rumahmenteng
27th May 2012, 10:46 PM
[/quote]
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/20120504_Dongeng_dan_Nyanyian_Kebangkitan_Bawakan_ Lagu_Pancasila_Rumah_Ki.jpg
DONGENG DAN NYANYIAN KEBANGKITAN
TIAP 20 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Peringatan itu bukan sekadar rutinitas melainkan untuk kembali mengingatkan bangkitnya nasionalisme, persatuan dan kesatuan untuk memerdekakan Indonesia, yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.
Perjuangan politik yang begitu intens jauh sebelum kemerdekaaan, sebenarnya merupakan jembatan emas menuju proklamasi. Kemerdekaan politik sudah ada sebelum kita dijajah, misalnya kekuasaan di tangan raja atau sultan. Namun setelah VOC menguasai Indonesia, para sultan dan raja menjual kekayaan dan rakyat sebagai sapi perahan VOC dan penjajah Belanda.
Meski kemerdekaan telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan ekonomi Indonesia perlu terus diwujudkan lebih nyata, dengan memompa semangat nasionalisme, persatuan, dan kesatuan guna mewujudkan kemadirian ekonomi. Pertanyaannya apakah kemandirian ekonomi kita belum tercapai?
John Pilgers dalam bukunya yang kemudian difilmkan dengan judul ��The New Rulers of the World�� (2002) mengungkapkan bagaimana Indonesia dapat dikuasai oleh para konglomerat tingkat dunia melalui perusahaan multinasional (MNC) dan kebijakan utangnya yang menjerat. Dia memaparkan kondisi pekerja pabrik di Indonesia yang begitu mengenaskan. Mereka umumnya bekerja di MNC seperti Nike, Adidas, GAP, tapi MNC dan distributor di negara-negara maju bisa meraup keuntungan sangat besar.
Soal utang luar negeri menurut Pilgers dan juga John Perkins (2004) menjadi sarana untuk bisa menguasai Indonesia sejak era Soeharto. Adapun Bradley R Simpson dalam buku Economists with Guns mengulas bagaimana negara maju, khususnya AS, begitu dominan memengaruhi berbagai UU di Indonesia, terlebih yang berkaitan dengan investasi. Regulasi lain kita juga terperangkap dalam jaringan negara maju, artinya menguntungkan negara maju dan sekelompok kecil orang Indonesia, sebagai kaki tangan penjajahan model baru.
[/spoiler][spoiler=open this] for Ekonomi kerakyatan:
Ekonomi Rakyat
Menurut Sri Edi Swasono, sistem ekonomi bebas yang kini kita anut, terlebih dengan perangkap utang dan aturan yang didikte luar negeri, bisa makin menyengsarakan rakyat. Pengebirian peran pemerintah dan meletakkan kebebasan individu, akan menyebabkan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, korupsi, kerusakan lingkungan, dan penyakit sosial lainnya. Belum lagi pihak asing menguasai aset-aset utama kita, sedangkan rakyat dalam kesusahan.
Kunci utamanya terletak pada pemurnian dan konsistensi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Terkait Pasal 33 dan 34 UUD 1945 tentang kesejahteraan sosial misalnya, harus dilaksanakan secara konsisten dan perlu perjuangan berat utuk menyejahterakan semua warga negara kita, , bukan sekelompok kecil orang atau golongan, bahkan pihak asing.
Ekonomi rakyat semestinya menjadi ujung tombak menuju kemerdekaan dan kemandirian ekonomi. Istilah ekonomi rakyat kali pertama dikemukakan Bung Hatta dalam tulisannya tahun 1931 pada Majalah Daulat Ra�jat. Faktanya, pendidikan ekonomi rakyat dan esensi ekonomi dari UUD 1945 belum substantif menjadi kiblat pendidikan di fakultas ekonomi di negara kita.
Dominasi pendidikan ilmu ekonomi masih berkiblat pada ekonomi bebas (liberalisme dan kapitalisme) sehingga muncul dehumanisasi. Ke depan rasanya perlu merealisasikan pendidikan ekonomi yang berbasis kearifan lokal, tanpa mengesampingkan hal-hal yang positif dari pihak asing.
Peringatan hari kebangkitan nasional sudah menjadi rutinitas yang sering kita lakukan pada 20 Mei setiap tahunnya. Seperti biasa, rutinitas ini diisi dengan acara yang formalitas tanpa ruh, plus pidato basa-basi tentang kebangkitan. Kalau dihitung-hitung sejak berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) hingga saat ini berarti sudah 104 tahun berlalu. Pertanyaannya, sudahkah kita bangkit?
