bakwanmalang
27th May 2012, 11:25 PM
biar gak BWK
[/spoiler][spoiler=open this] for :
http://img94.imageshack.us/img94/2948/37545110150535951765180.jpg
SERUAN PARA HABAIB UNTUK MENINGGALKAN
PERAYAAN MAULID NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI
WASALLAM
Berikut ini adalah teks pernyataannya:
Risalah untuk Ahlul Bait (Anak-Cucu Rasulullah
Shallallahu �alaihi wasallam) tentang
Peringatan/ perayaan Maulid Nabi. Di antara Prinsip-prinsip yang agung yang
berpadu di atasnya hati-hati para ulama dan
kaum Mukminin adalah meyakini (mengimani)
bahwa petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu
�alaihi wasallam adalah petunjuk yang paling
sempurna, dan syari�at yang beliau bawa adalah syari�at yang paling sempurna, Allah
Ta�ala berfirman:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agamamu. (QS. Al maidah:3)
Dan meyakini (mengimani) bahwa mencintai
Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam
merupakan keyakinan atau tanda
kesempurnaan iman seorang Muslim,
Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam
bersabda:
Tidak sempurna iman salah seorang di antara
kamu sehingga aku lebih dia cintai dari
ayahnya, anaknya, dan semua manusia. (HR.
al-Bukhari & Muslim)
Beliau adalah penutup para nabi, Imam orang-
orang yang bertaqwa, Raja anak-cucu Adam,
Imam Para Nabi jika mereka dikumpulkan,
dan Khatib mereka jika mereka diutus, si
empu Tempat yang Mulia, Telaga yang akan
dikerumuni (oleh manusia), si empu bendera pujian, pemberi syafa�at manusia pada hari
kiamat, dan orang yang telah menjadikan
umatnya menjadi umat terbaik yang
dikeluarkan untuk manusia, Allah Ta�ala
berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)
Dan di antara kecintaan kepada beliau adalah
mencintai keluarga beliau (Ahlul Bait/ Habaib),
Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam
bersabda: Aku mengingatkan kalian kepada Allah pada
Ahlu Bait (keluarga)ku. (HR. Muslim).
Maka Kewajiban keluarga Rasulullah (Ahlul
Bait/ Habaib) adalah hendaklah mereka
menjadi orang yang paling yang mulia dalam
mengikuti Sunnah Beliau Shallallahu �alaihi
wasallam, mengikuti petunjuknya, dan wajib
atas mereka untuk merealisasikan cinta yang sebenarnya (terhadap beliau shallallahu
�alaihi wasallam, red.), serta menjadi
manusia yang paling menjauhi hawa nafsu.
Karena Syari�at datang untuk menyelisihi
penyeru hawa nafsu, Allah Ta�ala berfirman: Maka demi Rabbmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS.
An-Nisa�: 65)
Sedangkan cinta yang hakiki pastilah akan
menyeru Ittiba� yang benar. Allah Ta�ala
berfirman: Katakanlah:�Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu�.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Ali �Imran: 31)
Tidak cukup hanya sekedar berafiliasi kepada
beliau secara nasab, tetapi keluarga beliau
(Ahlul bait) haruslah sesuai dengan al-haq
(kebenaran yang beliau bawa) dalam segala
hal, dan tidak menyalahi atau menyelisinya. Dan di antara fenomena menyakitkan adalah
orang yang diterangi oleh Allah Ta�ala
pandangannya dengan cahaya ilmu, dan
mengisi hatinya dengan cinta dan kasih sayang
kepada keluarga NabiNya (ahlul bait),
khususya jika dia termasuk keluarga beliau pula dari keturunan beliau yang mulia adalah
terlibatnya sebagian anak-cucu Rasulullah
shallallahu �alaihi wasallam yang mulia
(Ahlul Bait/ Habaib) dalam berbagai macam
penyimpangan syari�at, dan pengagungan
terhadap syi�ar-syi�ar yang tidak pernah dibawa oleh al-Habib al-Mushtafa Shallallahu
�alaihi wasallam.
Dan di antara syi�ar-syi�ar yang
diagungkan yang tidak berdasarkan petunjuk
moyang kami Muhammad Shallallahu �alaihi
wasallam tersebut adalah bid�ah peringatan
Maulid Nabi dengan dalih cinta. Dan ini jelas
merupakan sebuah penyimpangan terhadap prinsip yang agung, dan tidak sesuai dengan
Maqasidu asy-Syar�I al-Muthahhar (tujuan-
tujuan syari�at yang suci) untuk menjadikan
ittiba� (mengikuti) Nabi shallallahu �alaihi
wasallam sebagai standar utama yang
dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dalam segala sikap dan perbuatan (ibadah) mereka. Karena kecintaan kepada beliau shallallahu
�alaihi wasallam mengharuskan
ittiba� (mengikuti) beliau Shallalllahu �alaihi
wasallam secara lahir dan batin. Dan tidak ada
pertentangan antara mencintai beliau dengan
mengikuti beliau shallallahu �alaihi wasallam, bahkan mengikuti (ittiba�) kepada
beliau merupakan inti/ puncak kecintaan
kepadanya. Dan orang yang mengikuti beliau
secara benar (Ahlul ittiba�) adalah komitmen
dengan sunnahnya, mengikuti petunjuknya,
membaca sirah (perjalanan hidup)nya, mengharumi majlis-majlis mereka dengan
pujian-pujian terhadapnya tanpa membatasi
hari, berlebihan dalam menyifatinya serta
menentukan tata cara yang tidak berdasar
dalam syari�at Islam.
