legendsong
28th May 2012, 06:22 AM
Liputan 6 Award 2012 siap digelar.
Sejak tanggal 25 April 2012 Liputan 6 SCTV akan menayangkan pahlawan pahlawan yang selama ini telah menginspirasi banyak orang dan bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya.
Beberapa kandidat Liputan 6 Award 2012 diantaranya:
http://img85.imageshack.us/img85/9033/110626bsosok.jpg
Mutohar, Montir Pembuat Kincir Pembangkit Listrik
Liputan6.com, Bantul: Mutohar memang luar biasa. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai montir dan buruh harian itu, mampu membuat kincir pembangkit listrik. Belakangan kincir tersebut banyak digunakan warga kampungnya di Bantul, Yogyakarta.
Saat ditemui baru-baru ini, pria kelahiran 6 September 1954 mengaku hanya bermodal Rp 20 juta untuk membangun kincir tersebut. Itu pun berasal dari sumbangan warga dan pinjaman. Namun dengan tekad yang kuat, Mutohar dan 11 warga lain tetap bahu-membahu menyelesaikan kincir tersebut selama tiga bulan.
Awalnya, usaha Mutohar tak langsung berhasil. Namun dia tak putus asa. Lambat laun, upaya Mutohar dan warga membuahkan hasil; sebuah pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan kincir sederhana berdiri di sebuah dusun yang terletak di tengah persawahan dan perkebunan. Alat tersebut bisa bekerja dengan memanfaatkan aliran anak Sungai Opak.
Tak hanya untuk pengairan, kincir angin juga membantu penerangan warga. Sebelumnya, penerangan jalan dari pemerintah di lokasi itu masih sangat minim. Namun berkat adanya kincir yang mampu melahirkan pembangkit listrik, kini sudah ada 100 titik lampu sepanjang jalan di Dusun Singosaren.
Menurut Mutohar, ide membuat kincir bukan datang dari peneliti. Namun dari rasa ingin tahunya dan membuat sesuatu yang bermanfaat buat masyarakat. Hal itu kemudian menjadi contoh bagi komunitas lain di Bantul yang menggunakan tenaga listrik untuk memarut kelapa.
Awalnya kincir di sana hanya memiliki 16 sudu. Lalu disempurnakan menjadi 20 sudu dan rangkanya tidak lagi menggunakan drum dan ranjang bekas. Kini bukan hanya untuk penerangan, Universitas Gajah Mada Yogyakarta juga memberikan bantuan alat pemarut kelapa dan mesin bubut yang bisa dimanfaatkan warga secara cuma-cuma.
Namun sanjungan yang datang tak membuat Mutohar lekas puas. Dia justru tertantang untuk berbuat lebih lagi. Mutohar ingin kincir air sederhananya bisa benar-benar menggerakkan masyarakat sekitar.(ARE/ULF)
http://img687.imageshack.us/img687/2837/120422bsosok.jpg
Irma Suryati, Memberi dalam Keterbatasan
Liputan6.com, Kebumen: Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna. Tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan menuju kesempurnaan. Inilah filosofi hidup Irma Suryati, seorang penyandang cacat di Kebumen, Jawa Tengah, yang menembus keterbatasan fisiknya dan menemukan kebahagiaan dengan memotivasi orang lain agar tidak menyerah pada kekurangan.
Sejak usia lima tahun, Irma menderita polio dan sejak itu pula dia harus menggunakan kayu penyangga untuk membantunya berjalan. Berawal dari rasa kecewa terhadap dunia kerja yang belum bisa menampung penyandang cacat pada tahun 1996, Irma memutuskan untuk mandiri. Irma berusaha menciptakan sumber penghasilan sendiri tanpa bergantung pada pemberi kerja.
Berhasil mengasah kreativitas dan kemampuannya, Irma mulai mengajak teman-teman penyandang cacat mengikuti jejaknya. Setelah menikah dengan Agus Priyanto, upaya Irma untuk menyebarkan semangat kemandirian bagi sesama penyandang cacat semakin mendapat dukungan. Rumah mereka di Desa Karangsari, Buayan, Kebumen, dijadikan tempat menginap sekaligus pelatihan para penyandang cacat.