Alih-alih bangkit, kehidupan dan nasib rakyat malah semakin terpuruk. Disaat yang sama para pejabat berlaku hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang negara, sehingga korupsi menjadi aktivitasyang biasa dilakukan oleh pejabat negeri ini. Karena itu,tidak aneh kalau begitu banyak julukan �hitam� untuk negeri. Ada yang mengatakan the failed state (negara gagal), the vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), the envelope country (negara amplop), negeri sejuta markus dan julukan-julukan menyedihkan lainnya.
Bukti kongkrit kondisi ini, lihatlah dijalan-jalan. Anak-anak jalanan dan pengemis semakin subur. Jumlah orang gila di jalanan makin bertambah karena tidak mampu menahan beban hidup yang berat dan kompleks. Masyarakat kita menjadi masyarakat yang sakit. Tidak sekali dua kali kita mendengar dan menyaksikan ibu membunuh anaknya, suami membakar istrinya, anak membunuh orang tuanya. Semuanya berpangkal pada kesulitan hidup.
Kesenjanganpun semakin menjadi-jadi. Saat orang miskin kesulitan makan untuk sehari-sehari, pedagang mendapat lima ribu rupiah saja sulit, pemimpin negeri ini dengan teganya mempertontonkan kekayaannya dengan acara pernikahan putra bungsunya yang super mewah mencapai miliaran rupiah; ada yang dengan tega mempertontonkan korupsinya hingga miliaran rupiah. Para pejabat dan politisi pun memamerkan kerakusannya dengan biaya anggaran selangit.
Lihat dunia pendidikan kita, hanya 11% siswa SMU yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi (APTISI, 2000).Angka pengangguran bertambah menjadi 113,74 juta orang, dan angka �setengah� menganggur adalah 59% penduduk Indonesia(Data BPS, 2009). dan lebih mengejutkan 62,7% remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Mungkin angka ini bisa bertambah lebih banyak lagi jika semuanya mengaku.
Lembaga Demografi UI juga menyatakan bahwa 58,36 juta dari 111,47 juta (52,3%) angkatan kerja Indonesia hanya berpendidikan SD, sekitar 19,91% pendidikan setingkat SMP, 20,7% setingkat SMA, dan hanya 5,05% Perguruan Tinggi. Senada denga itu laporan ADB atas pendidikan di Indonesia juga menunjukkan hal serupa yaitu hanya 46,8% siswa yang mampu menyelesaikan wajib pendidikan 9 tahun.
Belum lagi fakta miris yang menujukkan bahwa negeri muslim terbesar ini justru sangat parah dalam hal aborsi, sekitar 2.6 juta balita diaborsi setiap tahunnya. Selain itu, Indonesia menempati urutan pertama dalam penularan HIV/AIDS di Asia Tenggara. Data Kementerian Kesehatan per Juni 2011 menunjukkan bahwa pengidap AID 93.000 orang.
Tidak hanya itu, korupsi yang menjadi momok yang tidak pernah selesai dalam sejarah negeri ini, seakan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. TKI disiksa tidak pernah mendapatkan perlakuan dan pembelaan yang layak dari pemerintah Indonesia. Kemiskinan yang merajalela sampai saat ini, sementaranegara sibuk menjual asset kepada pihak swasta dan asing.
Ketika pemerintah dengan berapi-api mengatakan NKRI harga mati, tapilihat, faktanya mereka menjual hasil alam Negara. 90% dari total produksi minyak Indonesia dikuasai asing, yakni Total (30%), ExxonMobil (17%), Vico (BP-Eni joint venture, 11%), ConociPhilips (11%), BP (6%), dan Chevron (4%) (kementerian ESDM, 2008). Hutan Indonesia menghasilkan sekitar 80 triliun setiap tahun tetapi hanya 17% masuk kas Negara dan sisanya ke kantong HPH (Kompas, 2001). Perusakan Alam menjadi saksinya, dalam 1 menit perusakan hutan terjadi seluas 5 kali luas lapangan sepak bola (kompas, 2008).
