Log in

View Full Version : Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku


lumpiabasah
27th May 2012, 11:09 PM
[/spoiler] for Cerai:




Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yang cuma berkamar satu.

Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari

mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami.



Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat

bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.



Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air

bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha

dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran

meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah

pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.



Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkimpoian kami kelihatan

bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan

yang tidak kusangka-sangka.



Dew hadir dalam kehidupanku.

Waktu itu adalah hari yang cerah.

Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku. Hatiku

sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah Apartment yang

kubelikan untuknya.



Dew berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru

menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu, begitu sukses, akan

menjadi sangat menarik bagi para gadis."



Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah

menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku

melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli

beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"



Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.

Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku

walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat

sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun

ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama.

Atau aku akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini adalah

hiburan bagiku."










for Cerai:




Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai,

apa yang akan kau lakukan? "

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia

percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan

jika tahu bahwa aku serius. Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew

baru

saja keluar dari ruanganku.

Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan

berusaha

untuk menyembunyikan segala sesuatu

selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia

berusaha

tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan

di matanya.



Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu

kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh

ragu-ragu

lagi.

Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang

tangannya,"Ada sesuatu yang harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada

luka

dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu

kalo

aku terus berpikir.



"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara

lembut,"kenapa?" "Aku serius."



Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah.

Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!".

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.

Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkimpoian

kami.

Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku

telah dibawa pergi oleh Dew.



Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian

dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku.

Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian..

Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup

bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku.

Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan.



Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak

pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu

pembebasan

untukku.

Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa

minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.



Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku

melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran.

Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis.

Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya.

Ia

tidak

menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan

sebelum menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup

bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana:

Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya

adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran

rumah

tangga kami.



Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah

kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari

pernikahan kita?"










for Cerai:




Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah

kepadaku.

Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",

katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap

membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir

bulan

ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke

pintu."



Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan

indah yang telah berlalu dan berharap perkimpoiannya diakhiri dengan

suasana

romantis.



Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku.

Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik

yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,"

ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.



Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan

perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku

membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak

kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra

sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang

duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.

Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari

ini,jangan memberitahukan pada anak kita."

Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.

Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.



Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di

dadaku,kami

begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku

menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita

ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di

wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar,

hati-hati kalau kamu lewat sana."



Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih

mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku

dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,

seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika,

aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan

kedekatan

terasa semakin erat."










[spoiler=open this] for Cerai:




Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.

Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap hari pergi

ke kantor bisa membuatku semakin kuat.

Aku berkata padanya, "Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang"



Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk

membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa

menemukan

yang cocok.

Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran".

Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus

itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan

aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam

hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit



Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa,sudah waktunya membopong mama keluar"

Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi

bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya

dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut

aku akan berubah pikiran pada detik terakhir.

Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang

duduk ke teras.

Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya

Dengan kuat"









UPDATE ada di Post 6 (ending)

</div>