Hasil karya berupa aneka barang kerajikan menjadi bukti nyata keberhasilan Irma memotivasi para penyandang cacat. Kini, setiap hari Irma menerima undangan dari organisasi dan yayasan di tingkat desa dan kecamatan untuk memberi pelatihan.
Workshop atau pelatihan singkat yang menghadirkan Irma sebagai instruktur selalu dipenuhi puluhan warga yang terdiri dari kaum ibu dan remaja. Selain untuk mempelajari keterampilan membuat berbagai macam kerajinan tangan, para peserta pelatihan juga ingin mendapatkan motivasi sukses dan inspirasi dari Irma.
Tak heran berbagai penghargaan dianugerahkan pada Irma atas prestasi dan perjuangannya. Lantas, sudah puaskah Irma atas pencapaian yang diraihnya? Bagi Irma tak ada kata puas karena masih impian yang ingin direngkuhnya.
Yang jelas, tenggelam dalam rasa kecewa, putus asa, dan menyerah pada nasib, bagi Irma tidak akan mengubah hidup menjadi lebih baik. Keuletan dan kerja keras dalam segala keterbatasan dibuktikan Irma mampu menyalakan semangat hidup, tak hanya bagi para penyandang cacat lain, namun juga masyarakat sekitarnya.(ADO)
http://img818.imageshack.us/img818/6553/120220asugianto.jpg
Sugiyanto, Pahlawan Warga Suku Baman
Liputan6.com, Ambon: Pemerintah boleh punya program wajib belajar sembilan tahun. Tapi praktiknya ternyata tak semudah membalikan telapak tangan. Terutama bagi warga di suku pedalaman. Masih banyak di antara mereka yang tak bisa memperoleh pendidikan.
Beruntung masih ada sejumlah orang yang rela meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu. Salah satunya adalah Sugiyanto. Dia rela melangkahkan kaki menempuh berbagai rintangan demi mendidik baca tulis warga pedalaman di Pulau Buru, Maluku.
Tugas mulia Sugiyanto tidaklah mudah. Berbekal sepeda motor, dia sudah berangkat memulai misinya sejak pukul 08.00 waktu setempat. Setidaknya 100 kilometer harus dilalui Sugiyanto.
Jalan berbatu kerap membuat Sugiyanto terpaksa mendorong sepeda motornya. Belum lagi kemungkinan tergelincir akibat jalan menurun yang licin.
Tak hanya itu, dia juga harus melintasi deras arus sungai. Untuk itu perlu empat orang untuk mengangkat sepeda motor Sugiyanto melewati arus sungai.
Ibu-ibu, bapak-bapak, hingga bocah ingusan membaur di ruangan sederhana yang hanya berlantai tanah dan berdinding kayu keropos. Hanya semangat yang membuat ruangan ini bercahaya.
Tak terasa Sugiyanto sudah lima tahun meluangkan waktu demi memberantas buta huruf di kampung tersebut. Cita-citanya sederhana saja agar para warga pedalaman bisa membaca dan menulis hingga mendapat penghidupan yang lebih baik. Keikhlasan Sugiyanto kini menjadi satu-satunya harapan warga.
Pika Tasane, warga, mengaku terbantu dengan kehadiran Sugiyanto. Perlahan dia bersama warga lain bisa mengenal huruf dan berhitung.
Bagi warga Suku Baman, Sugiyanto boleh jadi dianggap sebagai pahlawan. Tanpa banyak bicara, tanpa perlu menunggu kucuran dana, dia mampu menunjukkan karya. Sebuah karya tanpa tanda jasa.(ULF)
http://img821.imageshack.us/img821/4078/100519clip6awards.jpg (http://imageshack.us/photo/my-images/821/100519clip6awards.jpg/)
Berawal....
Berawal pada pertengahan 2010, ketika pemberitaan tentang siswi bernama Salomina dari Wamena, Papua dan Sinar dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat menginspirasi banyak orang.