Di Bumi Papua, kekayaan tambang emasnya setiap tahun menghasilkan uang sebesar Rp 40 triliun. Sayangnya, kekayaan tersebut 90%-nya dinikmati perusahaan asing (PT Freeport) yang sudah lebih dari 40 tahun menguasai tambang ini. Wajarlah jika gaji seorang CEO PT Freeport Indonesia mencapai sekitar Rp 432 miliar pertahun (=Rp 36 miliar perbulan atau rata-rata Rp 1.4 miliar perhari). Padahal, rakyat Papua sendiri hingga saat ini hanya berpenghasilan Rp 2 juta saja pertahun (=Rp 167 ribu perbulan). Pemerintah Indonesia pun hanya mendapatkan royalti dan pajak yang tak seberapa dari penghasilan PT Freeport yang luar biasa itu (Jatam.org, 30/3/07).
Di Kaltim, batubara diproduksi sebanyak 52 juta meter kubik pertahun; emas 16.8 ton pertahun; perak 14 ton pertahun; gas alam 1.650 miliar meter kubik pertahun (2005); minyak bumi 79.7 Juta barel pertahun, dengan sisa cadangan masih sekitar 1.3 miliar barel. Namun, dari sekitar 2.5 juta penduduk Kaltim, sekitar 313.040 orang (12.4 persen) tergolong miskin.Di Aceh, cadangan gasnya mencapai 17.1 tiliun kaki kubik. Namun, Aceh menempati urutan ke-4 sebagai daerah termiskin di Indonesia, denganJumlah penduduk miskinnya sekitar 28.5 persen.
HasilTotalnya,menurut data Bank Dunia100 Juta atau kurang lebih 50% penduduk Indonesia hidup di garis kemiskinan dengan standar kemiskinan US$ 2per hari (MI, 2006).
Akhirnya, kekayaan yang berlimpah ruah di Indonesia hanya dinikmati segelintir orang.Semua ini menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa sepanjang sejarahnya Indonesia tidak pernah bangkit, lalu hari kebangkitan siapa yang di peringati setiap tahunnya oleh bangsa ini?
http://assets.jaringnews.com//3/2011/12/28/b8ae93c0840c3419795f8c52c372ed9a_1.jpg
SEMOGA BERMANFAAT
sumber (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/05/19/186851/10/Kebangkitan-perekonomian)
sumber (http://www.theglobejournal.com/Opini/20-mei-hari-kebangkitan-siapa/index.php)
[quote]
:melonndan: http://static.kaskus.co.id/images/smilies/iloveindonesias.gif: :melonndan:
</div>
http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/20120504_Dongeng_dan_Nyanyian_Kebangkitan_Bawakan_ Lagu_Pancasila_Rumah_Ki.jpg
DONGENG DAN NYANYIAN KEBANGKITAN
TIAP 20 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Peringatan itu bukan sekadar rutinitas melainkan untuk kembali mengingatkan bangkitnya nasionalisme, persatuan dan kesatuan untuk memerdekakan Indonesia, yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.
Perjuangan politik yang begitu intens jauh sebelum kemerdekaaan, sebenarnya merupakan jembatan emas menuju proklamasi. Kemerdekaan politik sudah ada sebelum kita dijajah, misalnya kekuasaan di tangan raja atau sultan. Namun setelah VOC menguasai Indonesia, para sultan dan raja menjual kekayaan dan rakyat sebagai sapi perahan VOC dan penjajah Belanda.
Meski kemerdekaan telah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan ekonomi Indonesia perlu terus diwujudkan lebih nyata, dengan memompa semangat nasionalisme, persatuan, dan kesatuan guna mewujudkan kemadirian ekonomi. Pertanyaannya apakah kemandirian ekonomi kita belum tercapai?
John Pilgers dalam bukunya yang kemudian difilmkan dengan judul ��The New Rulers of the World�� (2002) mengungkapkan bagaimana Indonesia dapat dikuasai oleh para konglomerat tingkat dunia melalui perusahaan multinasional (MNC) dan kebijakan utangnya yang menjerat. Dia memaparkan kondisi pekerja pabrik di Indonesia yang begitu mengenaskan. Mereka umumnya bekerja di MNC seperti Nike, Adidas, GAP, tapi MNC dan distributor di negara-negara maju bisa meraup keuntungan sangat besar.
Soal utang luar negeri menurut Pilgers dan juga John Perkins (2004) menjadi sarana untuk bisa menguasai Indonesia sejak era Soeharto. Adapun Bradley R Simpson dalam buku Economists with Guns mengulas bagaimana negara maju, khususnya AS, begitu dominan memengaruhi berbagai UU di Indonesia, terlebih yang berkaitan dengan investasi. Regulasi lain kita juga terperangkap dalam jaringan negara maju, artinya menguntungkan negara maju dan sekelompok kecil orang Indonesia, sebagai kaki tangan penjajahan model baru.