Lanjutan
page
one
</div>
[/spoiler][spoiler=open this] for :
http://img94.imageshack.us/img94/2948/37545110150535951765180.jpg
SERUAN PARA HABAIB UNTUK MENINGGALKAN
PERAYAAN MAULID NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI
WASALLAM
Berikut ini adalah teks pernyataannya:
Risalah untuk Ahlul Bait (Anak-Cucu Rasulullah
Shallallahu �alaihi wasallam) tentang
Peringatan/ perayaan Maulid Nabi. Di antara Prinsip-prinsip yang agung yang
berpadu di atasnya hati-hati para ulama dan
kaum Mukminin adalah meyakini (mengimani)
bahwa petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu
�alaihi wasallam adalah petunjuk yang paling
sempurna, dan syari�at yang beliau bawa adalah syari�at yang paling sempurna, Allah
Ta�ala berfirman:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agamamu. (QS. Al maidah:3)
Dan meyakini (mengimani) bahwa mencintai
Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam
merupakan keyakinan atau tanda
kesempurnaan iman seorang Muslim,
Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam
bersabda:
Tidak sempurna iman salah seorang di antara
kamu sehingga aku lebih dia cintai dari
ayahnya, anaknya, dan semua manusia. (HR.
al-Bukhari & Muslim)
Beliau adalah penutup para nabi, Imam orang-
orang yang bertaqwa, Raja anak-cucu Adam,
Imam Para Nabi jika mereka dikumpulkan,
dan Khatib mereka jika mereka diutus, si
empu Tempat yang Mulia, Telaga yang akan
dikerumuni (oleh manusia), si empu bendera pujian, pemberi syafa�at manusia pada hari
kiamat, dan orang yang telah menjadikan
umatnya menjadi umat terbaik yang
dikeluarkan untuk manusia, Allah Ta�ala
berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)
Dan di antara kecintaan kepada beliau adalah
mencintai keluarga beliau (Ahlul Bait/ Habaib),
Rasulullah shallallahu �alaihi wasallam
bersabda: Aku mengingatkan kalian kepada Allah pada
Ahlu Bait (keluarga)ku. (HR. Muslim).
Maka Kewajiban keluarga Rasulullah (Ahlul
Bait/ Habaib) adalah hendaklah mereka
menjadi orang yang paling yang mulia dalam
mengikuti Sunnah Beliau Shallallahu �alaihi
wasallam, mengikuti petunjuknya, dan wajib
atas mereka untuk merealisasikan cinta yang sebenarnya (terhadap beliau shallallahu
�alaihi wasallam, red.), serta menjadi
manusia yang paling menjauhi hawa nafsu.
Karena Syari�at datang untuk menyelisihi
penyeru hawa nafsu, Allah Ta�ala berfirman: Maka demi Rabbmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS.
An-Nisa�: 65)
Sedangkan cinta yang hakiki pastilah akan
menyeru Ittiba� yang benar. Allah Ta�ala
berfirman: Katakanlah:�Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu�.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Ali �Imran: 31)
Tidak cukup hanya sekedar berafiliasi kepada
beliau secara nasab, tetapi keluarga beliau
(Ahlul bait) haruslah sesuai dengan al-haq
(kebenaran yang beliau bawa) dalam segala
hal, dan tidak menyalahi atau menyelisinya. Dan di antara fenomena menyakitkan adalah
orang yang diterangi oleh Allah Ta�ala
pandangannya dengan cahaya ilmu, dan
mengisi hatinya dengan cinta dan kasih sayang
kepada keluarga NabiNya (ahlul bait),
khususya jika dia termasuk keluarga beliau pula dari keturunan beliau yang mulia adalah
terlibatnya sebagian anak-cucu Rasulullah
shallallahu �alaihi wasallam yang mulia
(Ahlul Bait/ Habaib) dalam berbagai macam
penyimpangan syari�at, dan pengagungan
terhadap syi�ar-syi�ar yang tidak pernah dibawa oleh al-Habib al-Mushtafa Shallallahu
�alaihi wasallam.
Dan di antara syi�ar-syi�ar yang
diagungkan yang tidak berdasarkan petunjuk
moyang kami Muhammad Shallallahu �alaihi
wasallam tersebut adalah bid�ah peringatan
Maulid Nabi dengan dalih cinta. Dan ini jelas
merupakan sebuah penyimpangan terhadap prinsip yang agung, dan tidak sesuai dengan
Maqasidu asy-Syar�I al-Muthahhar (tujuan-
tujuan syari�at yang suci) untuk menjadikan
ittiba� (mengikuti) Nabi shallallahu �alaihi
wasallam sebagai standar utama yang
dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dalam segala sikap dan perbuatan (ibadah) mereka. Karena kecintaan kepada beliau shallallahu
�alaihi wasallam mengharuskan
ittiba� (mengikuti) beliau Shallalllahu �alaihi
wasallam secara lahir dan batin. Dan tidak ada
pertentangan antara mencintai beliau dengan
mengikuti beliau shallallahu �alaihi wasallam, bahkan mengikuti (ittiba�) kepada
beliau merupakan inti/ puncak kecintaan
kepadanya. Dan orang yang mengikuti beliau
secara benar (Ahlul ittiba�) adalah komitmen
dengan sunnahnya, mengikuti petunjuknya,
membaca sirah (perjalanan hidup)nya, mengharumi majlis-majlis mereka dengan
pujian-pujian terhadapnya tanpa membatasi
hari, berlebihan dalam menyifatinya serta
menentukan tata cara yang tidak berdasar
dalam syari�at Islam.
Lanjutan
page
one
</div>