Salomina memberi inspirasi tentang ketekunan dan sikap pantang menyerah di tengah segala kekurangan. Ia kini adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Wahyu Saronto, dermawan di Yogyakarta, mengangkat Salo sebagai anak [baca: Salomina, Berjuang untuk Pintar].
Sedangkan Sinar yang belum genap tujuh tahun, merawat ibunya yang tak berdaya. Sinar memberi pelajaran tentang kepedulian dan bakti pada sesama [baca: Sinar, Pahlawan dari Sulawesi Barat].
Seiring dengan ulang tahun ke-14 Liputan 6, diluncurkan "Liputan 6 Awards". Penghargaan diberikan kepada enam kandidat yang dianggap memberi inspirasi. Diutarakan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV Don Bosco di Jakarta, Rabu (19/5), penghargaan ini berbeda dibanding penghargaan sejenis. "Perbedaannya kita akan memberikan kepada tokoh yang paling inspiratif," jelas Dos Bosco.
Don Bosco menambahkan, ada beragam kategori di Liputan 6 Awards. Dan mereka yang menjadi kandidat dari berbagai bidang yang independen. "Bukan dari partai politik," tutur Don Bosco. Pemberian penghargaan akan berlangsung 21 Juli nanti. Terhitung dari sekarang, bagi yang memiliki teman yang dianggap menginspirasi banyak orang, dapat diajukan menjadi kandidat meraih Liputan 6 Awards.
Penghargaan ini lahir terinspirasi dari perjuangan siswi bernama Salomina dari Wamena, Papua dan Sinar dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Salomina memberi inspirasi tentang ketekunan dan sikap pantang menyerah di tengah segala kekurangan. Sementara Sinar memberi pelajaran tentang kepedulian dan bakti pada sesama.(AIS)
Beberapa video nominator Liputan 6 Award:
[/spoiler] for video:
for video:
for video:
Nominator Favorit ane:
for video:
[spoiler=open this] for video:
Kalo melihat liputan 6 award jadi optimis, Masih banyak yang baik di negri ini. Semoga menjadi inspirasi..... aminn.
sumber: www.liputan6.com (http://www.liputan6.com)
</div>
Sejak tanggal 25 April 2012 Liputan 6 SCTV akan menayangkan pahlawan pahlawan yang selama ini telah menginspirasi banyak orang dan bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya.
Beberapa kandidat Liputan 6 Award 2012 diantaranya:
http://img85.imageshack.us/img85/9033/110626bsosok.jpg
Mutohar, Montir Pembuat Kincir Pembangkit Listrik
Liputan6.com, Bantul: Mutohar memang luar biasa. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai montir dan buruh harian itu, mampu membuat kincir pembangkit listrik. Belakangan kincir tersebut banyak digunakan warga kampungnya di Bantul, Yogyakarta.
Saat ditemui baru-baru ini, pria kelahiran 6 September 1954 mengaku hanya bermodal Rp 20 juta untuk membangun kincir tersebut. Itu pun berasal dari sumbangan warga dan pinjaman. Namun dengan tekad yang kuat, Mutohar dan 11 warga lain tetap bahu-membahu menyelesaikan kincir tersebut selama tiga bulan.
Awalnya, usaha Mutohar tak langsung berhasil. Namun dia tak putus asa. Lambat laun, upaya Mutohar dan warga membuahkan hasil; sebuah pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan kincir sederhana berdiri di sebuah dusun yang terletak di tengah persawahan dan perkebunan. Alat tersebut bisa bekerja dengan memanfaatkan aliran anak Sungai Opak.
Tak hanya untuk pengairan, kincir angin juga membantu penerangan warga. Sebelumnya, penerangan jalan dari pemerintah di lokasi itu masih sangat minim. Namun berkat adanya kincir yang mampu melahirkan pembangkit listrik, kini sudah ada 100 titik lampu sepanjang jalan di Dusun Singosaren.
Menurut Mutohar, ide membuat kincir bukan datang dari peneliti. Namun dari rasa ingin tahunya dan membuat sesuatu yang bermanfaat buat masyarakat. Hal itu kemudian menjadi contoh bagi komunitas lain di Bantul yang menggunakan tenaga listrik untuk memarut kelapa.