[/spoiler][spoiler=open this] for Ekonomi kerakyatan:
Ekonomi Rakyat
Menurut Sri Edi Swasono, sistem ekonomi bebas yang kini kita anut, terlebih dengan perangkap utang dan aturan yang didikte luar negeri, bisa makin menyengsarakan rakyat. Pengebirian peran pemerintah dan meletakkan kebebasan individu, akan menyebabkan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, korupsi, kerusakan lingkungan, dan penyakit sosial lainnya. Belum lagi pihak asing menguasai aset-aset utama kita, sedangkan rakyat dalam kesusahan.
Kunci utamanya terletak pada pemurnian dan konsistensi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Terkait Pasal 33 dan 34 UUD 1945 tentang kesejahteraan sosial misalnya, harus dilaksanakan secara konsisten dan perlu perjuangan berat utuk menyejahterakan semua warga negara kita, , bukan sekelompok kecil orang atau golongan, bahkan pihak asing.
Ekonomi rakyat semestinya menjadi ujung tombak menuju kemerdekaan dan kemandirian ekonomi. Istilah ekonomi rakyat kali pertama dikemukakan Bung Hatta dalam tulisannya tahun 1931 pada Majalah Daulat Ra�jat. Faktanya, pendidikan ekonomi rakyat dan esensi ekonomi dari UUD 1945 belum substantif menjadi kiblat pendidikan di fakultas ekonomi di negara kita.
Dominasi pendidikan ilmu ekonomi masih berkiblat pada ekonomi bebas (liberalisme dan kapitalisme) sehingga muncul dehumanisasi. Ke depan rasanya perlu merealisasikan pendidikan ekonomi yang berbasis kearifan lokal, tanpa mengesampingkan hal-hal yang positif dari pihak asing.
Peringatan hari kebangkitan nasional sudah menjadi rutinitas yang sering kita lakukan pada 20 Mei setiap tahunnya. Seperti biasa, rutinitas ini diisi dengan acara yang formalitas tanpa ruh, plus pidato basa-basi tentang kebangkitan. Kalau dihitung-hitung sejak berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) hingga saat ini berarti sudah 104 tahun berlalu. Pertanyaannya, sudahkah kita bangkit?
Alih-alih bangkit, kehidupan dan nasib rakyat malah semakin terpuruk. Disaat yang sama para pejabat berlaku hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang negara, sehingga korupsi menjadi aktivitasyang biasa dilakukan oleh pejabat negeri ini. Karena itu,tidak aneh kalau begitu banyak julukan �hitam� untuk negeri. Ada yang mengatakan the failed state (negara gagal), the vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), the envelope country (negara amplop), negeri sejuta markus dan julukan-julukan menyedihkan lainnya.
Bukti kongkrit kondisi ini, lihatlah dijalan-jalan. Anak-anak jalanan dan pengemis semakin subur. Jumlah orang gila di jalanan makin bertambah karena tidak mampu menahan beban hidup yang berat dan kompleks. Masyarakat kita menjadi masyarakat yang sakit. Tidak sekali dua kali kita mendengar dan menyaksikan ibu membunuh anaknya, suami membakar istrinya, anak membunuh orang tuanya. Semuanya berpangkal pada kesulitan hidup.
Kesenjanganpun semakin menjadi-jadi. Saat orang miskin kesulitan makan untuk sehari-sehari, pedagang mendapat lima ribu rupiah saja sulit, pemimpin negeri ini dengan teganya mempertontonkan kekayaannya dengan acara pernikahan putra bungsunya yang super mewah mencapai miliaran rupiah; ada yang dengan tega mempertontonkan korupsinya hingga miliaran rupiah. Para pejabat dan politisi pun memamerkan kerakusannya dengan biaya anggaran selangit.
Lihat dunia pendidikan kita, hanya 11% siswa SMU yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi (APTISI, 2000).Angka pengangguran bertambah menjadi 113,74 juta orang, dan angka �setengah� menganggur adalah 59% penduduk Indonesia(Data BPS, 2009). dan lebih mengejutkan 62,7% remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Mungkin angka ini bisa bertambah lebih banyak lagi jika semuanya mengaku.
