kembali di puncak tebing yang sudah menjadi helipad mini untuk evakuasi kantong jenazah lewat jalur udara.



�Setelah itu saya ditugaskan menjadi tim identifikasi di helipad itu sampai evakuasi selesai,� ujar pria lajang ini. Namun, kondisi di puncak tebing pun tak kalah sulitnya. Logistik yang dikirim secara rutin tak mampu memenuhi kebutuhan ratusan orang yang bersiaga di sana.



Kepala Markas PMI Kabupaten Bogor, Abidin, mengatakan pihaknya telah berusaha maksimal memenuhi kebutuhan logistik relawan. Asupan gizi tetap diperhatikan. �Kami usahakan menyediakan lauk yang sehat berupa telur dan daging, tapi kendalanya memang terkadang pengiriman terpaksa terlambat karena faktor cuaca,� ujarnya.

Tarik relawan Pada Kamis (17/5) atau hari kesembilan evakuasi, PMI me narik seluruh ratusan relawannya dari Gunung Salak. Iringiringan kendaraan berwarna biru memasuki pelataran parkir sebelah utara Rumah Sakit PMI Bogor, Kamis (17/5). Siang itu, dari deretan truk dan pick-up berlambang PMI itu turun serombongan orang dari berbagai usia, termasuk Heri.



Dengan pakaian yang mulai kumal tertutup lumpur dan lusuh terbakar matahari, Heri melangkahkan kaki menuju ruang aula yang berjarak sekitar 50 meter. Di depan ruang aula sudah menunggu Ketua Umum PMI Jusuf Kalla untuk menyambut mereka. Para relawan PMI itu satu per satu pun menyalaminya.



Kalla sempat bertanya kepada Heri berapa lama dia berada di Gunung Salak. �Sembilan hari,� jawab Heri. Kalla sangat mengapresiasi kerja keras seluruh relawan dan tim evakuasi korban Sukhoi. Ia memberi piagam penghargaan secara langsung kepada 180 relawan yang telah berpartisipasi dalam tugas mulia itu.



�Penghargaannya tak bisa diukur dengan materi,� kata dia. Kalla mengatakan, jika kerja keras itu dihargai berupa materi, justru akan menyakiti semangat kemanusiaan para relawan. Re lawan, kata Kalla, bekerja de ngan ikhlas demi kemanusiaan dan solidaritas yang tinggi.



Di dalam aula, orang-orang bersorak menyambut keda tang an rombongan 180 relawan eva kuasi korban pesawat Su khoi itu. Mereka mendapat sam butan bak pahlawan yang pulang dari me dan perang.



Setelah bertegur sapa se bentar, perhatian langsung tertuju pada jajaran meja panjang di tepi-tepi ruangan. Di atasnya sudah tersaji nasi liwet lengkap dengan lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan segar. Antrean pan jang pun langsung mengular.



Lebih dari sepekan Heri me nantikan momentum ini. Selama itu perut yang keroncong an, otot yang ngilu, tulang yang kedinginan tak pernah ia hirau kan demi mengisi penuh kan tong-kantong jenazah de ngan serpihan tubuh korban yang ter sisa di dasar jurang pun cak Gu nung Salak.



Dengan lahap, ia menyendok tumpukan nasi dan lauk yang menggunung di piringnya itu. �Sudah lama tidak makan nasi,� ujar Heri.











ane terharu gan baca nya .. :mewek:

om ane sempet salaman dan di beri penghargaan dr ketua PMI bpk. Jusuf kalla ...

sampe masuk republika ePaper gan :hope:

om ane emang udah ga asing lagi gan sama korban korban sedemikian rupa .. bahkan dulu waktu tsunami aceh tahun 2004 beliau sampai 2 bulan mengevakuasi korban di sana ..




[/spoiler][spoiler=open this] for sumber:






http://republika.pressmart.com/publi...12001013.shtml (http://republika.pressmart.com/publications/RP/RP/2012/05/23/articlehtmls/trending-news-Batang-Pakis-Penyelamat-23052012001013.shtml)









mohon di :rate5 ya gan kalo mengisnpirasi

dan :melonndan: nya kalo thread ane bermanfaat ..

</div>