Awalnya kincir di sana hanya memiliki 16 sudu. Lalu disempurnakan menjadi 20 sudu dan rangkanya tidak lagi menggunakan drum dan ranjang bekas. Kini bukan hanya untuk penerangan, Universitas Gajah Mada Yogyakarta juga memberikan bantuan alat pemarut kelapa dan mesin bubut yang bisa dimanfaatkan warga secara cuma-cuma.
Namun sanjungan yang datang tak membuat Mutohar lekas puas. Dia justru tertantang untuk berbuat lebih lagi. Mutohar ingin kincir air sederhananya bisa benar-benar menggerakkan masyarakat sekitar.(ARE/ULF)
http://img687.imageshack.us/img687/2837/120422bsosok.jpg
Irma Suryati, Memberi dalam Keterbatasan
Liputan6.com, Kebumen: Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna. Tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan menuju kesempurnaan. Inilah filosofi hidup Irma Suryati, seorang penyandang cacat di Kebumen, Jawa Tengah, yang menembus keterbatasan fisiknya dan menemukan kebahagiaan dengan memotivasi orang lain agar tidak menyerah pada kekurangan.
Sejak usia lima tahun, Irma menderita polio dan sejak itu pula dia harus menggunakan kayu penyangga untuk membantunya berjalan. Berawal dari rasa kecewa terhadap dunia kerja yang belum bisa menampung penyandang cacat pada tahun 1996, Irma memutuskan untuk mandiri. Irma berusaha menciptakan sumber penghasilan sendiri tanpa bergantung pada pemberi kerja.
Berhasil mengasah kreativitas dan kemampuannya, Irma mulai mengajak teman-teman penyandang cacat mengikuti jejaknya. Setelah menikah dengan Agus Priyanto, upaya Irma untuk menyebarkan semangat kemandirian bagi sesama penyandang cacat semakin mendapat dukungan. Rumah mereka di Desa Karangsari, Buayan, Kebumen, dijadikan tempat menginap sekaligus pelatihan para penyandang cacat.
Hasil karya berupa aneka barang kerajikan menjadi bukti nyata keberhasilan Irma memotivasi para penyandang cacat. Kini, setiap hari Irma menerima undangan dari organisasi dan yayasan di tingkat desa dan kecamatan untuk memberi pelatihan.
Workshop atau pelatihan singkat yang menghadirkan Irma sebagai instruktur selalu dipenuhi puluhan warga yang terdiri dari kaum ibu dan remaja. Selain untuk mempelajari keterampilan membuat berbagai macam kerajinan tangan, para peserta pelatihan juga ingin mendapatkan motivasi sukses dan inspirasi dari Irma.
Tak heran berbagai penghargaan dianugerahkan pada Irma atas prestasi dan perjuangannya. Lantas, sudah puaskah Irma atas pencapaian yang diraihnya? Bagi Irma tak ada kata puas karena masih impian yang ingin direngkuhnya.
Yang jelas, tenggelam dalam rasa kecewa, putus asa, dan menyerah pada nasib, bagi Irma tidak akan mengubah hidup menjadi lebih baik. Keuletan dan kerja keras dalam segala keterbatasan dibuktikan Irma mampu menyalakan semangat hidup, tak hanya bagi para penyandang cacat lain, namun juga masyarakat sekitarnya.(ADO)
http://img818.imageshack.us/img818/6553/120220asugianto.jpg
Sugiyanto, Pahlawan Warga Suku Baman
Liputan6.com, Ambon: Pemerintah boleh punya program wajib belajar sembilan tahun. Tapi praktiknya ternyata tak semudah membalikan telapak tangan. Terutama bagi warga di suku pedalaman. Masih banyak di antara mereka yang tak bisa memperoleh pendidikan.
Beruntung masih ada sejumlah orang yang rela meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu. Salah satunya adalah Sugiyanto. Dia rela melangkahkan kaki menempuh berbagai rintangan demi mendidik baca tulis warga pedalaman di Pulau Buru, Maluku.