Lembaga Demografi UI juga menyatakan bahwa 58,36 juta dari 111,47 juta (52,3%) angkatan kerja Indonesia hanya berpendidikan SD, sekitar 19,91% pendidikan setingkat SMP, 20,7% setingkat SMA, dan hanya 5,05% Perguruan Tinggi. Senada denga itu laporan ADB atas pendidikan di Indonesia juga menunjukkan hal serupa yaitu hanya 46,8% siswa yang mampu menyelesaikan wajib pendidikan 9 tahun.
Belum lagi fakta miris yang menujukkan bahwa negeri muslim terbesar ini justru sangat parah dalam hal aborsi, sekitar 2.6 juta balita diaborsi setiap tahunnya. Selain itu, Indonesia menempati urutan pertama dalam penularan HIV/AIDS di Asia Tenggara. Data Kementerian Kesehatan per Juni 2011 menunjukkan bahwa pengidap AID 93.000 orang.
Tidak hanya itu, korupsi yang menjadi momok yang tidak pernah selesai dalam sejarah negeri ini, seakan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. TKI disiksa tidak pernah mendapatkan perlakuan dan pembelaan yang layak dari pemerintah Indonesia. Kemiskinan yang merajalela sampai saat ini, sementaranegara sibuk menjual asset kepada pihak swasta dan asing.
Ketika pemerintah dengan berapi-api mengatakan NKRI harga mati, tapilihat, faktanya mereka menjual hasil alam Negara. 90% dari total produksi minyak Indonesia dikuasai asing, yakni Total (30%), ExxonMobil (17%), Vico (BP-Eni joint venture, 11%), ConociPhilips (11%), BP (6%), dan Chevron (4%) (kementerian ESDM, 2008). Hutan Indonesia menghasilkan sekitar 80 triliun setiap tahun tetapi hanya 17% masuk kas Negara dan sisanya ke kantong HPH (Kompas, 2001). Perusakan Alam menjadi saksinya, dalam 1 menit perusakan hutan terjadi seluas 5 kali luas lapangan sepak bola (kompas, 2008).
Di Bumi Papua, kekayaan tambang emasnya setiap tahun menghasilkan uang sebesar Rp 40 triliun. Sayangnya, kekayaan tersebut 90%-nya dinikmati perusahaan asing (PT Freeport) yang sudah lebih dari 40 tahun menguasai tambang ini. Wajarlah jika gaji seorang CEO PT Freeport Indonesia mencapai sekitar Rp 432 miliar pertahun (=Rp 36 miliar perbulan atau rata-rata Rp 1.4 miliar perhari). Padahal, rakyat Papua sendiri hingga saat ini hanya berpenghasilan Rp 2 juta saja pertahun (=Rp 167 ribu perbulan). Pemerintah Indonesia pun hanya mendapatkan royalti dan pajak yang tak seberapa dari penghasilan PT Freeport yang luar biasa itu (Jatam.org, 30/3/07).
Di Kaltim, batubara diproduksi sebanyak 52 juta meter kubik pertahun; emas 16.8 ton pertahun; perak 14 ton pertahun; gas alam 1.650 miliar meter kubik pertahun (2005); minyak bumi 79.7 Juta barel pertahun, dengan sisa cadangan masih sekitar 1.3 miliar barel. Namun, dari sekitar 2.5 juta penduduk Kaltim, sekitar 313.040 orang (12.4 persen) tergolong miskin.Di Aceh, cadangan gasnya mencapai 17.1 tiliun kaki kubik. Namun, Aceh menempati urutan ke-4 sebagai daerah termiskin di Indonesia, denganJumlah penduduk miskinnya sekitar 28.5 persen.
HasilTotalnya,menurut data Bank Dunia100 Juta atau kurang lebih 50% penduduk Indonesia hidup di garis kemiskinan dengan standar kemiskinan US$ 2per hari (MI, 2006).
Akhirnya, kekayaan yang berlimpah ruah di Indonesia hanya dinikmati segelintir orang.Semua ini menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa sepanjang sejarahnya Indonesia tidak pernah bangkit, lalu hari kebangkitan siapa yang di peringati setiap tahunnya oleh bangsa ini?
http://assets.jaringnews.com//3/2011/12/28/b8ae93c0840c3419795f8c52c372ed9a_1.jpg
SEMOGA BERMANFAAT
sumber (http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/05/19/186851/10/Kebangkitan-perekonomian)
sumber (http://www.theglobejournal.com/Opini/20-mei-hari-kebangkitan-siapa/index.php)
[quote]
:melonndan: http://static.kaskus.co.id/images/smilies/iloveindonesias.gif: :melonndan:
</div>