Tugas mulia Sugiyanto tidaklah mudah. Berbekal sepeda motor, dia sudah berangkat memulai misinya sejak pukul 08.00 waktu setempat. Setidaknya 100 kilometer harus dilalui Sugiyanto.
Jalan berbatu kerap membuat Sugiyanto terpaksa mendorong sepeda motornya. Belum lagi kemungkinan tergelincir akibat jalan menurun yang licin.
Tak hanya itu, dia juga harus melintasi deras arus sungai. Untuk itu perlu empat orang untuk mengangkat sepeda motor Sugiyanto melewati arus sungai.
Ibu-ibu, bapak-bapak, hingga bocah ingusan membaur di ruangan sederhana yang hanya berlantai tanah dan berdinding kayu keropos. Hanya semangat yang membuat ruangan ini bercahaya.
Tak terasa Sugiyanto sudah lima tahun meluangkan waktu demi memberantas buta huruf di kampung tersebut. Cita-citanya sederhana saja agar para warga pedalaman bisa membaca dan menulis hingga mendapat penghidupan yang lebih baik. Keikhlasan Sugiyanto kini menjadi satu-satunya harapan warga.
Pika Tasane, warga, mengaku terbantu dengan kehadiran Sugiyanto. Perlahan dia bersama warga lain bisa mengenal huruf dan berhitung.
Bagi warga Suku Baman, Sugiyanto boleh jadi dianggap sebagai pahlawan. Tanpa banyak bicara, tanpa perlu menunggu kucuran dana, dia mampu menunjukkan karya. Sebuah karya tanpa tanda jasa.(ULF)
http://img821.imageshack.us/img821/4078/100519clip6awards.jpg (http://imageshack.us/photo/my-images/821/100519clip6awards.jpg/)
Berawal....
Berawal pada pertengahan 2010, ketika pemberitaan tentang siswi bernama Salomina dari Wamena, Papua dan Sinar dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat menginspirasi banyak orang.
Salomina memberi inspirasi tentang ketekunan dan sikap pantang menyerah di tengah segala kekurangan. Ia kini adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Wahyu Saronto, dermawan di Yogyakarta, mengangkat Salo sebagai anak [baca: Salomina, Berjuang untuk Pintar].
Sedangkan Sinar yang belum genap tujuh tahun, merawat ibunya yang tak berdaya. Sinar memberi pelajaran tentang kepedulian dan bakti pada sesama [baca: Sinar, Pahlawan dari Sulawesi Barat].
Seiring dengan ulang tahun ke-14 Liputan 6, diluncurkan "Liputan 6 Awards". Penghargaan diberikan kepada enam kandidat yang dianggap memberi inspirasi. Diutarakan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV Don Bosco di Jakarta, Rabu (19/5), penghargaan ini berbeda dibanding penghargaan sejenis. "Perbedaannya kita akan memberikan kepada tokoh yang paling inspiratif," jelas Dos Bosco.
Don Bosco menambahkan, ada beragam kategori di Liputan 6 Awards. Dan mereka yang menjadi kandidat dari berbagai bidang yang independen. "Bukan dari partai politik," tutur Don Bosco. Pemberian penghargaan akan berlangsung 21 Juli nanti. Terhitung dari sekarang, bagi yang memiliki teman yang dianggap menginspirasi banyak orang, dapat diajukan menjadi kandidat meraih Liputan 6 Awards.
Penghargaan ini lahir terinspirasi dari perjuangan siswi bernama Salomina dari Wamena, Papua dan Sinar dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Salomina memberi inspirasi tentang ketekunan dan sikap pantang menyerah di tengah segala kekurangan. Sementara Sinar memberi pelajaran tentang kepedulian dan bakti pada sesama.(AIS)
Beberapa video nominator Liputan 6 Award:
[/spoiler] for video:
for video:
for video:
Nominator Favorit ane:
for video:
[spoiler=open this] for video:
Kalo melihat liputan 6 award jadi optimis, Masih banyak yang baik di negri ini. Semoga menjadi inspirasi..... aminn.
sumber: www.liputan6.com (http://www.liputan6.com)
</div>